Sabtu, 26 April 2014

[World News] Tentara Bayaran di Teluk Persia

Dilain pihak UAE tergantung pada prajurit yang direkrut secara normal (volunteer) dan sebagian besar bayaran (mercenaries) untuk melengkapi jumlah 70 000 prajurit http://cdn.ar.com/images/stories/2011/03/shamsara20110322100311623.jpgSalah satu dari banyak rahasia di Teluk Persia adalah berapa banyak mantan prajurit Pakistan yang menjadi tentara dan polisi disana. Kebutuhan yang besar akan prajurit bayaran Pakistan karena tidak cukupnya kesanggupan dan keinginan orang lokal untuk mengisi kebutuhan tersebut. Solusi lainnya adalah GCC (Gulf Cooperation Council atau Majelis kerjasama negara Teluk, yang terdiri dari negara negara kaya minyak di Teluk) membentuk pasukan gabungan dan berkoordinasi dengan semua negara negara terkait. Kesulitannya adalah jumlah dari semua prajurit yang dapat disumbang sebagai pasukan darurat GCC tidak lebih dari 100.000 prajurit.

Negara~negara GCC terutama khawatir akan ancaman Iran pada perdagangan minyak. Negara~negara GCC tidak hanya mendapatkan penghasilan dari 16 juta barel/hari, dan hampir semuanya melewati Selat Hormuz, begitu pula dengan kapal-kapal yang datang membawa bahan makanan dan barang-barang yang dibutuhkan harus melewati selat yang sempit itu. Lebih dari satu dekade, GCC sudah mempunyai rencana dalam mengatasi ancaman Iran ini. Kuncinya adalah berkoordinasi angkatan laut dan udara antar negara, dan bekerja sama erat dengan negara sekutu (terutama Amerika). Persenjataan negara GCC lebih modern dan lengkap dibanding Iran. Ditambah milik Amerika, dan negara lain yang mempunyai armada di Teluk, Iran menghadapi musuh yang sangat tangguh. Walaupun Iran selalu lebih jago perang dibanding negara negara Arab, negara GCC memberikan pelatihan lebih kepada pasukannya, yang mana membuat gap tidak terlalu jauh. Hampir semua pelatihan dilakukan oleh orang-orang Pakistan. Negara~negara Arab sadar bahwa Pakistan adalah tetangga Iran, dan negara yang mempunyai senjata nuklir. Walaupun Pakistan dan Iran umumnya mempunyai hubungan yang baik, negara-negara Arab ini harus memastikan bahwa Pakistan adalah sekutu bila Iran menjadi agresif.

Negara-negara Arab mempunyai sejarah yang panjang dengan Iran, dan pihak luar lain yang tidak bersahabat. Solusinya adalah selalu mencari persatuan dan bersekutu dengan pihak luar. Di abad 19, raja-raja di pinggiran pantai (negara yang tergantung pada perdagangan, mutiara, dan perikanan) bersekutu dengan Inggris, untuk perlindungan dari Turki (yang menduduki apa yang sekarang bernama negara Irak), Iran (selalu menjadi ancaman bagi negara negara Arab), dan suku-suku didalam wilayah Arabia. Inggris tertarik dalam menghancurkan perompak (yang sering beroperasi di negara negara emirat), dan menghentikan ekspansi Turki. Di tahun 1971, 7 dari emirat-emirat ini membentuk federasi yaitu UAE. Langsung timbul perselisihan dengan Arab Saudi mengenai dimana letak perbatasan air dan daratan. Hingga saat ini perselisihan ini belum juga tuntas. Arab Saudi menganggap diri mereka sebagai pemimpin di wilayah Arabia, tapi hampir semua orang di Yaman, Kuwait, Oman dan UAE tidak sependapat dengan ini. UAE adalah pemimpin organisasi Majelis, dan selalu berselisih dengan Arab Saudi tentang kepemimpinan. Akan tetapi bila mengenai ancaman dari luar, terutama dari Iran, tidak banyak perselisihan, dan lebih banyak bisa diajak kerjasama. Masih tanda tanya apakah ini cukup untuk melawan Iran, dan hanya perang yang bisa menjawab pertanyaan ini.

