Sabtu, 07 September 2013

Prajurit TNI Itu seperti "Gadis Manis"...

JAKARTA Jenderal (TNI) Moeldoko terpilih sebagai Panglima TNI menggantikan Laksamana (TNI) Agus Suhartono yang memasuki masa pensiun. Ke depan, berbagai masalah akan dihadapi Moeldoko. Apa saja yang akan dilakukan oleh penerima Bintang Adimakayasa sebagai lulusan terbaik Akabri tahun 1981 itu?

Berikut wawancara Kompas TV, harian Kompas, dan Kompas.com dengan Moeldoko seusai serah terima jabatan Panglima TNI di Mabes TNI, Cilangkap, Jakarta Timur, Rabu (4/9/2013).

Setelah dilantik sebagai Panglima TNI, Anda katakan ingin bentuk pasukan Antiteror TNI. Bisa Anda jelaskan?


Saya punya pemikiran begini, saya ingin membuat Satuan Antiteror TNI yang terdiri dari prajurit-prajurit satuan khusus Angkatan Darat, Angkatan Laut, dan Angkatan Udara. Satuan itu nantinya betul-betul di bawah kendali Panglima TNI dan setiap saat dapat dikerahkan dalam tempo yang sesingkat-singkatnya untuk mengatasi aksi terorisme. Tentunya sesuai dengan intensitasnya.

Bagaimana Anda menjamin tupoksi Pasukan Antiteror TNI nantinya tidak berbenturan dengan Densus 88 Antiteror Polri?

Semuanya itu sangat tergantung dari intensitas, apakah itu masuk dalam high intensity atau masih dalam medium intensity. Kalau masih low intensity dan medium intensity mungkin diatasi oleh Satuan Densus 88. Tapi manakala aksi terorisme itu sudah menuju pada high intensity, mau tidak mau TNI harus turun untuk mengatasi.

Dalam pidato, Anda katakan TNI akan kerahkan segalanya untuk mengamankan investasi. Anda katakan investor jangan ragu-ragu berinvestasi di Indonesia. Apa yang menjadi latar belakang pernyataan itu?

Kita semuanya saat ini sedang menghadapi situasi di mana kondisi perekonomian kita menuju ke kurang baik. Kalau tidak cepat-cepat ditangani akan dalam posisi yang tidak tepat. Saya tidak ingin TNI berdiam diri. TNI harus berani mengambil sikap untuk tampil meyakinkan masyarakat internasional TNI akan turun tangan menghadapi situasi untuk menjaga stabilitas. Untuk itu, saya katakan jangan ragu-ragu datang ke Indonesia karena TNI akan turun tangan menghadapi berbagai kondisi yang kira-kira akan mengancam stabilitas.

Apakah nantinya tidak tumpang tindih dengan tupoksi kepolisian?


Tidak. Semuanya itu sudah ada aturannya. Dalam UU Nomor 34 Tahun 2004 (tentang TNI) dan Instruksi Presiden Nomor 2 Tahun 2013 (tentang Penanganan Gangguan Keamanan Dalam Negeri) dengan jelas diatur keterlibatan TNI di dalam memberikan bantuan kepada pemerintah daerah dengan bekerja sama kepolisian. Semuanya itu kalau disinergikan akan jadi kekuatan. Tapi kalau TNI berdiam diri, situasinya menjadi semakin kurang baik.

Apakah tidak akan seperti TNI masa lalu?

Saya nyatakan tidak. TNI tidak akan kembali pada Dwi Fungsi, tetapi TNI tidak mau berdiam diri atau berpangku tangan menghadapi situasi menuju kondisi tidak baik. Investasi berkaitan dengan pembangunan nasional. Pembangunan nasional berkaitan dengan hidup matinya bangsa. Jadi TNI harus ikut bertanggung jawab sepenuhnya terhadap keamanan sehingga semua orang harus nyaman datang ke Indonesia. Untuk itu, saya nyatakan dengan tegas, TNI akan ambil bagian dengan segala kemampuan dan kekuatannya. Tentunya semua itu sesuai ranah hukum di mana kita berposisi. Untuk itu sinergitas antara TNI dan Polri harus dibangun dengan kuat. Kita sudah melaksanakan MoU antara TNI dan Polri.

Sekarang memang situasi relatif aman. Namun, sempat terjadi gesekan antara aparat TNI-Polri, seperti pembakaran markas OKU di Sumatera Selatan serta masalah penyimpangan prajurit, seperti kasus penembakan di Lapas Cebongan, DI Yogyakarta. Apa strategi Anda untuk mengatasinya?

Sebenarnya hubungan TNI Polri secara umum sudah mencapai titik sangat baik. Hanya ada situasi dan kondisi yang muncul dalam kurun waktu tertentu kemudian menimbulkan sesuatu sehingga oknum prajurit TNI bereaksi. Ini berkaitan dengan pembinaan komandan satuan. Untuk itu, saya menegaskan kepada semua unsur pimpinan agar mereka menggunakan jam pimpinannya untuk melakukan pembinaan mental sebagai fungsi komando. Pembinaan hukum sebagai fungsi komando juga harus ditekankan dari waktu ke waktu. Sehingga semua itu akan memberikan penyadaran kepada prajurit. Situasi sekarang ini berjalan atas hukum. Tidak ada prajurit yang berjalan atas kemauannya sendiri. Hukum di atas segala-galanya. Jadi kalau ada prajurit yang sontoloyo seperti itu, harus ditindak dengan tegas.

