Kamis, 23 Januari 2014

Pesawat TNI Tak Cuma Untuk Urusi Modifikasi Cuaca

Jakarta Panglima TNI Jenderal Moeldoko menuturkan, pihaknya sudah mengoptimalkan segala fasilitas yang dimiliki TNI untuk membantu korban bencana alam.

Moeldoko mengatakan, kekuatan armada yang dimiliki pihak TNI, terbatas. Lontaran itu menanggapi keluhan Badan Penerapan dan Pengkajian Teknologi (BPPT) yang belum puas karena hanya mampu mengurangi sebanyak 22 persen intensitas hujan di Jakarta melalui Operasi Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC), akibat jumlah dan penerbangan pesawat untuk melakukan penyemaian awan dengan NaCl (garam), "Kami sebenarnya sudah siapkan ya. Persoalannya kan tidak saja hanya mengurusi rekayasa cuaca, tetapi kita juga kan membantu barang-barang ke Menado dan Sinabung," kata Moeldoko usai menjadi Inspektur Upacara pada Gelar Operasi Penegakan Ketertiban (Gaktib) dan Yustisi TNI TA. 2014 di Mabes TNI Cilangkap, Jakarta Timur, Rabu (22/1/2014).

Dirinya menjelaskan sudah mengerahkan kekuatan yang dimiliki TNI untuk membantu para korban bencana alam yang ada di beberapa wilayah di Indonesia.

"Jadi, dengan kekuatan kita yang terbatas ini kita gunakan semaksimal mungkin. Prinsipnya, kita siapkan semuanya," katanya.

Sebelumnya, Kepala Unit Pelaksana Teknis Hujan Buatan BPPT, F Heru Widodo menegaskan capaian itu belum maksimal diakibatkan sejumlah masalah.

Di antaranya, jumlah dan penerbangan pesawat untuk melakukan penyemaian awan dengan NaCl (garam).

Karena, menurutnya, seharusnya dengan luas wilayah DKI, dibutuhkan enam kali penerbangan untuk bisa mengurangi jatuhnya hujan di Jakarta lebih banyak.

Disebutkan, kapal yang tersedia hanya satu unit sehingga hanya bisa melakukan satu atau dua kali penerbangan selama lima hari ini, dari 14 Januari hingga 19 Januari. Ditambah, massa udara yang masuk di Jakarta sungguh lebih tinggi dari yang biasanya.

"Jadi kalau hanya dengan dua kali penerbangan bahkan hanya satu kali terbang itu kita tidak berdaya. Harusnya enam kali terbang atau tujuh kali terbang, agar bisa kita hujankan ke pantai Pelabuhan Ratu dan Selat Banten. Sehingga yang masuk ke wilayah darat bisa semakin berkurang," tuturnya, di kantor BPPT, Jakarta, Senin (20/1/2014).

Ia juga menjelaskan, selama lima hari ini BPPT sudah melakukan sembilan kali penerbangan dengan memakai Hercules dan menghabiskan sekitar 34 ton NaCl (garam).

"Itu bisa mengurangi sekitar 22,27 persen hujan. Memang sudah ada pengurangan. Tapi pengurangan ini saya anggap masih belum signifikan," imbuhnya.

Dia melanjutkan, BPPT menargetkan mampu mengurangi hujan di wilayah DKI Jakarta paling tidak sama seperti tahun lalu yakni 35 persen. Untuk itu diperlukan lebih banyak lagi pesawat untuk melakukan program ini.

Penjajakan ke TNI-AU maupun TNI-AL pun dilakukan BPPT untuk bisa dipakai pesawat Hercules atau Cassa yang dimiliki kedua angkatan tersebut. Meskipun diakui, mepetnya waktu meminta dan banyak pesawat yang peruntukkannya menjadi pertimbangan.

Seperti dipakai untuk menayalurkan bantuan ke wilayah bencana erupsi Gunung Sinabung, di Kabanjahe, Sumatera Utara dan membawa bantuan ke lokasi Banjir Bandang Manado, Sulawesi Utara.

"Mudah-mudahan hari Jumat (24/1/2014) sudah ada tambahan pesawat. Karena awan yang bisa kita semai akan banyak jika ada tambahan pesawat," ungkapnya.

TMC mulai diterapkan BPPT di Jakarta pada 14-19 Januari 2014 lalu. Hasilnya cukup efektif. Dalam lima hari, curah hujan yang berkurang sebanyak 22,27 persen.

Meski dinilai efektif, Kepala UPT Hujan Buatan BPPT Heru Widodo mengaku apa yang dilakukannya tersebut dirasa lamban. Hal ini dikarenakan hanya satu pesawat Hercules milik TNI yang difungsikan untuk proses modifikasi cuaca.

  Tribunnews  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.