Kesulitan terbesar GCC bukanlah membeli persenjataan, melainkan mendapatkan orang lokal atau asing untuk mengoperasikan persenjataan tersebut. Memang memalukan bahwa fakta hampir di berbagai wilayah Arabia yang mempunyai prajurit yang efektif, terutama di negara-negara pantai, umumnya bukanlah orang lokal melainkan tentara asing bayaran. Pakistan sudah lama (bahkan hampir satu abad) menjadi sumber pasukan bayaran bagi banyak negara Arab di Teluk Persia. Orang-orang Pakistan adalah pemeluk Islam Sunni yang setia dan efektif. Banyak yang belajar berbahasa Arab, dan berdomisili untuk menjadi warga permanen. Banyak keluarga-keluarga Arab di Teluk Persia mempunyai darah Pakistan bila dirunut. Bahrain, dimana pemimpin Sunni mempunyai masalah bertahun tahun dengan mayoritas Shia mempunyai 10 000 pasukan veteran Pakistan di angkatan darat dan kepolisian. 20 persen dari personil angkatan udara Bahrain berdarah Pakistan. Arab Saudi juga memperkerjakan Pakistan seperti negara-negara GCC. Dipercaya lebih dari 10 persen dar 500 000 prajurit, polisi dan pihak keamanan negara-negara GCC adalah orang Pakistan, dan jumlah ini terus meningkat dari tahun ke tahun.

Dilain tempat, UAE (Uni Emirat Arab) mengadopsi perekrutan konskripsi dalam mengusahakan memelihara jumlah kekuatan militer dan membentuk kekuatan cadangan bagi warga yang terlatih. Pendek kata, UAE hendak mengurangi ketergantungan pada tentara bayaran. Sebagian dari hal ini karena fakta dilapangan menunjukkan ada 1,5 juta Pakistan bekerja di negara-negara Teluk sebagai expatriate, dan mereka ini tidak dipekerjakan dengan baik. Ada kekhawatiran dari para pejabat negara bahwa tentara bayaran Pakistan akan menjadi masalah bila para pekerja Pakistan menginginkan perlakuan yang lebih baik.

Wajib militer adalah sesuatu yang jarang di wilayah Arabia, tetapi ancaman Iran yang semakin besar menyebabkan ide radikal ini menjadi masuk akal. Ide besar dibalik wajib militer yang dilakukan UAE adalah membuat semua pria umur 18-30 tahun menjadi terlatih, dan bisa bertempur bila dipanggil sewaktu keadaan perang. UAE ingin mengikuti sistim Israel. UAE hanya menugaskan para wajib militer berseragam untuk jangka waktu 9-24 bulan, dan itu semua dihabiskan untuk pelatihan. Lulusan universitas akan dididik lebih lama dan bertugas sebagai perwira atau tenaga ahli. Sesudah itu, semua menjadi prajurit cadangan, dan diorganisasikan menjadi sebuah unit yang berlatih rutin. Dalam hal ini berlangsung selama 20 tahun. Rencananya seperti itu, dan bila ini terlaksana, maka UAE akan bisa memobilisasi dan mempunyai 270 000 prajurit terlatih dalam beberapa hari.

Dilain pihak UAE tergantung pada prajurit yang direkrut secara normal (volunteer) dan sebagian besar bayaran (mercenaries) untuk melengkapi jumlah 70 000 prajurit. Untuk memelihara pasukan ini saja dibutuhkan beberapa inovasi tambahan. Sebagai contoh, ditahun 2011 UAE membentuk satu batalyon (800 prajurit) terdiri dari orang-orang Barat veteran perang. Pasukan ini direkrut dari personil yang mempunyai pengalaman perang dan dilatih sebagai pasukan anti teroris dan pasukan reaksi cepat. Pasukan ini adalah sebagian kecil dari banyaknya orang asing yang bertugas di angkatan bersenjata UAE. Merekrut tentara bayaran asing, meyakinkan penguasa bahwa mereka dilindungi oleh pasukan yang terlatih dan bisa diandalkan, yang mana sudah merupakan kebiasaan didaerah tersebut. Sebenarnya, ditempat lain juga banyak terjadi, seperti di Vatikan dimana para penjaga orang-orang Swis yang bertugas lebih dari 500 tahun dinilai lebih mumpuni dibanding orang lokal.

Batalyon UAE direkrut dari para personil yang mendapatkan latihan sesuai dengan standar Barat, yang artinya mereka bukan berasal dari negara-negara Barat. Veteran prajurit Gurkha Inggris sangat diterima sebagai pasukan khusus. Veteran Kolumbia yang berpengalaman dalam memerangi narkoba dan pemberontak juga direkrut dan akhirnya menjadi bagian paling besar di batalyon tersebut. Unit ini disatukan dalam bahasa Inggris, begitu pula dengan pelatihan dan pengalaman. Lain dari itu mereka sebenarnya adalah pasukan multi nasional.

Angkatan bersenjata UAE tidak besar, sekitar 70 000 prajurit, dan sebagian besar (jumlah pasti dirahasiakan, tapi dipercaya sekitar 1/3 dari total) adalah orang asing yang mempunyai kewarganegaraan UAE. Kebanyakan 8 juta dari warga yang berdomisili di UAE bukanlah warganegara atau orang Arab. Hanya 16 persen dari populasi adalah warganegara UAE, dan hanya 10 persen dari populasi dalah orang Arab. Mayoritas (80 persen) adalah orang asing, yang kebanyakan dari Asia Selatan (Pakistan, Bangladesh dan India). Sisanya dari Barat, Afrika, dan Iran.

