Selasa, 17 Desember 2013

Ibu Ani Yudhoyono,Target Operasi Utama Intelijen Australia

http://ramalanintelijen.net/wp-content/uploads/sby-and-kristiani-herawati.jpgJakarta 16 Desember 2013. Hingar bingarnya gesekan antara Indonesia dengan Australia dalam soal penyadapan intelijen semakin marak akhir-akhir ini, setelah media Australia membeberkan alasan intelijen negeri Kanguru itu menyadap telepon Ibu Ani Yudhoyono pada 2009. Intelijen kini menjadi bintang media yang terus diberitakan karena dibocorkannya informasi intelijen oleh Wikileaks dan Edward Snowden. Kini masyarakat dunia semakin percaya betapa besarnya peran intelijen dalam pembuatan rencana dan pengambilan keputusan. Disamping kepercayaan besarnya daya rusak intelijen terhadap lawannya.

Besar dan pentingnya nilai informasi intelijen sudah lama menjadi ilmu terapan, dimana Sun Tzu, seorang ahli strategi perang jaman dahulu dari China misalnya menekankan pentingnya intelijen. Strategi perang Sun Tzu yang ditulis dalam 13 langkah sederhana, dimulai dari perencanaan perang hingga intelijen. Namun, kalau di urut, inti sarinya cuma ada tiga langkah. Yaitu, mengenal diri Anda dengan baik, mengenal musuh Anda, dan mengenal tempat di mana kita bertarung.

Dalam langkah terakhirnya dia menganjurkan pemakaian intelijen untuk memastikan keberhasilannya. Disebutkannya, bahwa kemenangan tertinggi adalah memenangkan perang tanpa satu pertempuran pun. Artinya, kalau kelemahan musuh sudah diketahui, kita akan selalu beberapa langkah lebih maju dari musuh, maka kemenangan sudah ditangan kita.

Nah, itulah yang terjadi kini antara Indonesia dan Australia. Badan intelijen Australia, Australian Signals Directorate (ASD) yang dahulu bernama Defence Signals Directorate (DSD) diberitakan oleh media Australia, The Australian, pada Sabtu (14/12) terkait soal penyadapan yang dilakukan terhadap Ibu Negara Ani Yudhoyono. Media tersebut menyatakan DSD mengutip pembocoran kawat Kedutaan Besar Amerika Serikat di Jakarta oleh Wikileaks yang menyebutkan alasan mengapa Ibu Ani menjadi target penyadapan intelijen Australia.

Kawat diplomatik yang dikirim dari Kedutaan Amerika Serikat di Jakarta tanggal 17 Oktober 2007 kepada diplomat Amerika Serikat di Canberra dan CIA. Selain itu juga dikirimkan kepada jaringan khusus perwakilan dan kantor intelijen AS di China Beijing, India New Delhi, Japan Tokyo, National Security Council, New Zealand Wellington, Papua New Guinea Port Moresby, Secretary of Defense, Secretary of State, The Association of Southeast Asian Nations, United States Pacific Command. Isi kawat diplomatik berjudul A CABINET OF ONE - INDONESIA'S FIRST LADY EXPANDS HER INFLUENCE.

Menurut The Australian, kabel berbicara tentang "dinamika baru" dalam keseimbangan kekuatan politik di Indonesia dengan munculnya seorang pemain yang menjadi penasihat paling berpengaruh bagi Presiden SBY. Penengah baru yang berpengaruh itu menurut kabel tersebut adalah isteri Presiden SBY, Kristiani Herawati atau biasa dipanggil Ibu Ani.

Menurut insider agen DSD (Anonim), menyatakan ketika keputusan diambil DSD untuk memantau telepon dari Presiden Yudhoyono dan rekan paling senior dalam kepemimpinan, diyakini ada alasan kuat untuk juga menargetkan handset ponsel E-90 3G wanita pertama di Indonesia tersebut (Ibu Ani). "Untuk memantau pikiran dan koneksi dari penasihat politik terdekat presiden yang sangat berguna. Dengan siapa dia berurusan tentang masalah keuangan, dengan siapa berurusan dengan partai, apa struktur dan apa basis kekuatan pergeseran di Indonesia? Setiap badan intelijen dipastikan akan senang bila memiliki informasi tersebut," katanya kepada The Australian.

