Sabtu, 14 September 2013

Pensiun demi Monumen ALRI

PT76 Marinir (Dayatseila)
BANJARMASIN - Warga Banjarmasin yang melintas di kawasan Jalan Lingkar Selatan, terkejut. Mereka sontak menghentikan perjalanan untuk melihat tank yang menyusuri jalan menuju ke Banjarbaru tersebut. Tak hanya itu, di Pelabuhan Trisakti juga sandar kapal perang KRI Teluk Penyu.

Selain tank amfibi PT 76 yang menyusuri jalan, dari lambung kapal perang itu juga dikeluarkan meriam jenis howitzer kaliber 105 mm milik kesatuan marinir TNI-AL. Meriam itu pun diangkut ke Banjarbaru. Ada apa?

Tank seberat 14,5 ton dan meriam tersebut bukan digunakan untuk perang. Kedua alutsista (alat utama sistem pertahanan) tersebut didatangkan ke Kalsel untuk ditempatkan di Monumen ALRI Divisi IV yang sedang dibangun di bundaran makam Brigjen H Hasan Basri di Jalan A Yani kilometer 20, Liang Anggang, Banjarbaru.

Pembangunan dimulai minggu terakhir Agustus 2013 dan direncanakan selesai pada minggu terakhir Oktober 2013 dengan rencana anggaran Rp 895.376.000.

Meski nantinya hanya dipamerkan, dua alutsista itu bukan barang bekas yang sudah tidak berfungsi. Keduanya masih aktif. Demi monumen tersebut, Kepala Staf TNI AL Laksamana Marsetio memberikan izin untuk memurnatugaskan (memensiunkan) alat perang tersebut.

“Kedua alutsista tersebut kebetulan memang memasuki usia purnatugas karena sudah berusia hampir 50 tahun, sementara masa pakainya 30 tahun, “ kata Danlanal Banjarmasin Letnan Kolonel (P) Dato Rusman yang ikut menyambut kedatangan KRI Teluk Penyu, di Banjarmasin, Rabu (4/9).

Meriam Marinir (Dayatseila)
Diungkapkan Rusman, selain menempatkan dua alutsista, TNI AL juga mengerahkan beberapa anggota marinir untuk ikut membantu proses pembangunan monumen yang nantinya dilengkapi jangkar kapal.

“Karena alutsista ini adalah milik marinir, jadi perlu ada chemistry dan spirit antara marinir dengan monumen ALRI Divisi IV. Di luar Jawa, ini adalah kali pertama pembangunan monumen dengan tank sebagai objek utamanya,” kata Rusman.

Tank tersebut milik Resimen Kaveleri Karang Pilang Surabaya, Jatim. Terakhir, tank tersebut diikutsertakan dalam latihan gabungan di Sangatta, Kaltim, beberapa bulan lalu. Kendaraan perang dengan moncong sepanjang tiga meter tersebut dapat memuat tiga orang: seorang pengemudi, seorang penembak dan seorang sebagai komandan.

Meriam Howitzer 105 mm yang biasa diawaki sembilan orang tersebut juga berasal dari Resimen Artileri Karang Pilang Surabaya.

Sementara KRI Teluk Penyu yang dilengkapi dua meriam ukuran 37 mm dan dua meriam ukuran 20 mm itu dikomandani Letkol (P) Dores. Kapal perang yang mulai dioperasikan oleh TNI AL sejak 1982 itu memiliki panjang 100 meter dengan lebar 9 meter.

“Kapal ini jenis landing ship tank (LST) buatan Korea Selatan. Fungsinya melakukan pendaratan yang dapat membawa 15 tank dan 12 kendaraan tempur. Kalau kapal lain takut mendekati daratan, kapal ini malah sebaliknya. Jenisnya kapal amfibi,” kata Dores yang baru satu setengah bulan mengomandani kapal tersebut. Dia juga mengungkapkan, jika bagian atas kapal dikosongkan, bisa dijadikan helipad untuk tiga helikopter sekaligus.

Kapal itu berangkat dari markas Pangkalan Marinir di Surabaya pada Senin (2/9), mengangkut 97 kru kapal dan 107 pasukan zeni tempur yang akan membantu pembangunan monumen.

  Tribunnews  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.