Jumat, 11 April 2014

[Misteri MH370] Skenario Desepsi MH370 dan Alasan Ke Samudera Hindia

http://static.republika.co.id/uploads/images/detailnews/arah-penerbangan-mh370-_140318070717-132.jpgSudah satu bulan lewat satu hari sejak hari Sabtu (8 Maret 2014) pesawat Boeing 777 Malaysia Airlines dengan nomor penerbangan MH370 menghilang dalam rute penerbangan Kuala Lumpur-Beijing. Beragam informasi terus berkembang dan terus  semakin agak lengkap, termasuk spekulasi dan analisis yaang dapat ditemukan di media sosial, arus utama maupun media elektronik.

Penulis dalam beberapa artikel telah membuat ulasan dari sisi pakem  intelijen maupun logika penerbangan. Saat bertugas di Pangkalan TNI AU Halim Perdanakusuma sebagai Kasi Intel Udara, penulis pernah ditugasi menjadi salah satu anggota PPKPT (Panitia Penyelidik Kecelakaan Pesawat Terbang) TNI AU yang menyelidiki penyebab jatuhnya pesawat Hercules A-1324 di kawasan Condet pada tanggal 5 Oktober 1991. Dengan kondisi pesawat hancur dan terbakar, walaupun lokasi jelas diketahui, dibutuhkan waktu cukup lama menentukan penyebab utamanya. Setelah didapatkan bukti-bukti yang lengkap, penulis meneruskan dengan "Operasi Sapu Bersih." Itulah pengalaman terkait dengan kecelakaan pesawat terbang.

Kini dalam usia senja, penulis mencoba terus mengikuti dan meneliti setiap informasi tentang hilangnya MH370 yang sudah sebulan lamanya. Kesimpulan sementara, pesawat dicuri dan sengaja dihilangkan untuk suatu maksud tertentu yang sangat khusus.
Skenario Desepsi dan Pembajakan Dari urutan sejak awal pesawat take off dari Kuala Lumpur hingga kemudian lenyap, didapat beberapa keganjilan dan menurut penulis mengarah kepada sebuah rencana taktis dan strategis dari dalam pesawat yang dilakukan seseorang penerbang sangat ahli dan benar-benar terlatih.

MH370 take off dari KL pada pukul 12.41 LT (8/3/2014). Pada 01:01:19 pesawat menyatakan maintaining level three five zero (terbang pada level 35.000 ft). Transmisi terakhir dengan sistem Aircraft Communications Addressing and Reporting System (ACARS) pada pukul 1:07 (ACARS off). Pada 01:19:29 pilot menjawab memahami perintah ATC untuk contact ke ATTC Ho Chi Minh. Pada pukul 01:21 (wpt IGARI) transponder dimatikan dan pada 01:30 pesawat menghilang dari radar, serta tidak dapat dihubungi, Komunikasi terputus.

Langkah mematikan ACARS dan transponder oleh seseorang di cockpit yang kemudian menjadi dasar Kepala Polisi Malaysia menyatakan kasus sebagai "criminal investigation." PM Najib menyatakan bahwa pesawat diambil alih oleh seseorang yang ahli. (Penulis menyebutkan ini adalah sebuah hijacking atau pembajakan pesawat.) Sejak pesawat mulai perjalanannya menjadi misteri. Dengan mematikan ACARS dan Transponder, maka pesawat tidak terlacak secara pasti karena dia menghilangkan identitasnya sebagai MH370. Sistem Hanud di Indonesia menyebut sebagai "black flight" atau Lasa 'X'. Beberapa radar primer dilaporkan menangkap obyek ini. Terutama radar militer (Air Defence Radar Malaysia dan Thailand). Pada umumnya militer tidak pernah mengumumkan hasil penjejakan radar, karena menyangkut rahasia sensitif kemampuan pertahanannya.

Radar TUDM mendeteksi obyek (diperkirakan MH370) yang berbalik arah ke jalur semula. Komando Pertahanan Udara Malaysia tidak bereaksi, karena mengira pesawat berputar atas perintah ATC. Pengakuan ini muncul pada Rabu (26/3) ketika Wakil Menteri Pertahanan Malaysia Abdul Rahim Bakri berbicara di hadapan parlemen, Straits Times, Rabu (26/3/2014).