Masalahnya adalah kekayaan dari minyak selama lebih dari 60 tahun ini, merubah cara pandang dan kebiasaan dari warganya. Warganegara Arab asal UAE menjadi sangat pemilih dalam hal mencari pekerjaan. Pekerjaan yang paling banyak tersedia, apalagi untuk yang tidak berpendidikan, tidak menarik bagi mereka. Jadi hampir kebanyakan warga UAE memilih bekerja sebagai pegawai pemerintah, dimana pekerjaan mudah, bayaran bagus, titel jabatan membanggakan, dan kehidupan yang menjemukan. Pemilik-pemilik usaha umumnya adalah warga UAE, tapi karyawan sudah dipastikan warga asing. Umumnya mereka adalah lelaki, yang mengakibatkan jumlah pria disana 70 persen dari populasi. Tingkat pengangguran warga sekitar 23 persen, tetapi hanya sepersepuluh yang sebenarnya sedang mencari pekerjaan. Suatu survey mengindikasikan bahwa mereka memilih sebagai pengangguran. Subsidi bagi pengangguran sangat besar, jadi banyak yang tidak tertarik untuk bekerja, apalagi bergabung menjadi prajurit. Peraturan wajib militer ini akan merubah ini semua.

Walaupun ribuan pesawat, helicopter, kendaraan lapis baja dan sistim canggih lainnya sudah dibeli UAE dalam dekade terakhir ini terlihat mengagumkan, hasil nyata dari semua persenjataan ini tergantung pada siapa yang mengoperasikannya. Dalam hal ini, UAE menghadapi kesulitan serius. Dan umumnya sangat sulit di UAE untuk bisa mendiskusikan hal ini.

Contoh dari semua ini banyak terlihat setiap hari oleh ribuan teknisi dan pelatih Barat yang dibayar untuk menjaga pengoperasian peralatan canggih. Para pelatih Barat juga tidak lepas dari perekrutan. Itulah mengapa banyak orang asing diterima, dengan janji untuk menjadi warganegara. Standar untuk perekrutan orang asing lebih tinggi, tetapi loyalitasnya diragukan. Ditahap ini “batalyon bayaran” terbentuk. Untuk mendapatkan prajurit terlatih untuk misi-misi operasi khusus (seperti kasus penyanderaan atau operasi anti terror), dan beberapa prajurit terlatih juga dapat diandalkan untuk melindungi keluarga kerajaan. Para prajurit ini memang ada karena uang, dan secara sejarah selalu ada. Dalam kata lain, ketika dibeli, mereka memang untuk dibeli. Itulah kenapa orang Swis terkenal sebagai pasukan bayaran. Swis adalah negara netral pada awal abad 19, dan artinya tidak ada lagi tentara bayaran (resminya, dengan pengecualian untuk Vatikan). Dan bila diperbolehkan, UAE juga mungkin akan merekrut para penjaga Swis.

Semua negara negara Arab di teluk Persia sadar akan hal ini, apalagi mereka yang pernah belajar di Barat, atau pernah tinggal disana. Tapi minoritas ini tahu bahwa yang mereka hadapi adalah kultur yang susah untuk dirubah. Beberapa mencari jalan untuk merubah paradigma ini. Sebagai contoh, keluarga kerajaan Saudi membentuk Nasional Guard ditahun 1939, sebagai pasukan khusus, pasukan suku, yang saat ini jumlahnya hampir sebesar pasukan angkatan darat, dan dianggap lebih efektif dan dapat diandalkan daripada pasukan lainnya. Hal ini dikarenakan prajurit Nasional Guard mentaati aturan kepemimpinan tradisional, dan mempunyai hubungan pribadi dengan Raja. Hanya orang-orang dari suku tertentu yang diketahui setia kepada keluarga Saudi dapat bergabung, dan mereka diharapkan membuat keluarga dan suku mereka bangga. Saddam Hussein, dan para pemimpin Arab lainnya, juga membentuk pasukan seperti ini. Saddam dengan pasukan Republican Guard. Di UAE, mereka merekrut tentara bayaran asing, yang tahu tugas mereka adalah untuk menjamin bahwa tuan mereka terlindungi.

Diseluruh wilayah ini, pasukan bersenjata (darat, laut dan udara) dianggap adalah hanya pekerjaan pemerintah yang diurus oleh birokrasi pemerintah lainnya. Standar mereka rendah karena mereka tidak mempunyai hubungan keluarga atau kesukuan. Hanya di negara-negara Barat, orang memberikan komitmen kepada bukan saudara/suku. Oleh karena itu, UAE mengimpor salah satu kultur Barat; profesionalisme, diandalkan, prajurit Barat dengan personil lokal. Mereka akan selalu merekrut tentara asing.

Di terjemahkan oleh Audacious (Kaskuser)

  Strategypage  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.