Senin, 11 November 2013

Penjelasan KASAD Soal Jatuhnya Heli TNI

MAGELANG -- KASAD, Jenderal TNI Budiman mengatakan, berdasarkan laporan sementara tim investigasi, Heli M-17 jatuh 10 meter sebelum mendarat di kawasan Malinau, Kalimantan Utara.

"Laporan sementara yang disampaikan kepada saya, tetapi ini belum pada kesimpulan, helikopter itu sebetulnya sudah 10 meter sebelum mendarat kemudian tertiup hempasan angin yang cukup kuat sehingga oleng dan tidak seimbang, kemudian baling-baling mengenai pohon terdekat dan berakibat tergulingnya pesawat ke dalam jurang," katanya di Magelang, Senin (11/11).

Ia mengatakan hal tersebut usai upacara Wisuda Purnawira Perwira Tinggi TNI Angkatan Darat 2013 di Akademi Militer Magelang.

KASAD menuturkan, kondisi hari ini seluruh jenazah korban Heli M-17 sudah dievakuasi, sedangkan yang luka berat satu korban sudah dibawa ke RSPAD Jakarta dan lima korban lain di RS Tarakan.

"Untuk identifikasi telah dilaksanakan semalam dan secara bagian utama sudah diketahui orang perorang, tetapi untuk yang lainnya masih terus dilaksanakan," katanya.

Budiman berujar, menjadi suatu pertimbangan ke depan untuk pemanfaatan Heli MI-17, digunakan untuk landasan atau helipet yang mempunyai area yang cukup luas dan yang diperkirakan tidak ada angin kencang.

Ditanya apakah kecelakaan heli tersebut karena faktor cuaca, ia mengaku belum bisa menyimpulkan. "Laporan sementara yang saya terima terakhir dari tim investigasi yang bisa menanyakan kepada saksi bahwa kejadiannya seperti yang saya sampaikan," katanya.

Ia menuturkan, untuk mendapatkan kesimpulan perlu mengumpulkan para ahli dibidangnya. Mudah-mudahan pada pekan depan sudah bisa mendapatkan kesimpulan.

Helikopter MI-17 Terempas Angin 10 Meter Sebelum Mendarat

KSAD Jenderal TNI Budiman mengatakan berdasarkan laporan sementara tim investigasi helikopter MI-17 jatuh 10 meter sebelum mendarat di kawasan Malinau, Kalimantan Utara.

"Tetapi ini belum pada kesimpulan, helikopter itu sebetulnya sudah 10 meter sebelum mendarat kemudian tertiup hempasan angin yang cukup kuat sehingga oleng dan tidak seimbang. Kemudian baling-baling mengenai pohon terdekat dan berakibat tergulingnya pesawat ke dalam jurang," katanya di Magelang, Senin (11/11).

Teknologi Helikopter MI-17 Sudah Diserap Indonesia

Kecelakaan Helikopter MI 17 milik TNI AD belum bisa diduga penyebabnya. Meski produksi Rusia, namun teknologi helikopter militer tersebut sudah sepenuhnya diserap oleh Indonesia.

Kepala Penerangan Mabes TNI AD, Laksamana Muda Iskandar Sitompul mengatakan, pihaknya tentu sudah menyiapkan pengoperasian, onderdil, bahkan pilot dan teknisi pesawat itu. Mereka sempat disekolahkan ke Rusia untuk mempelajari teknologinya.

“Jadi saat heli itu beroperasi di Indonesia, tentunya sudah tidak ada masalah terkait teknis maupun penerbangnya. Apalagi ini pesawat baru,” kata Iskandar pada Republika saat dikonfirmasi, Senin (11/11).

Dia mengakui, memang ini bukanlah peristiwa pertama kalinya, karena saat berada di Papua, helikopter tersebut pernah melakukan pendaratan darurat, namun lantaran kondisi cuaca yang ekstrem.

Kemudian di Jakarta belum lama ini, pintu pesawat sempat terjatuh hingga menimpa rumah dan kendaraan. Menurut dia, hal itu disebabkan kesalahan penerjun yang secara sengaja mencongkel baut dan pengerat pintu helikopter.

“Kalau yang sekarang, kami belum mau memastikan apa penyebabnya. Sebab, masih menunggu hasil investigasi,” ujar dia.

Secara umum, MI 17 merupakan armada yang dinilai canggih, bahkan banyak negara yang memanfaatkan jenis tersebut. Menurut dia, dugaan sementara seperti power mesin yang mendadak mati, belum bisa dijadikan acuan penyebab kecelakaan.

Investigasi sendiri, kata Iskandar, masih dalam proses. Paling cepat, hasilnya baru keluar setelah tiga hari, bahkan bisa mencapai dua pekan. Dia menambahkan, tim yang melakukan pemeriksaan pun baru on location.

“Nanti hasil investigasi, kami akan melakukan pengecekan terhadap heli. Kalau memang tidak ada masalah, maka MI 17 tetap akan beroperasi,” katanya.

Sebelumnya, Helikopter MI-17 milik TNI AD jatuh di Maliau, perbatasan Kalimantan Utara dan Malaysia. Peristiwa yang terjadi pada Sabtu (9/11) itu menyebabkan 13 orang meninggal, diantaranya empat anggota TNI.

  Republika 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.