Selasa, 12 November 2013

Perihal Mi-17 Jatuh di Kalimantan

Helikopter TNI AD, Mi-17-V5 (mediaindonesia.com)
Sebuah pesawat Helikopter MI-17 milik TNI AD dilaporkan pada hari Sabtu (9/11/2013) sekitar pukul 10.45 WITA mengalami kecelakaan, jatuh di sekitar Desa Apauping, Kecamatan Bahau Ulu. Pesawat jatuh dalam peerbangan dari Bandara Juwata Tarakan menuju ke Pos Bulan (pos pengamat perbatasan Indonesia-Malaysia), Kecamatan Bahauhulu, Kabupaten Malinau, Kalimantan Utara.

Pesawat buatan Rusia tersebut merupakan alutsista TNI AD dari Skadron 31/Serbu Semarang yang mendapat tugas BKO di Kodam VI/Mulawarman Kalimantan. Pesawat yang diawaki 6 orang saat melakukan mission pembangunan perbatasan itu mengangkut 13 penumpang serta bahan bangunan untuk pos. Menurut penjelasan Pangdam Mulawarman Mayjen Dicky Wainal Usman kepada media, pesawat sebelum jatuh bagian ekornya (tail dan rotor) berputar dan kemudian pesawat jatuh serta terbakar.

Menurut Kapuspen TNI AD dalam jumpa pers di Mabes TNI AD, Sabtu (9/11/2013) malam menjelaskan dalam kecelakaan tersebut, enam orang selamat dan 13 meninggal dunia. "Heli ini bertugas mengangkut pekerja dan bahan bangunan untuk membangun pos perbatasan Latang, Kalimantan Utara, 650 meter dari tapal batas Indonesia-Malaysia," katanya. Kronologis kejadian menurut Rukman, pukul 10.15 WITA, heli mendarat di Desa Apauping, Kalimantan Utara untuk menjemput 10 orang kuli bangunan. Usai menjemput, helikopter kembali mengudara menuju Pos Bulan. Lima menit sebelum mendarat di helipad, helikopter itu oleng di ketinggian 30 meter lalu jatuh ke daerah hutan pegunungan. "Setelah oleng dan jatuh ke bawah, helikopternya baru terbakar. Kondisi helikopternya diketahui rusak berat,"ungkap Rukman.

Enam orang yang selamat tersebut berhasil di evakuasi dan tiba di Bandara Juwata Kota Tarakan Sabtu pukul 17.15 Wita. Mereka dievakuasi menggunakan helikopter milik salah satu perusahaan swasta, langsung dari lokasi jatuhnya pesawat pukul 15.00 Wita menuju Kota Tarakan. Korban langsung dibawa oleh ambulans yang sejak siang disiagakan di bandara, selanjutnya dibawa ke Rumah Sakit TNI Angkatan Laut di Jl Martadinata Tarakan. Rukman memastikan, pada Minggu (10/11), seluruh jenazah korban akan dapat dievakuasi dengan menggunakan tiga pesawat bantuan, yakni satu helikopter MI-17 serta dua pesawat Cassa 212. Evakuasi juga dibantu pesawat heli swasta.

Juga dijelaskan bahwa TNI AD mengirim enam orang penyelidik serta 12 orang tim recovery ke lokasi kecelakaan pesawat tersebut yang merupakan satu dari 12 helikopter sejenis milik TNI AD itu. Rukman berharap tim investigasi itu bekerja cepat dan segera melaporkan hasil penyelidikan mereka.

Berikut daftar nama korban kecelakaan helikopter MI-17 TNI AD.

Korban meninggal: 1. Kapten Wahyu Ramdan (Flight Engineering). 2. Kapten Czi Sardi (anggota Denzibang Tarakan). 3. Lettu Agung Budiarjo (penerbang 1). 4. Lettu Rohmad (penerbang 2). 5. Serka Aan Prayitno (mekanik). 6. Desi (pembantu Pos Pamtas). 7. Wahyu (pembantu Pos Pamtas). 8. Belong Lenggang (warga desa Apauping). 9. Ling Ling (warga Apauping). 10. Asun (Warga Apauping). 11. Sam (warga Apauping). 12. Ging (warga Apauping). 13. Rodes (warga Apauping).

Korban selamat: 1. Sertu Joko Karsono (Avionik). 2. Praka Tigor M.T Siburian (Mekanik). 3. Mendan (warga Apauping). 4. Albert (warga Apauping). 5. Freddy (warga Apauping). 6. Njuk (warga Apauping).

Varian Heli TNI AD, Mi-17-V5

Helikopter TNI AD yang jatuh tersebut adalah pesawat buatan Rusia, dari varian Mi-17-V5 (subvarian pengembangan generasi kelima), sebagai kekuatan dari skadron 31/Serbu Lanumad Ahmad Yani di Semarang. Saat ini kekuatan Skadron 31 Serbu terdiri dari 5 heli serang Mi-35P dan 12 heli angkut taktis Mi-17-V5. Semua armada heli di skadron ini adalah rancangan biro desain Mil Moscow Helicopter, sedangkan untuk pabrikannya adalah Kazan Helikopter.