"Putar balik tersebut terdeteksi pada radar kami, hanya kami pikir bahwa putar balik tersebut dilakukan oleh MAS, pesawat yang bersahabat atau bukan pesawat musuh, jadi kami pikir mungkin itu perintah dari menara kontrol," kata Abdul Rahim kepada Parlemen. Nampaknya pilot MH370 memahami bahwa pada dinihari tersebut reaksi Pertahanan Udara Malaysia kurang responsif terhadap obyek terbang. termasuk black flight sekalipun. Militer dikritik mengapa tidak melakukan intersepsi. Nampaknya mereka santai karena dalam situasi damai, dan arah pesawat bukan menuju kearah obyek vital (prinsip Hanud).

Kemudian pesawat melakukan manuver kedua, berbelok kearah Barat melintasi Kota Bharu. Saat ini Radar Militer melaporkan pesawat naik hingga ketinggian 45.000 ft, turun ke ketinggian 23.000 ft, kemudian turun lagi pada ketinggian 5.000 ft dan terus terbang ke arah Barat sampai wpt VAMPI, berbelok ke Timur Laut ke wpt GIVAL (selatan Phuket) berbelok ke Barat Daya ke wpt IGREX terus masuk airways P628 yang merupakan jalur Timur Tengah dan Eropa.

Radar militer kemudian kehilangan jejak pada pukul 02:40. Pilot terus menerbangkan pesawat pada batas FIR (Flight Information Region), yang menyebabkan dua otoritas penerbangan dari dua negara  akan terkecoh, karena tidak jelas siapa yang mengontrolnya (Indonesia dan Malaysia).

Pada saat pesawat berbelok ke Barat (memotong Kota Bahru), terjadi silang pendapat antara radar militer Malaysia dan Thailand, ketinggian 45.000 ft dibantah, karena dengan load yang tercatat saat itu, pesawat dikatakan hanya mampu naik hingga ketinggian realistis 37.000ft. Penulis mencatat, bahwa perubahan ketinggian yang dramatis (ekstrim stall) pesawat akan menyebabkan pengaruh/serangan red out karena G negative.

Darah penumpang atau crew yang onboard akan cepat naik ke kepala, menyebabkan keluarnya darah dari mata, telinga, hidung dan mulut. Yang lebih ekstrim lagi dari bahaya red out, pembuluh darah di kepala akan pecah dan bisa menyebabkan seseorang meninggal dunia. Menurut penulis pada manuver inilah si pilot tadi melaksanakan rencananya mengamankan dengan melumpuhkan baik penumpang atau crew yang tidak sejalan dengannya. Dengan lumpuhnya para penumpang dan crew, maka pembajak tadi bebas melaksanakan rencananya, khususnya setelah aman masuk ke Airways P628.

Bagaimana dengan radar Indonesia saat pesawat berada di Selat Malaka? Menurut penulis, si pilot pembajak itu sudah mempelajari karakter dan role of engagement (ROE) dari operasi pertahanan udara Indonesia (Kohanudnas) yang berlaku secara internasional, khususnya terhadap black flight.

Pilot (pembajak) melakukan langkah penghindaran terdeteksi (takut dianggap ancaman) oleh radar Indonesia di Sumatera. Setelah pesawat sampai di VAMPI, kemudian dibelokkan ke Timur Laut kearah wpt GIVAL. Dia faham apabila masuk wilayah Indonesia akan dicek flight clearance (dikeluarkan Mabes TNI) dan flight aproval (Kemenhub).

Apabila kedua ijin tidak ada, maka obyek akan di intercept oleh pesawat tempur. Beberapa kejadian penyergapan oleh pesawat TNI AU antara tahun 2011-2013, ada pesawat tempur AS (kapal induk) di Selat Malaka di intercept dua F-5. Pesawat Boeing 737 Pakistan (PIA) di intercept dan di force down (dipaksa mendarat) oleh Sukhoi TNI AU. Pesawat F-18 Super Hornet dari Kapal Induk AS di intercept dua F-16 TNI AU di Bawean. Juga pesawat Deputy Prime Minister PNG di intercept oleh Sukhoi dan di force down karena tidak mempunyai ijin.

Setelah lepas dari pantauan radar militer Malaysia, walaupun ACARS di matikan, ternyata ada signal ACARS yang tetap melaporkan kondisi engine ke satelit Inmarsat. Ping akan terus tertangkap satelit yang geostasioner 22.300 mil diatas Samudera Hindia. Dengan adanya pinger yang terus aktif tadi pesawat diketahui masih terbang hingga pukul 08:11. Pinger akan berhenti apabila generator engine dalam kondisi mati. Jadi diperkirakan saat itulah engine mati kehabisan fuel atau di shut down.

