Rabu, 27 November 2013

SBY Marah ke Australia, Bukan Malu

http://cms.jakartapress.com/files/news/201311/fonda%20kartun%2033333.jpgJakarta - Menteri Perindustrian Mohamad Suleman Hidayat mengatakan, dirinya telah membaca isi surat balasan dari Perdana Menteri Australia Tony Abbott kepada Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Menurut dia, surat itu hanya memberikan pernyataan penyesalan yang mendalam dari Abbot karena Presiden Indonesia merasa malu dan dipermalukan oleh kejadian penyadapan yang dilakukan intelijen Australia terhadap SBY dan sejumlah pejabat serta tokoh di Indonesia.

"Saya tegaskan presiden enggak malu, dia marah. Dia (bilang) sama Australia 'saya marah'," kata Hidayat dengan nada meningkat dari suara sebelumnya, di Gedung Kementerian Perindustrian, Selasa, 26 November 2013. Dia kecewa dengan surat Abbott tersebut karena tidak mencantumkan kalimat permintaan maaf kepada presiden.

"Saya baca dalam suratnya itu belum ada kata kata permintaan maaf," katanya.

Kendati demikian, Hidayat berharap hubungan Indonesia dengan Australia di sektor ekonomi tidak terpengaruh oleh skandal penyadapan tersebut. "Kalau bisa hubungan business to bussines jangan ada tindakan apa-apa, jalan terus. Tapi suasana kan jadi kaku karena pemerintahnya lagi tegang," kata dia.

Hidayat mengatakan penyadapan yang dilakukan pemerintah Australia terhadap beberapa pejabat tinggi Indonesia, termasuk Presiden Susilo Bambang Yudhoyono membuat hubungan Indonesia dan Australia semakin lama semakin merenggang. Oleh karena itu, dia berharap masalah penyadapan dapat selesai dalam bulan ini.

Dia tidak menganjurkan hubungan kegiatan ekonomi antara dua negara tetangga ini putus, terutama untuk urusan bisnis. Kendati dia berharap hubungan bisnis berjalan terus antara Indonesia dengan Australia, Hidayat pesimis dengan kelangsungan kerjasama kedua negara ini. "Jangan makin lama (diselesaikan masalahnya) karena semakin lama semakin menggerus hubungan," kata dia.

Pada Selasa, 19 November 2013, harian ABC dan The Guardian Australia memuat dokumen yang menyebut intelijen Australia menyadap telepon milik SBY serta sembilan orang lainnya, termasuk istri, penasihat, dan beberapa menteri, selama 15 hari pada Agustus 2009. Dokumen tersebut berasal dari bekas kontraktor Badan Keamanan Nasional Amerika Serikat (NSA), Edward Snowden.

Secara terpisah, Menteri Luar Negeri Marty Natalegawa mengatakan, pemulangan duta besar adalah bentuk hubungan yang tidak baik antara Indonesia dan Australia. Menurut dia, keputusan pemerintah untuk menarik pulang Nadjib Riphat Kesoema bukan hal yang remeh atau sepele. Dalam sebuah diplomasi, pemulangan duta besar merupakan suatu keputusan serius sebuah negara. Meski demikian, Marty membantah jika pemulangan ini dikatakan sebagai bentuk pemutusan hubungan diplomatik.

 Abbott Sebut Pernyataan SBY Sangat Positif 

Perdana Menteri Tony Abbott, Rabu (27/11/2013) pagi mengatakan, pihaknya ingin secepatnya menyelesaikan ketegangan hubungan dengan Indonesia. Abbott menghendaki adanya penyelesaian yang kuat dan berjangka panjang, karena itu pihaknya akan mempelajari seksama pernyataan Presiden SBY yang disampaikan Selasa (26/11/2013) malam, yang disebutnya "sangat positif".

Dalam pernyataan Presiden SBY terkait surat penjelasan PM Abbott atas kasus mata-mata disebutkan, PM Abbott berjanji tidak akan melakukan sesuatu yang akan merugikan atau merusak hubungan dengan Indonesia.

Menanggapi pernyataan SBY, Abbott menyatakan "utusan-utusan terpercaya" akan duduk bersama dan mendiskusikan sejumlah isu yang ada. "Sebagai hasil dari dialog yang berlangsung, saya ingin hubungan kedua negara menjadi lebih kuat dan lebih baik dibanding sebelumnya," kata Abbott.

PM Abbott memandang pernyataan Presiden SBY "sangat hangat". "Ini adalah pernyataan yang sangat positif bagi Australia," katanya kepada wartawan di Canberra, Rabu pagi.

"Apa yang diusulkan Presiden adalah bahwa utusan terpercaya kedua pihak perlu bertemu segera menyelesaikan isu-isu mengganjal dalam hubungan kita. Saya kira ini langkah maju dan saya perlu secara seksama mempelajarinya sebelum memberikan jawaban," katanya.

Sebelum pernyataan SBY Selasa malam, Menlu Julie Bishop di Sydney mengakui telah terjadi kerusakan dalam hubungan kedua negara. "Kami bekerja sangat keras di balik layar. Kami memastikan hubungan dengan Indonesia akan tetap menjadi yang paling prioritas," katanya.

  Tempo | Radio Australia  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.