Badan-badan intelijen percaya ada alasan keamanan nasional yang jelas untuk membenarkan Ibu Negara di Indonesia itu dijadikan target. Keputusan untuk memantau telepon itu disengaja dan diperhitungkan, dan tidak didasarkan hanya pada gagasan sembarangan bahwa DSD melakukan penyadapan hanya karena bisa.

Seperti yang diungkapkan oleh WikiLeaks : "Ibu Ani adalah satu-satunya orang dekat Presiden yang benar-benar bisa dipercaya pada setiap masalah, dimana Presiden pada paruh kedua masa jabatannya, semakin erat bergerak bersama dengan istrinya." Kabel juga menyebutkan, menurut Yahya Asegaf, seorang yang diangkat secara politik di Badan Intelijen Negara (BIN), menjadi lebih jelas bahwa pendapat wanita pertama (Ibu Ani) adalah satu-satunya yang penting." Dengan memonitor wanita pertama, lembaga Australia juga berharap untuk mendapatkan pemahaman yang lebih luas dari posisi keuangan keluarga pertama di Indonesia dan jaringan patronase yang mengalir dari itu.

Dituliskan juga oleh media tersebut," Ibu Negara Kristiani Herawati semakin berusaha untuk memanfaatkan keuntungan pribadi dengan bertindak sebagai broker atau fasilitator untuk usaha bisnis. Banyak kontak juga memberitahu kita bahwa anggota keluarga Kristiani ini telah mulai membangun perusahaan untuk mengkomersilkan pengaruh keluarga mereka ."

Tidak ada bukti menyebutkan bahwa Pak SBY atau Ibu Ani sengaja memberi dukungan finansial dan politik untuk setiap elemen Islam radikal untuk mendekati mereka, keduanya adalah lawan gigih ekstremisme dan terorisme, dan merupakan pendukung kuat untuk Indonesia yang sekuler. Pada bulan Agustus 2009, setelah dokumen Snowden membuka rahasia ulah intelijen Australia, DSD berusaha untuk memantau pemikiran para pemimpin Indonesia, termasuk SBY dan istrinya, agen mata-mata Australia sibuk mencoba untuk memecahkan misteri pemboman bulan sebelumnya di Marriott dan Ritz - Carlton hotel Jakarta yang menewaskan tujuh orang, termasuk tiga warga Australia.

Selain itu, dalam data Wikileaks yang bersumber dari data intelijen Australia pada Oktober 2007 disebutkan, mereka mengorek informasi dari penasihat SBY, TB Silalahi. Disebutkan TB Silalahi menyebut soal pengaruh Ibu Ani yang bahkan hampir membuat sepupunya, Sudi Silalahi, yang duduk di kabinet mengundurkan diri. Menanggapi hal itu, ketika ditemui media, Sudi juga membantah adanya peran Ibu Negara Ani Yudhoyono dalam mempengaruhi keputusan yang diambil Presiden SBY. Selain itu Jubir Presiden SBY, julian Aldrin Pasha mengatakan bahwa informasi Wikileaks tidak bermutu dan sumbernya tidak jelas.

Analisis

Ketegangan dan kerenggangan diplomatik antara pemerintah kedua negara, Indonesia dan Australia nampaknya akan terus berlanjut. Perbaikan hubungan inisiatif berada pada sisi Indonesia sebagai pihak yang tersakiti dan pantas marah. Tetapi bola panas berada di tangan Australia. Australia di sisi yang tertekan mengharap down grade hubungan segera naik dan segera pulih. Indonesia menetapkan enam step untuk pemulihan hubungan, dan kini baru berjalan satu langkah. Pemerintah Australia yang diwakili Menlu Julie Bishop selama ini sudah tiga kali berkunjung ke Indonesia, pada kunjungan terakhirnya menyatakan pemerintahnya menyesalkan terjadinya penyadapan.

Kini, media Australia menayangkan kabar, membuka alasan mengapa intelijen Australia melakukan penyadapan terhadap Ibu Negara Ani Yudhoyono seperti yang diberitakan oleh Snowden. Dasar penyadapan menurut The Australian dikatakan berdasarkan informasi dari badan intelijen Australia yang bersumber dari kabel diplomatik Kedubes AS di Jakarta tanggal 17 Oktober 2007 tentang besarnya peran Ibu Ani dalam hal kepemimpinan Presiden SBY.

