Rabu, 16 Juli 2014

BEHIND ENEMY LINES : Tim Umi [1]

Clandestine Sendiri ke Wilayah Musuh https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh1mIdCDeQ_5bQ8W2IXMVNZyLgmAFCisiEr6m8jOs4idWIdOGBTcdmHG0T72vyQKhQZvdBa4FCmOxCjVU7FSmzyzdzdK43xPUYce6TUdo1hujnMVFi0h_QAw5RogCki1f4f1H6ejYMK4j4Q/s1600/Pataka_Frame.pngJauh hari sebelum operasi militer terbatas yang dikenal dengan nama Operasi Flamboyan dilancarkan, Kapten Mannix adalah orang pertama yang ditugaskan menyusup kedalam wilayah Timor Portugis. Saat itu, akhir tahun 1974, setelah Mannix yang sudah sering mendampingi Kolonel Inf. Dading Kalbuadi ke daerah Timor, Kupang dan Atambua untuk mencari-cari info kembali ditugaskan dan kali ini penetrasi masuk kedalam wilayah musuh. Asintel Hankam Mayjen TNI LB. Moerdani dan Kolonel Inf. Dading Kalbuadi menugaskan/menyusupkan Mannix sebagai perwira intelijen secara gelap kedalam wilayah Timor Portugis.

Kapten Mannix ditugaskan untuk melakukan penyelidikan didaerah perbatasan dan menyusup kedalam wilayah musuh. Mannix dipercaya mengemban misi yang amat strategis,berat dan berbahaya tersebut. Dia disusupkan sendiri dengan menyamar sebagai seorang mahasiswa dan sama sekali tidak boleh menunjukkan identitasnya sebagai seorang personel militer. Jika tertangkap dia tidak ada sangkut pautnya dengan militer Indonesia. Mannix sangat menyadari penugasan tersebut bertaruh nyawa dan siap dengan segala resikonya, termasuk tidak kembali atau missing.

Situasi perbatasan NTT dengan Timor Portugis ketika itu sudah sangat memanas. Banyak warga sana sudah mengungsi ke wilayah Indonesia. Mereka dikejar-kejar aparat Timor Portugis. Sehingga waktu itu masuk laporan sudah ada 5 orang aparat Timor Portugis yang ditangkap aparat keamanan Indonesia karena memasuki wilayah NTT.

Dalam situasi perbatasan seperti itu, Kapten Mannix menyamar sebagai mahasiswa yang sedang melakukan penelitian. Dia hanya boleh melapor kepada Pangdam Udayana, selebihnya kepada komando dibawahnya seperti Korem, Kodim dan Koramil dirahasiakan. Mengawali tugasnya, Mannix melapor kepada Pangdam Udayana bahwa ia mendapat tugas khusus dari Ketua G1/Intelijen Hankam Mayjen TNI LB. Moerdani. Pada waktu, wilayah perbatasan sudah banyak personil militer TNI berjaga-jaga. Sehingga penyamaran sudah dilakukan meski masih dalam wilayah RI. Pergerakan Mannix tidak hanya dilarang terendus oleh aparat keamanan Timor Portugis namun juga oleh aparat Indonesia.

Setibanya di Atambua, Mannix yang menyaru jadi mahasiswa ini menyewa seekor kuda dan seorang penterjemah penduduk tempatan. Kuda disewa untuk mengangkut beban ke perbatasan. Mannix tahu, di Atambua itu sudah bercokol perwakilan Bakin pimpinan Mayor Inf. Tony Sumardjo (AMN 64), personil Kopassandha yang BKO ke Bakin dan juga sedang menyamar disitu. Mannix dan penterjemahnya itu menyusup masuk, medan sangat berat, jarak antara satu kampung dan kampung lainnya sangat jauh. Bahkan disetiap kampung pun, jarak antara rumah pun berjauhan. Suatu saat hujan turun deras mengguyur seharian sehingga Mannix dan penterjemahnya basah kuyup. Ketika akhirnya tiba di sebuah kampung diperbatasan dia beristirahat dan memanaskan badan diperapian disebuah rumah. Kemudian datang seorang penduduk dari atas bukit ngomong pakai bahasa Tetun, memberitahukan bahwa diatas ada Komandan Koramil.

Danramil itu meminta "mahasiswa" yang tengah memanaskan badan diperapian untuk segera naik keatas. Danramil mau ketemu, mau tanya-tanya, siapa dan apa keperluan si 'mahasiswa' datang ketempat itu. Mannix menjawab," oh iya, nanti saya akan kesana". Mannix dan penterjemahnya pun segera berkemas, layaknya memang ingin naik menghadap. Bersama penterjemahnya, dia menaiki kudanya dan beringsut seolah-olah ingin memenuhi panggilan Danramil, tapi setelah beberapa meter, arah kuda langsung dibelokkan dan kabur melarikan diri. Mannix menghindari pertemuan tersebut. Dia tidak mau ketahuan baik oleh kawan apalagi lawan. (Danramil tersebut kemudian terindetifikasi adalah Lettu Inf. Kiki Syaknakri/Akabri 1971).