Apa rencana Anda untuk mengubah kultur prajurit TNI?

Sesuai dengan agenda saya yang prioritas, bagaimana penguatan sumber daya manusia. Itu saya memandang prajurit sebagai aset organisasi. Dia harus dikembangkan dari waktu ke waktu, disesuaikan dengan akselerasi pembangunan kekuatan, yaitu penambahan alutsista. Pada sisi ini kita perkuat seluruh sumber daya manusia untuk menghadapi kedatangan alutsista. Tapi sisi lain kultur prajurit harus dibenahi. Kalau tidak, alutsista hebat, prajuritnya tidak.

Bagaimana caranya?

Untuk menuju ke sana, saya melihat dulu kultur di pendidikan seperti apa, kultur kehidupan prajurit di barak seperti apa, dan seterusnya. Sementara ini saya berani katakan ada proses dehumanisasi yang ini harus dihilangkan. Kenapa proses dehumanisasi masih ada, karena kita masih hadapi kekurangan di bidang anggaran. Contoh, kalau kita bicara sumur, dapur, dan tempat tidur. Tiga hal ini yang mendasar bagi seorang prajurit. Kalau dulu saya sekolah di luar negeri kamar mandi hebat, ruang makan hebat, kasus hebat. Tapi kalau kita lihat di pendidikan prajurit kita, tiga hal itu menurut saya harus diambil langkah-langkah.


Anggaran untuk TNI tahun 2014 sudah naik, apakah sudah cukup untuk pembenahan?

Saya kira dengan kenaikan anggaran itu kita bertekad ada perubahan signifikan. Hal mendasar itu yang kita benahi sehingga prajurit betul-betul diposisikan pada posisi yang tepat. Martabat mereka sebagai manusia harus menjadi perhatikan, jangan diabaikan.

Apa saja program kerja Anda?

Peningkatan dan penguatan sumber daya manusia. Kedua, tetap melanjutkan modernisasi alutsista karena pergerakan anggaran dari waktu ke waktu naik signifikan. Untuk itu, saya berterima kasih mewakili seluruh prajurit kepada pemerintah dan DPR. Kita akan menata betul anggaran itu tidak salah sasaran.

Menurut Anda citra TNI sekarang seperti apa dan ingin diubah seperti apa?


Citra TNI sekarang di dunia TNI masih di ranking 15. Saya ingin meningkatkan sekuat tenaga secepatnya dalam posisi top 10. Saya ingin prajurit TNI ibarat sebuah gadis manis. Semua orang ingin mendekati, ingin memiliki, mungkin ingin memberi sesuatu. Kita akan memberikan senyuman kepada semua orang.

Harta kekayaan Anda cukup fantastis, bahkan di atas Presiden SBY. Bagaimana tanggapan Anda?

Prinsipnya saya tidak akan membandingkan dengan siapa pun karena itu kekayaan yang sudah saya jelaskan dengan sangat gamblang. Mungkin karena kejujuran saya memiliki risiko saya ditanya kanan kiri, tidak apa-apa. Saya tidak akan mengurangi kejujuran saya. Jangan sampai karena saya dapat kritik kemudian saya tidak jujur. Saya tidak mau. Saya sudah jelaskan dengan sangat gamblang dari mana harta-harta saya itu. Menurut saya, bukan besarannya, tapi bagaimana proses perjalanannya sehingga kekayaan saya seperti itu. Tapi janganlah, saya tidak suka berbicara masalah itu karena kurang baik di hadapan prajurit saya.

Apa komentar Anda terkait jelang putusan kasus penyerangan Lapas Cebongan?

Prinsipnya, saya tidak memiliki komentar karena saya serahkan sepenuhnya kepada proses hukum. Kalau saya membuat komentar, itu sebuah intervensi. Saya sangat menghormati proses hukum itu. Tetapi, prajurit kita tetap bela apabila mereka bisa dibela.

Bagaimana Anda menjamin netralitas prajurit TNI menjelang Pemilu 2014?

Saya sebagai prajurit bangga ada sumber-sumber TNI tampil (jadi bakal calon presiden), senior-senior saya. Tapi, sekali lagi saya ingin nyatakan bahwa TNI tidak bisa dipengaruhi oleh siapa pun, apakah itu para senior. TNI memiliki sikap yang jelas dan tegas. Soal netralitas, saya sudah tekankan dari awal, bagaimana sih TNI harus netral? TNI tidak lagi memasuki politik praktis. Kedua, TNI dilarang menggunakan sarana dan prasarana, peralatan militer untuk kepentingan politik. Ketiga, saya mengimbau untuk seluruhnya tidak menarik-narik TNI ke medan politik praktis. Kalau itu terjadi itu akan meracuni TNI dalam ketidaknetralan. Saya dengan tegas nyatakan, saya akan jamin sepenuhnya tidak ada prajurit yang tidak netral.

Waktu fit and proper test ada guyonan yang menawarkan Anda ikut konvensi Demokrat. Anda setelah ini tertarik menjalani karier politik?

Saya tidak mau mengomentari sesuatu yang tidak jelas. Saya sangat cinta profesi saya sebagai prajurit. Titik. Saya tidak akan tergoda oleh apa pun. Saya hanya tergoda untuk membenahi kesejahteraan prajurit dan alutsista.

Artinya untuk tidak saat ini?
Saya tidak menjawab itu.

  ● Kompas  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.