Kamis, 24 Oktober 2013

DPR tolak isi perjanjian ekstradisi dengan Singapura

Ketua DPR RI
Medan - Dewan Perwakilan Rakyat menolak isi perjanjian dengan Singapura dalam mengekstradisi pelaku korupsi karena dikaitkan dengan kerja sama pertahanan yang merugikan Indonesia.

Di sela-sela Sidang Umum Parlemen Antikorupsi ASEAN di Medan, Rabu, Ketua DPR RI Marzuki Alie mengatakan, kerja sama tersebut berisi ketentuan bahwa Singapura akan mengekstradisi koruptor Indonesia yang ada di negara jika diperbolehkan melakukan latihan militer di Tanah Air.

Ketentuan itu dimasukkan dalam perjanjian kerja sama pertahanan (Defence Coorporation Agreement/DCA) yang diajukan ke DPR untuk diratifikasi.

Namun setelah dikaji secara mendalam, isi perjanjian kerja sama tersebut dinilai sangat merugikan Indonesia karena mengharuskan pembolehan pesawat tempur Singapura melintas dan menggunakan wilayah nusantara sebagai tempat latihan.

"Seolah-olah, (Singapura berkata) kami mau tukar menukar tahanan koruptor, tetapi kami menggunakan wilayah anda. kan tidak fair," katanya.

DPR hanya akan menyetujui kerja sama tersebut jika perjanjiannya dipisahkan antara pengembalian tahanan koruptor dengan kerja sama pertahanan.

"Seharusnya, dipisahkan antara kerja sama pertahanan dan ekstradisi. Jangan dicampuadukkan, maka DPR tidak menyetujui," kata Marzuki.

"Istilah DPR, seolah-olah (Singapura) menjajah kalau bahasa kasarnya," ujar politisi Partai Demokrat tersebut.

Secara institusi, kata dia, DPR mendorong pemerintah membahas kembali isi perjanjian tersebut dan memisahkan ketentuan antara kerja sama ekstradisi dengan pertahanan.

Pihaknya juga telah menyampaikan keberatan terhadap isi perjanjian tersebut kepada pimpinan parlemen Singapura ketika bertemu dalam kegiatan bilateral di Brunei Darussalam belam lama ini.

"Mereka memahami, parlemen (Singapura) juga akan berusaha meyakinkan pemerintahnya," ujar dia.(*)

  Antara 

3 komentar:

  1. parahh kalau perjanjian extradisi di setujui,sama halnya menjual harga diri indonesia,lebih baik perang secara langsung, daripada negeri kita di jajah buat latihan negeri kroco seperti singapura,,
    pemimpin kita coba lebih tegas d@n lugas kepada singapura,ajari singapura dengan sopan santun,,bakar dulu hutan di riau baru luncurkan astros dan R-han seribu r-han,,,biar singapura tau arti penyesalan..

    BalasHapus
  2. Negara kecil itu memandang rendah dan berani menekan kita. Jika itu yang mereka jual sebaiknya pemerintah kita juga bereaksi dengan tegas dan menjaga jarak.
    Segera kuasai pengaturan udara penerbangan civil dari mereka dan perketat pengawasan wilayah udara dan laut. Kucilkan saja ruang gerak militernya di laut dan udara dengan menempatkan rudal anti kapal dan SAM di sepanjang perbatasan serta saingi dengan sistematis nilai ekonomi mereka dengan memberdayakan Batam dan Bintan secara profesional. SECARA PROFESIONAL, dengan tata kota dan fungsi yang matang jangan asal bangun hingga terkesan kumuh seperti sekarang.
    Salut buat DPR. Dan saya warga negara yang jarang salut dengan DPR sebelumnya :D

    BalasHapus
  3. Terhadap negara pelindung koruptor namun paranoid seperti Singapura 'gun diplomacy' akan efektif. Kita perketat ijin lewat pesawat dan kapal militer mereka dan secara bersamaan tebar SAM sekelas HQ-9 atau S300 serta Yakhont versi silo di sekeliling wilayahnya itu akan jadi rayuan maut yang sangat persuasive tanpa diplomat kita perlu membuka mulut.
    Gila bener, negara tetangga sedekat itu malah melindungi koruptor musuh bangsa ini. mending jika lokasinya di belahan bumi yg lain. Itu sama saja mereka melecehkan dan memusuhi rakyat Indonesia. Sikat bos!

    BalasHapus

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.