Selasa, 14 Januari 2014

Modifikasi Cuaca Diterapkan Untuk Atasi Banjir Jakarta

 Tahun ini, tim melakukan metode baru penyemaian garam di atas awan.    

Jakarta Tim rekayasa cuaca mulai melakukan operasi modifikasi cuaca di kawasan Jabodetabek, Selasa 14 Januari 2014. Tim yang terdiri dari Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) dan TNI Angkatan Udara menggunakan dua buah pesawat pengangkut Hercules dan Casa 212-200. Kedua pesawat ini dibantu satu buah helikopter Colibri sebagai pemantau kondisi di darat.

"Dengan dilakukannya teknologi modifikasi cuaca (TMC) ini kita menggunakan dua metode. Mempercepat proses awan menjadi hujan dan jumping process terhadap awan-awan yang sedang tumbuh di daerah Jabotabek agar bergeser keluar Jabotabek," kata Kepala UPT Hujan Buatan, BPPT Heru Widodo di Lanud Halim Perdana Kusuma, Jakarta, Selasa 14 Januari 2014.

Heru menjelaskan, tahun ini proses TMC Jabotabek menggunakan teknologi baru. Consule TMC (peralatan mekanisasi seeding) dan modifikasi ramp door pada pesawat Hercules C-130. Menurutnya, consule ini berbentuk tangki yang diletakkan dalam satu konstruksi rangka yang dilengkapi dengan roda. Setiap Consule berisi 3 (tiga) tangki, kapasitas setiap tangki sekitar 850 kg.

Dengan sistem consule TMC ini lanjut Heru, sebaran bubuk garam di dalam kabin pesawat dapat diminimalisir dan ancaman korosi pada pesawat Hercules dapat dicegah, karena Consule TMC dirancang bekerja dengan kondisi pressurized sistem.

"Kami telah berhasil membuat enam buah consule TMC. Ini disiapkan untuk modifikasi cuaca Jabotabek," ucap Heru.

Dengan teknologi baru ini, Heru berharap efektifitas kerja semakin cepat. "Dengan teknologi ini penyemayan garam di atas awan bisa dilakukan dalam waktu sekitar 15 menit. Jauh lebih efektif dibanding dahulu dengan merobek karung garam dan menyebarkan secara manual. Selain itu penyebaran garam akan lebih tepat sasaran," katanya.

Dari catatan BPPT hasil TMC tahun lalu hujan di wilayah Jaotabek berkurang 35 persen. "Dengan teknologi baru tahun ini kita harapkan lebih. Berapa besarannya kita lihat nanti setelah TMC selesai. Intinya penyemayan garam kita akan lakukan setiap hari hingga dua bulan ke depan," kata Heru.

Selain itu proses penyemayan awan yang dilakukan menggunakan menggunakan bahan ramah lingkungan."Yang kita gunakan sejenis garam dapur yang tidak berdampak buruk pada lingkungan termasuk bila jatuh langsung ke tanah," ucapnya.(eh)

Modifikasi Cuaca Jakarta Habiskan Anggaran Rp 40 M

 Anggaran ini belum diketok palu DPRD DKI Jakarta. 

Pemerintah Provinsi DKI Jakarta bekerjasama dengan Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) dan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) hari ini menggelar operasi modifikasi cuaca di langit Jakarta dan sekitarnya. Operasi ini akan berlangsung selama dua bulan ke depan.

Kepala BNPB Syamsul Maarif mengungkapkan, operasi menggunakan teknologi itu akan menghabiskan anggaran daerah sebesar Rp40 miliar. "Dana ini bersumber dari anggaran operasi BNPB yang bersumber dari APBN dan APBD Pemprov DKI," kata Syamsul di Lanud Halim Perdanakusuma, Jakarta, Selasa 14 Januari 2014.

Dalam operasi Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC) hari ini, BNPB terpaksa menombok lebih dulu karena anggaran dari Pemprov DKI Jakarta sebesar Rp20 miliar belum cair. Syamsul mendapat kabar, pencairan anggaran tersebut masih menunggu ketok palu DPRD DKI Jakarta.

Sementara waktu, operasi ini dibiayai dari dana tanggap darurat BNPB. Menurut Syamsul, BNPB punya dana tanggap darurat bencana sebesar Rp100 miliar. Dana ini bersifat standby dan bisa dicairkan kapan saja bila ada bencana di wilayah Indonesia.

Syamsul juga menjelaskan mengapa operasi TMC sangat mahal. Penyebab pertama, kata dia, harga berbagai material untuk penyemaian hujan memang mahal. "Selain itu, ongkos opersional sebuah pesawat tidak bisa dibilang murah," katanya.

TMC ini akan dibantu pesawat Hercules, Casa 212-200, dan satu buah helikopter Colibri sebagai pemantau kondisi di darat merupakan bantuan dari TNI AU.

Adapun operasi TMC tersebut merupakan tindak lanjut dari status Siaga Darurat Banjir DKI Jakarta yang dicanangkan Gubernur Joko Widodo, kemarin. Senin 13 Januari 2014, sebagian wilayah Jakarta dan sekitarnya direndam banjir setelah hujan terus mengguyur sejak Minggu 12 Januari lalu.(eh)

  Vivanews  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.