Senin, 11 November 2013

☆ LN Palar dan perjuangan diplomasi Indonesia

LN Palar (id.wikipedia.org)
Jakarta - Lambertus Nicodemus Palar atau yang dikenal dengan LN Palar adalah salah satu tokoh penting dalam sejarah perjuangan kemerdekaan Indonesia khususnya di ranah perjuangan melalui diplomasi.

LN Palar bersama Dr. Rajiman Widyodiningrat dan TB Simatupang pada peringatan Hari Pahlawan 10 November 2013 dijadwalkan ditetapkan sebagai Pahlawan Nasional yang dianugerahkan oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono.

Dikutip dari tulisan George Mc T. Kahin dalam buletin Indonesia terbitan Universitas Cornell edisi Oktober 1981, LB Palar merupakan sosok yang unik sekaligus istimewa bagi Indonesia.

Kahin mengenang LN Palar yang dikenalnya adalah seorang sangat "membumi" meski menduduki sejumlah jabatan penting dalam posting karir diplomatnya.

LN Palar lahir di Tomohon, Sulawesi Utara pada 5 Juni 1900 dan pada umur 28 tahun menempuh pendidikan di Universitas Amsterdam sambil bekerja di kota itu. Sebelumnya ia sempat sekolah Mulo di Tondano dan AMS di Yogyakarta serta ITB pada 1922 namun tidak selesai.

Menikah dengan Johanna Petronella Volmers dan pada 1938 menjadi ketua seksi Indonesia di Partai Sosial Demokratik Belanda (SDAP).

Pada 1945, Palar mendapatkan kursi di Parlemen Belanda (Tweede Kamer) melalui Partainya, namun ia mengundurkan diri ketika Belanda melakukan Agresi Militer I ke Indonesia pada 1947.

Pemerintah Indonesia kemudian memanggilnya pulang untuk bersama-sama berjuang mempertahankan kemerdekaan.

Presiden Soekarno memintanya menjadi juru bicara RI di Perserikatan Bangsa-Bangsa. Pada akhir 1947 ia membuka kantor perwakilan RI di New York dibantu oleh Sudarpo, Soedjatmoko dan Sumitro.

Sebelum pengakuan kedaulatan RI pada 1949, status LN Palar dan delegasi Indonesia di PBB adalah sebagai peninjau, kemudian setelah pengakuan kedaulatan dan Indonesia menjadi anggota PBB ke-60 pada 1950 menjadi perwakilan resmi dengan status keanggotaan penuh.

Setelah menjadi Kepala Perwakilan RI di PBB, pada 1953 Palar kemudian menjadi Duta Besar RI untuk India dan memberikan kontribusi yang besar dalam persiapan penyelenggaraan Konferensi Asia Afrika pada 1955.

Usai menjadi Dubes di India pada 1956, Palar kemudian menjadi Duta Besar RI untuk Uni Sovyet merangkap Jerman Timur selama dua tahun.

Kemudian ditunjuk menjadi Duta Besar RI untuk Kanada dan selanjutnya untuk pada 1962 kembali menjadi Kepala Perwakilan RI di PBB.

Saat Indonesia memutuskan keluar dari PBB, LN Palar menjadi Duta Besar RI untuk Amerika Serikat.

Pengalaman LN Palar di PBB selama beberapa tahun, membuat ia menjadi utusan pemerintah Indonesia pada 1966 usai perubahan politik di dalam negeri dimana Indonesia kembali menjadi anggota PBB.

Menurut Kahin dalam tulisannya, LN Palar merupakan seorang diplomat senior yang memiliki pengalaman sangat penjang menjadi duta besar dan juga berjuang sebagai diplomat untuk negaranya.

Ia pensiun pada 1968 namun masih memberikan kontribusi bagi pendidikan, pekerjaan sosial dan juga penasehat perwakilan Indonesia di PBB.

Salah satu putera terbaik Sulawesi Utara itu meninggal pada 12 Februari 1981, pada usia 80 tahun.

  Antara 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.