Sabtu, 07 Juni 2014

Operasi Di Laut Mediterania

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh6CsBNj8-C9HAJpYNWWvKU4q63zRmqNvfpXPJqTTN52bZWSXi1IT-EWxovJ8H5luV6AuIGj-mFU9elX4WVl-72kTVYmiJOykdoH2NwsyGNnzKbOSvVYXNp7Go5HtKaLCGOAiYO2Xm1OZo/s1600/22Edisi+Juni+2011_14..tiffPembebasan MV Sinar Kudus

All hands,
Sejak 2009 Angkatan Laut Indonesia telah beroperasi di Laut Mediterania secara rutin di bawah bendera UNIFIL. Operasi itu adalah untuk menegakkan resolusi Dewan Keamanan PBB di Lebanon. Setiap tahun terdapat satu kapal perang Indonesia di perairan Laut Tengah, di mana terdapat jeda kekosongan dua sampai empat bulan karena Angkatan Laut Indonesia tak mampu menyebarkan kapal perang pengganti sebelum kapal perang yang digantikan berada di Indonesia. Hal itu karena tidak semua kapal perang Indonesia memenuhi standar PBB, sehingga harus menunggu proses kanibalisasi beberapa peralatan dari kapal perang yang digantikan dengan kapal perang yang menggantikan.

Dalam beberapa tahun terakhir, Laut Tengah juga semakin meningkat nilainya dari kacamatta kepentingan nasional Indonesia. Hanya saja peningkatan itu tak banyak dipahami di Indonesia sendiri oleh pihak-pihak terkait.

Meningkatnya investasi energi Indonesia di beberapa negara sekitar Laut Tengah adalah faktor pendorong utama peningkatan demikian. Sejumlah perusahaan energi Indonesia telah beroperasi, bahkan memiliki ladang minyak dan gas, di beberapa negeri Muslim di sekitar Laut Mediterania.

Kehadiran entitas Indonesia itu berarti adanya tanggungjawab melekat pada pemerintah Indonesia untuk mampu mengamankan warga dan investasi Indonesia di sana. Apalagi investasi itu dilakukan di negara-negara yang dikenal tak stabil dari aspek keamanan. Apabila terjadi kekacauan, dibutuhkan langkah-langkah pengamanan kepentingan Indonesia di negeri-negeri tersebut, termasuk evakuasi WNI. Selain itu, jalur pasokan energi dari ladang minyak di sekitar Laut Tengah di mana perusahaan energi Indonesia berinvestasi ke Indonesia juga harus diamankan.

Sebagai ilustrasi, Cina pernah mengevakuasi ribuan warganya dari Libya pada 2011 ketika terjadi pergolakan untuk menjatuhkan rezim Moammar Khadafy. Dalam evakuasi itu, salah satu sumberdaya yang dikerahkan adalah kapal perang PLAN yang tengah menggelar operasi keamanan maritim di sekitar perairan Somalia. Operasi evakuasi non kombatan itu adalah salah satu yang terbesar yang pernah digelar Cina di luar negeri selama ini.

Saat MV Sinar Kudus dibajak pada Maret-April 2011, kekuatan laut Indonesia tak bisa dengan segera menyebarkan kapal perang untuk merespon. Penyebabnya kapal perang Indonesia yang beroperasi di Laut Mediterania berada di bawah komando dan kendali UNIFIL dan sesuai perjanjian antara Indonesia dan PBB, tak boleh ada penarikan mendadak kapal perang yang tengah disebarkan untuk mendukung misi PBB.

Berkaca pada preseden itu, Indonesia perlu mengkaji tentang suatu gugus tugas kapal perang di sekitar Laut Tengah. Meskipun saat ini belum terlihat mendesak, sebaiknya hal itu tak dianggap remeh. Situasi geopolitik di Asia Barat Daya alias Timur Tengah tak dapat sepenuhnya diperkirakan.

  ★ damn the torpedo  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.