Jumat, 28 Maret 2014

Menyaksikan "Top Gun" TNI AU beraksi di Jalak Sakti 2014

Lampung Satu negara agresor merebut sebagian wilayah Indonesia, menduduki dan menjadikan wilayah itu sebagai pangkalan tempat berpijak militer mereka untuk menguasai seluruh wilayah Indonesia. Tentu TNI tidak berpangku tangan, panglima TNI memerintahkan TNI AU bergerak.

Berdasarkan data intelijen, diketahui posisi-posisi vital kedudukan musuh yang bernilai strategis. Inilah kemudian yang dikembangkan panglima Komando Operasi Udara I TNI AU untuk melaksanakan misi penghancuran sasaran di darat itu.

Diterbangkanlah dua flight pesawat tempur Hawk 109/209 gabungan dari Skuadron Udara 1 dari Pangkalan Udara TNI AU Supadio, Pontianak, dan Skuadron Udara 12 dari Pangkalan Udara TNI AU Rusmin Nuryadin, Pekanbaru.

Flight berkode Elang Flight (Skuadron Udara 1) dan Panther Flight (Skuadron Udara 12) ini berhasil menghancurkan posisi strategis musuh itu, menjatuhkan bom-bom udara-darat multiguna Mk-82 berbobot 500 pound (250 kilogram) dalam empat kali pengeboman.

Sasaran hancur total, pilot pengawak Hawk 109 dan 209 kembali ke pangkalan dalam keadaan selamat. Misi berhasil.

Demikianlah sebagian skenario awal Latihan Puncak Jalak Sakti 2014 kali ini yang berlokasi di tanah Pangkalan Udara TNI AU Astra Ksetra, Lampung. Latihan pengeboman sasaran darat memakai bom betulan ini menjadi tontonan penting tersendiri bagi masyarakat setempat, yang telah diberitahu sejak dua pekan sebelumnya.

"Pilot-pilot tempur yang terlibat semuanya top gun kami di kelas pesawat terbang itu. Bayangkan, cara membidik dan menjatuhkan bom-bom itu masih manual, betul-betul berdasarkan perhitungan awak penerbangnya, mulai dari kecepatan, ketinggian, sudut serang, dan lain sebagainya," kata Komandan Pangkalan TNI AU Supadio, Kolonel Penerbang Samyoga Nofyan.

Dia juga pernah menjadi penerbang Hawk 209 dan menjadi komandan skuadron pesawat tempur buatan British Aerospace, Inggris itu. Ada empat sasaran buatan yang didirikan untuk dihancurkan, masing-masing berukuran 10 x 10 meter dengan warna menyolok.

"Kelihatannya besar, tapi dari ketinggian 2.000 kaki terhadap sasaran sangat kecil. Semula ukurannya 15 x 15 meter. Ini menguji kemampuan pilot-pilot tempur kita," kata dia.

Dari Skuadron Udara 1, ada empat Hawk 109/209 yang diterbangkan, yaitu TT-0229 (Kapten Penerbang Amry Thresher Taufani), TL-0112 (Letnan Kolonel Penerbang Radar Skyfin Suharsono/komandan skuadron dan Letnan Satu Penerbang Higha Hydra Afrianda), TT-0226 (Letnan Satu Penerbang Ari Monster Widodo), dan TT-0221 (Mayor Penerbang I Gusti Greyhound Adibrata).

Skuadron Udara 12 menerbangkan TL-0103 (Letnan Kolonel Penerbang Reka Icepack Budiarsa dan Kapten Penerbang Putut Rafale Hanggiro), dan TT-0211 (Letnan Satu Penerbang Arie Ninja Prasetyo). Satu Hawk 100/200 disiagakan di pangkalan aju sebagai cadangan.

Panglima Komando Operasi Udara I TNI AU, Marsekal Muda TNI Muhammad Wildgeese Syaugi, yang memimpin seluruh latihan puncak di lingkungannya, puas atas capaian anak buahnya itu.

"Tapi jangan berpuas diri, harus semakin sempurna dari hari ke hari. Ini jadi tantangan tanpa akhir melalui latihan, latihan, dan latihan," kata dia, yang saat masih perwira pertama dan menengah adalah penerbang tempur rating F-5 E/F Tiger II dan F-16 Fighting Falcon.

Empat kali bom itu jatuh, semuanya tepat di sasaran. Bahkan satu titik dibombardir tiga kali pemboman, dengan selisih sekitar satu meter saja. "Untuk ukuran pengeboman udara, sudah sangat presisi. Efek mematikan dari ledakan itu saja sudah sangat mematikan musuh dan posisi yang dituju," kata Samyoga.

Dengan cara manual seperti itu saja sasaran-sasaran bisa dihancurkan; bagaimana lagi jika Indonesia dan TNI AU bisa memiliki dan mengoperasikan pesawat tempur generasi mendatang, semisal F-22 Raptor ?

  ♞ Antara  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.