Dari 12 pesawat, enam diantaranya unit helikopter Mi-17 V5 buatan Rusia itu diserahkan kepada Pemerintah Indonesia melalui Kementerian Pertahanan di Skadron 21/Sena, Pondok Cabe, Tangerang Selatan, Banten, pada Jumat (26/8/2011). Enam helikopter Mi-17 V5 tersebut merupakan helikopter angkut militer yang dapat mengangkut 36 personil atau beban seberat tiga ton.

Mi-17 dilengkapi dengan sepasang engine turboshaft Isotov TV3-117VMA, dimana setiap engine mampu menyemburkan daya hingga 2.200 shp. Spesifikasi engine pada Mi-17adalah sama dengan heli serang Mi-35P, bedanya pada Mi-35P tenaga besar dipakai untuk membawa persenjataan berat, sedang pada Mi-17 tenaga besar digunakan untuk membawa beban, kapasitas angkut di dalam kabin mencapai 4,07 ton dan kapasitas angkut di luar kabin (roket/bom/rudal/kanon atau sling cargo) bisa mencapai 5 ton.

TNI AD merencanakan akan memiliki total 18 pesawat heli Mi-17 ini, yang menurut pendapat Kasad saat itu (Jenderal TNI Pramono Edhie Wibowo), “TNI AD menargetkan 18 unit Mi-17 sehingga satu batalyon pasukan dapat diangkut dalam waktu bersamaan,” katanya. Menurutnya Mi-17 ini sangat efektif apalagi TNI Angkatan Darat lebih banyak melakukan gelar kekuatan di daerah perbatasan, daratan dan pegunungan.

Sebagai catatan khusus, pada tahun 2012-2013, tercatat 71 negara memiliki dan menggunakan pesawat ini. Pesawat yang diberi nama sandi "Hip" oleh NATO ini juga dibeli oleh Amerika Serikat untuk perkuatan militer di Afghanistan, Irak dan Pakistan. Mi-17 terkenal murah, dimana tiga Mi-17 harganya setara dengan sebuah heli buatan As "Black Hawk."

Data Kecelakaan Mi-17

Sejak dioperasikan oleh TNI AD, insiden kecelakaan di Malinau ini adalah kecelakaan ketiga. Sebelumnya terjadi dua insiden, pintu helikopter MI-17 jatuh menimpa atap rumah dan sebuah kendaraan roda empat milik warga di Jalan Karina Sayang I, Nomor 19, Blok 3, RT 16/08, Penjaringan, Jakarta Utara, Sabtu (24/8/2013) pagi. Pintu itu terlepas saat terbang latihan rutin. Pada hari Jumat (11/10/2013), sebuah MI-17 melakukan pendaratam darurat sekitar 600 meter arah barat Bandara Okbibab, Kabupaten Pegunungan Bintang, Papua. Enam orang kru beserta delapan personel TNI dari Satuan Tugas (Satgas) 126 selamat.

Untuk kecelakaan internasional lainnya, pada tahun 2012-2013 ; Pada tanggal 18 Mei 2012, Mi-17 jatuh saat dalam pelatihan di San Felipe, Venezuela, menewaskan 4 orang. Pada tanggal 11 Juli 2012, Angkatan Darat Pakistan Mi - 17 jatuh di dekat Skardu di Gilgit Baltistan, menewaskan 5 orang.

Pada tanggal 30 Agustus 2012, dua heli Angkatan Udara India Mi - 17s bertabrakan dekat Jamnagar di India Barat, menewaskan 9 orang. Pada tanggal 11 Pebruari 2013, Mi - 17 milik Angkatan Udara Azerbaijan jatuh ke Laut Kaspia menewaskan 3 orang di dalamnya.

Pada 25 Juni 2013, helikopter Mi - 17 V5 Angkatan Udara India jatuh saat melakukan operasi penyelamatan di daerah yang dilanda banjir di negara bagian Uttarakhand di India utara. Kepala IAF NAK Browne mengesampingkan kemungkinan salah satu dari 20 orang di kapal selamat. Ada lima staf dari IAF , enam dari Indo-Tibet Polisi Perbatasan (ITBP) dan sembilan dari Angkatan Tanggap Bencana Nasional (NDRF).

Demikian informasi dari beberapa sumber yang dikumpulkan. Penulis menyampaikan turut berbela sungkawa kepada mereka yang menjadi korban kecelakaan. Medan di Kalimantan jelas berat, masih banyak hutan yang sulit ditembus, beberapa pos perbatasan berada di daerah terpencil tanpa adanya jalan. Tapi itulah pengabdian kepada bangsa dan negara. Selamat bertugas, "Tabah sampai akhir!"

Oleh : Prayitno Ramelan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.