Satelit Inmarsat tidak secara pasti memastikan posisi pesawat tersebut, hanya berasumsi pesawat harus berada di suatu tempat di sepanjang busur lingkaran diameter pengamatannya. Ada dua skenario Inmarsat, dari kawasan Andaman, pesawat berbelok menuju kearah Selatan dan kemudian ke Timur. Dengan perhitungan busur lingkaran dan jelajah tersisa MH370, akan didapat perkiraan akhir perjalanan pesawat. Kemudian disimpulkan, dengan perkuatan data monitoring beberapa benda terapung oleh beberapa satelit, diperkirakan pesawat jatuh sekitar 2.500 km sebelah Barat kota Perth Australia (walau akhirnya diketahui sampah).

Beberapa hari terakhir ada pejabat Malaysia menyatakan pesawat memutari wilayah Indonesia untuk menghindari radar, dan ditanggapi oleh pejabat TNI AU. Kepala Dinas TNI AU Marsekal Pertama Hadi Tjahjanto menyatakan pesawat tidak melintasi wilayah Indonesia. "Jadi, pesawat yang diduga MH370 itu tidak pernah melintasi wilayah Indonesia. Kalaupun memang melintas, pasti akan terdeteksi oleh kita" katanya. Mungkin terjadi salah persepsi disini, menurut penulis dari skenario penerbangan, memang MH370 memutari wilayah Indonesia, dari Andaman dia ke Selatan dan baru kearah Timur. Benar pesawat tidak melintasi wilayah Indonesia. Sejak awal dia sudah takut terjejaki atau dianggap ancaman oleh Kohanudnas, karena taktik desepsi sedang dilaksanakannya. Penerbangannuya tidak mau diketahui.

Penulis berpendapat bahwa pesawat tidak jatuh bebas begitu saja setelah engine mati/dimatikan. Pesawat masih bisa gliding (meluncur), yang tidak diketahui seberapa jauh. Kemudian pesawat melakukan ditching (mendarat di laut tanpa roda) di Samudera Hindia itu. Berdasarkan teori Prof Diran, pendaratan di laut seperti pendaratan di tanah. Dengan demikian maka bagian cargo akan pecah, tetapi pesawat utuh, dalam waktu tiga-enam jam pesawat akan tenggelam secara utuh. Saat itu tanggal 8 Maret 2014, para tim SAR masih sibuk mencari di Laut China Selatan. Apabila penumpang masih hidup saat ditching, kemungkinan mereka akan keluar dari pesawat dan akan ditemukan sisa-sisa barang. Ternyata hingga kini tidak satupun bukti yang ditemukan. Artinya tidak satupun penumpang yang keluar.

Disinilah menurut penulis teori realistis, pesawat utuh tenggelam beserta seluruh isinya. Dan apabila penjejakan signal pinger dari beacon yang melekat di black box tertangkap, maka tidak terlalu mudah menemukannya, dalamnya laut hingga 4.500 meter dan belum ditemukan secara pasti lokasi pesawat, ditambah usia baterai emergency beacon yang hampir habis.

Walaupun masih meyakini akan ditemukannya black box, nampaknya beberapa anggota team tetap tidak meyakininya.

Para tim SAR militer kini semakin menghadapi tugas menakutkan. Mereka terus mencoba untuk menemukan bukti keberadaan pesawat. MH370 bisa berada di dasar laut di mana saja di Samudera Hindia, yang luasnya ribuan mil persegi pada perairan terbuka. Apabila seluruh Samudera Hindia menjadi wilayah pencarian, dibutuhkan waktu 2.995 tahun. "Kami tidak pernah harus menggunakan bukti satelit sebagai sesuatu yang terbaik sumber informasi," kata seorang pejabat AS yang tidak yakin dengan satelit.

Dengan demikian maka skenario si pembajak nampaknya memang terencana dan terstruktur, dia mampu mengecoh banyak ahli, bahkan negara-negara besar juga dikelabuinya dengan skenario desepsi.
.
Penelitian Pembajakan dan TerorismePenulis sejak awal tetap berpegang bahwa kasus MH370 adalah sebuah pembajakan. Yang lebih ekstrim pembajakan dilakukan oleh jaringan Al Qaeda. Mengapa demikian?

Pemutusan hubungan komunikasi pesawat adalah salah satu signal yang terkuat. Kedua manuver tempur pesawat dalam menghindari radar dan upaya pelumpuhan adalah sikap tegas, menakutkan, ciri-ciri teroris yang sadis tidak berperikemanusiaan.