Berita yang dilansir media Australia jelas merupakan upaya pembenaran dari sisi kepentingan nasional Australia. Sebagai negara demokrasi, aksi spionase berupa penyadapan banyak dikutuk oleh masyarakat internasional. Oleh karena itu nampaknya intelijen Australia mencoba menetralisir kemungkinan tekanan terhadap negaranya dan kemudian berusaha melibatkan pihak Amerika Serikat.

Dalam tindakan ini penulis melihat sebuah langkah serangan intelijen "conditioning," bak pisau bermata dua. Disatu sisi penyadapan tidak disalahkan oleh lawan politik pemerintah, terkait sikap PM Tony Abott, kedua ada pressure psikologis pembukaan sedikit rahasia dari Ibu Ani Yudhoyono. Mereka menjadi lebih berani bermain fakta, dengan kata broker, kemampuan Ibu Ani dengan perspektif kebijakan yang dipilihnya sendiri, pengaruhnya terhadap kekuatan Islam, pembagian kekuasaan antara presiden dan isterinya serta tuduhan mengerahkan kekuasaan atas make up kabinet.

Apa yang terbaca dari strategi Australia? Nampaknya pemerintah Australia menginginkan segera pulihnya hubungan diplomatik kedua negara dalam batas normal. Jadi secara halus tetapi nyata, pesan penggalangan tersebut disalurkan melalui jalur media, dengan harapan sikap dan keputusan keras pemerintah Indonesia di nilai kembali. Intelijen Australia jelas sudah sangat memahami baik karakter serta sifat dan perilaku para pejabat Indonesia.

Jadi apa yang sebaiknya dilakukan Indonesia? Diakui atupun tidak, Australia sudah berada di depan dua dan bahkan tiga langkah, karena mereka menguasai informasi dari Presiden SBY dan Ibu Ani, termasuk para pejabat tinggi di Indonesia. Australia menggunakan referensi AS dan menyebut nama Yahya Asegaf (BIN), TB Silalahi dan Sudi Silalahi, yang disebutkan memberikan pernyataan miring kepada pemerintahan Presiden SBY. Penulis perkirakan rahasia, dan bahkan hal yang paling sensitif pun mungkin sudah mereka pegang. Ini bisa dikalkulasikan, karena selama ini kita tidak sadar bahwa jalur komunikasi terbuka dan tertutup pejabat kita sudah disadap.

Memang dengan semangat nasionalisme, kita tidak perlu takut menghadapi kelakuan Australia, tetapi dilain sisi akan lebih smart dan bijak apabila rasa tanpa takut itu ditinjau kembali (diukur ulang). Bisa saja setiap saat beberapa rahasia sensitif akan mereka publikasikan di Australia atau mereka meminjam tangan lain dan melemparkan ke publik. Sebaiknya memang tekanan agak dikurangi dan hubungan segera dipulihkaan. Kita tidak bisa mengharap Australia akan menjadi negara baik yang tidak akan menyadap kembali, sulit membuktikannya baik secara material ataupun faktual.

Yang bisa dilakukan adalah kita berdiri sama tegak dengan Australia, tangkal upaya penyadapan kedepan dengan meningkatkan kesadaran sekuriti, naikkan anggaran Intelijen agar kemampuannya meningkat pesat. Penulis setuju Lembaga Sandi Negara yang kini dibawah Kemhan di kembalikan di bawah BIN. Perlu disadari bahwa Australia kini gundah dengan naiknya pamor pesawat tempur Indonesia buatan Rusia. Kita lakukan pemeriksaan sekuriti komunikasi dan berdayakan para ahli komunikasi dan enkripsi di dalam negeri. Kalau kita niat, pasti mampu dan bisa. Sudah tidak waktunya kita marah, mereka tetap tersenyum. Seperti kata Sun Tzu kita bisa dan sudah kalah sebelum berperang. Itulah intelijen yang harus diantisipasi.

Oleh : Prayitno Ramelan

  Ramalan Intelijen  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.