Selasa, 20 Mei 2014

Antisipasi Perang Masa Depan

4 Aksi TNI AD menghadapi cyberwar Jakarta Pertempuran di masa depan tak lagi soal adu otot dan senjata konvensional. Teknologi Informasi atau TI akan sangat menentukan kekuatan pertahanan suatu negara.

"Pertempuran saat ini dan di masa depan akan banyak ditentukan oleh teknologi informasi, sehingga dibutuhkan satu kecepatan manuver. Ke depan, pertahanan juga membutuhkan 'soft power'," kata Kepala Staf TNI AD Jenderal Budiman, Jumat (16/5).

TNI AD mengakui masih lemah dalam penguasaan teknologi informasi. Situs mereka berkali-kali tumbang dihajar peretas.

Situs TNI yang beralamat di www.tniad.mil.id pernah tumbang selama beberapa hari pada Juni 2013 oleh hacker yang menamakan dirinya Mujahidin Indonesia Timur (MIT).

Jauh sebelum itu, hacker Malaysia pun pernah menyambangi situs TNI AD. Begitu membuka situs TNI yang diretas, maka yang ada adalah tulisan 'This Website Has Been Hacked By m33h00n.'

Itu baru situs informasi biasa yang diretas, bagaimana jika peretas bisa masuk ke sistem persenjataan, personel, atau data-data penting. Tentu akan sangat berbahaya.

TNI AD pun tak mau hal ini terus terjadi. Berikut 4 aksi TNI mempersiapkan diri menghadapi peperangan masa depan:

 1. Latih Kopassus pintar dengan kemampuan TI 

Tak hanya memperbaharui alat utama sistem bersenjata (alutsista), TNI juga mempersiapkan aparat yang tangguh menghadapi serangan di dunia maya. Sejumlah prajurit pun disiapkan berada di gugus terdepan pertahanan teknologi.

"Prajurit kita sekolahkan pada level tertentu, kita butuh percepatan kerja sama dengan melibatkan Federasi Teknologi Informasi Indonesia (FTII). Kita pilih prajurit dengan IQ-nya di atas 120, yang ada di atas itu umumnya dinasnya di Kopassus," kata Kasad Jenderal TNI Budiman di Mabes AD, Jumat (16/5).

Masih menurut dia, TNI AD tidak perlu meniru standarisasi teknologi militer negara lain. Semua keunggulan negara maju diambil dan diramu untuk kemajuan militer Indonesia.

"Standarisasi kita tidak usah ngeblok tapi mana yg paling hebat kita ambil, tentu tergantung mereka ahlinya. Kalau mereka belajar di Amerika Serikat kan sesuai cara pikirnya, kalau belajar di China akan juga sesuai cara berpikirnya, yang paling bagus kita ramu dan kita rakit," terang dia.

 
2. Upayakan pakai produk TI dalam negeri 


TNI AD berupaya agar produk pertahanan berbasis teknologi dapat dikembangkan sendiri oleh prajurit TNI dengan asistensi dari para pakar teknologi.

"Kalau kita terus tergantung pada produk asing, maka semua dengan mudah akan diganggu. Oleh sebab itu, kita harus menguasai betul teknologi ini. Kebetulan potensi yang kita miliki sangat besar. Tak kalah dengan pihak asing," kata Jenderal Budiman.

TNI AD pun menggandeng Federasi Teknologi Informasi Indonesia dalam upaya memajukan kemandirian teknologi supaya para prajurit melek teknologi.

Kepala FTII Sylvia Sumarlin mengatakan pihaknya mendukung keputusan TNI AD untuk mengembangkan sendiri produk pertahanan teknologi.

"Kami dukung termasuk pemilihan teknologi. Beliau menghendaki teknologi lokal, aplikasi buat sendiri, dan sistem jaringannya yang dibuat sendiri," katanya.

 3. Kapok dikerjai peretas asing 

Jenderal TNI Budiman mengakui kemajuan teknologi informasi belum merasuk ke tubuh TNI AD. Alhasil, kesatuannya pun menjadi bulan-bulanan di dunia siber.

Budiman menyebutkan, Indonesia mengalami banyak serangan dari negara-negara lain. Hanya saja, serangan itu tak serangan fisik melainkan aksi meretas.

"Kita menyadari kemampuan sumber daya manusia TNI AD. Kita perlu belajar bersama dan berlatih dalam hal ini (teknologi informasi)," kata KSAD TNI AD Jenderal Budiman di Mabes AD, Jumat (16/5).

Kelemahan itu menjadi mimpi buruk bagi TNI dalam menghadapi serangan dunia siber. Salah satunya pernah terjadi saat pasukannya akan menerbangkan pesawat.

"Saat penerbangan di Tanjung Priok ada kawan nge-jam, sehingga begitu terbang ternyata ada yang mainkan jamming sekitar situ. Ya itulah masih ada kawan-kawan yang masih ambisi dalam ekonomi," ujar dia.

 4. Bikin sistem antisadap sendiri 

Saat ramai-ramai penyadapan pada Presiden SBY oleh Australia dan Amerika Serikat, TNI Angkatan Darat bersama Universitas Surya bekerja sama kembangkan teknologi antisadap. Mereka mengembangkan teknologi antisadap yang berfungsi untuk dapat mencegah penyadapan yang dilakukan oleh berbagai pihak.

"Dengan teknologi antisadap ini, minimal TNI AD tak bisa lagi disadap oleh berbagai pihak," kata Jenderal TNI Budiman akhir tahun lalu.

Dia mengklaim alat tersebut nantinya dapat mencegah komunikasi para pejabat Indonesia disadap oleh negara lain.

  ★ Merdeka  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.