Dari penelitiaan aparat keamanan atas adanya pendapat pembajakan, setelah dilakukan pengecekan keseluruhan penumpang (227 orang), dinyatakan bersih, tidak ada yang tersangkut teror dan tidak ada yang mampu menerbangkan Boeing 777. Penyidikan di fokuskan kepada awak pesawat, dimana arahnya kepada captain Zaharie dan Co Pilot Fariq. Terakhir fokus terarah ke Capt Zaharie, karena Co Pilot dinilai belum ahli dan masih diawasi oleh checker yang saat itu tidak ikut terbang.

Captain Pilot Zaharie adalah penerbang kawakan, dengan 18.365 jam terbang. Dia mempunyai simulator pribadi yang canggih di rumahnya. Dari beberapa manuver serta keahlian terbang, melakukan desepsi, penghindaran radar, serta manuver-manuver tempur lainnya, nampaknya tidak ada tersangka lainnya selain Captain Pilot yang sangat mampu membajak pesawatnya sendiri. Masalahnya hingga kini tidak ada satupun bukti yang dipegang pemerintah Malaysia.

Penulis sejak awal berpendapat bahwa ini adalah kaitan antara pembajakan dan terorisme, fanatisme dan bunuh diri. Beberapa jaringan jihadis di Malaysia terungkap sejak Dr Azharie dan Noordin M Top dua WN Malaysia yang beroperasi di Indonesia dalam jaringan Al Qaeda.

Pada peringatan serangan 911, pada tanggal 13 September 2013, Ayman Al Zawahiri pimpinan tertinggi Al Qaeda pengganti Osama bin Laden mengeluarkan fatwa, "Agar para simpatisan Al Qaeda melakukan serangan kecil atau serangan besar kepada Amerika Serikat, mirip dengan serangan di New York pada tanggal 11 September 2001. Serangan harus menimbulkan AS dalam kondisi terus tegang (a state of tension) karena tidak mengetahui kapan dan dimana serangan selanjutnya akan dilakukan. Serangan kecil bisa dilakukan oleh sekelompok orang atau seseorang (lone wolf), sementara itu  kita tunggu dan lihat peluang untuk melakukan serangan besar ke AS, walaupun kita harus menunggu dan sabar dalam waktu yang cukup lama.

"Teori tentang bunuh diri merupakan salah satu kesimpulan sementara beberapa badan intelijen, termasuk Direktur CIA John Brennan. Dari pengamatan penulis, dalam beberapa kasus serangan bom bunuh diri di Indonesia, para pelaku direkrut, kemudian di cuci otaknya. Mereka di doktrin akan masuk surga, dijemput 7 bidadari perawan dan dinikahi, asalkan mau memijat pemicu bom yang hancur bersama dirinya. Yang lebih ditekankan ledakan tidak akan terasa sakit hanya seperti dicubit, dan akan berbahagia setelah itu. Mati sahid serta berjihad adalah doktrin yang ditekankan para motivator teroris saat merekrut para pengebom.

Nah, kini pertanyaannya, apakah Capt Pilot Zaharie (apabila benar) sebagai pembajak yang juga membunuh dirinya? Jelas kematiannya didasari oleh sebuah keinginan yang kuat dan tidak peduli dengan orang lain yang ikut mati bersamanya. Hal ini telah dilakukan para anggota Al Qaeda pdalam serangan 911, hanya 18 orang tetapi mereka menimbulkan kematian sebanyak 3.000 lebih saat WTC roboh.

Keyakinan seperti itulah yang penulis lihat dalam kasus ini, fatwa Zawahiri, perekrutan, keyakinan anti AS dan mati syahid nampaknya sementara ini menurut penulis yang melatar belakangi tindakannya. Fatwa Zawahiri jelas arahnya, serangan kelompok atau serangan perorangan, harus dilakukan. Pasti Amerika Serikat akan terus tegang karena MH370 belum ditemukan setelah sebulan. Tidak jelas ada apa dibelakang ini. Misteri hilangnya pesawat adalah upaya dalam menyembunyikan bukti siapa pelaku, dan apa motifnya.

Oleh karena itu pembajak sudah memperhitungkan menenggelamkan pesawat di laut yang luas dan sangat dalam pada daerah terpencil dan penuh ketidak pastian. Inilah bukti serangan berupa pesan teror yang menurut penulis dilakukan oleh "lone wolf" (srigala tunggal) yang membuat risau, melumpuhkan teknologi secanggih apapun. Penulis semakin yakin, ada skenario besar dan mengerikan dibelakangnya, mereka sabar menunggu waktu dan kesempatan yang tepat. Mari kita waspada, khususnya para pengguna pesawat boeing, lebih spesifik Boeing 777.

Oleh : Marsda (Pur) Prayitno Ramelan, pengamat intelijen.
.

   Ramalan Intelijen  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.