Tiba disebuah perbukitan didaerah perbatasan, Mannix mengambil teropong kecil mengamati wilayah perbatasan. Disitu kelihatan sudah banyak sekali pos-pos penjagaan. Dia kemudian mencari celah diantara pos-pos tersebut. Celah akhirnya ditemukan dan masuk kedalam wilayah Timor Portugis. Celah tersebut merupakan sebuah medan yang sulit dan terjal, yang kemungkinan tidak diperkirakan oleh pos penjagaan Timor Portugis bisa dilalui. (Dikemudian hari, celah ini menjadi jalur penetrasi Operasi Flamboyan dan jalur escape seorang Sersan anggota Tim Umi yang tercicir dibelakang setelah diburu oleh aparat Timor Portugis). Ketika berpindah kewilayah perbatasan lainnya, Mannix didatangi oleh seorang Dukun yang terkenal sakti dikawasan itu. Orang itu bisa membuat siapa saja menjadi kebal bacokan, parang, panah, tombak dan senjata tajam lainnya. Mannix tertarik, dia merasa membutuhkan 'ilmu kebal' tersebut. Dukun itu pun kemudian tanpa diminta mendemonstrasikan kehebatan ilmunya. Lima orang anak buahnya disuruh tidur di bale-bale, dan kemudian satu persatu perut mereka ditebas dengan parang dan ditusuk tombak. Aneh bin ajaib, bukannya luka tapi melenting kayak karet saja.

Wah Mannix tertarik dan merasa memerlukan kekebalan itu. Kemudian dia bertanya, "Apa syaratnya?" Melalui penterjemah, Si Dukun kemudian menyebut bahwa hanya dengan minum air yang ia datangkan secara ajaib. 2 botol kosong bekas penisilin kemudian diambil dan ditutup rapat2. Kemudian si Dukun semedi dan botol-botol kosong tadi diletakkan diatas jendela tempat Mannix tidur. Ajaib lagi, kedua botol kosong itu langsung terisi penuh air yang entah dari mana datangnya. Kata dukun itu, jika air tersebut di minum, Mannix akan kebal seperti yang diperagakan tadi.

Namun Mannix masih penasaran, kemudian ia bertanya, apakah bisa juga kebal oleh peluru? Dukun dan ke lima anak buahnya menjadi celingak celinguk dan kemudian melalui penterjemah mereka mengatakan bahwa belum pernah dicoba kalau oleh peluru. Lalu Mannix bertanya, "Apa tidak ada diantara kalian yang berani mencoba?" Ternyata tidak ada yang berani, termasuk si Dukun tadi. Mannix mulai ragu, dia merasa tidak membutuhkan tahan ditebas parang, ditikam atau ditombak, yang dibutuhkannya adalah kebal peluru, kebal timah panas.

Namun dia terima juga kedua botol berisi air tadi. Dia pun berpikir mau dikemanakan air itu? Ketika dia melihat seekor anjing kampung melintas, ide gilanya langsung muncul. Anjing itu digiringnya masuk kedalam hutan, dipancing dengan makanan. Tiba dalam hutan, segenggam nasi dan ikan dicampur dengan 'air ajaib' tadi. Satu botol habis dicampurkannya ke nasi makanan anjing dan satu lagi dikalungkan dileher si anjing dan binatang itupun makan dengan lahapnya. Kemudian Mannix beringsut mundur sekitar 3 meter ke belakang dan dengan pistol kecil kaliber 22 dibidiknya anjing itu. Dorrr! Ekor anjing itu putus kena timah panas, si anjing kaing kaing kesakitan melarikan diri. Beruntung Mannix tidak mudah begitu saja percaya ilmu kebal si dukun tadi.

Mannix pun melanjutkan pengintaiannya. Diapun sudah memetakan area mana saja yang dijaga ketat dan berbahaya. Meski begitu, dia juga sudah menemukan dua titik yang bisa menjadi pintu masuk dan keluar wilayah musuh. Setelah dirasa cukup, Mannix kembali ke Atambua dan melapor. Laporan harus secara fisik karena Mannix tidak membawa radio, tentu saja radio komunikasi sangat diperlukan, namun dalam penyamaran seperti ini, membawa radio komunikasi sangat mudah dikenal dan di identifikasi oleh musuh.

Dari Atambua, Mannix melapor ke Jakarta, atasannya Kolonel Dading dan Pak Benny lega dan menyemangatinya. Kemudian, dari Tony Sumardjo, Mannix mendapat info bahwa pada hari-hari tertentu, pasar di Batugede, sebuah kota terdekat dengan perbatasan, warga NTT bisa masuk jual beli disana dengan hanya membawa surat keterangan. Demikian pula sebaliknya, pada hari pasar di Motaain NTT, orang Timor Portugis bisa masuk berbelanja hanya juga dengan membawa surat keterangan, semacam pas lintas begitu.

Info ini menginspirasi Mannix untuk menyusup ke Batugede, walau sebenarnya tugasnya hanya di perbatasan. Atas inisiatif sendiri meskipun tidak diijinkan, Mannix memberitahu Mayor Tony Sumardjo akan idenya. Mannix pun kemudian masuk ke Batugede dengan menyamar sebagai kuli panggul Cina yang membawa truk barang dagangannya kesana. Saat itu, Leo selaku komandan Tim Susi yang sudah persiapkan ke Timor Portugis sedang melakukan peninjauan ke Atambua, dan langsung menyatakan ikut bersama Mannix. Mereka pun menyamar. Layaknya kuli panggul beneran mereka mengangkuti barang dagangan bos keturunan tersebut. Sambil mengangkuti barang, Mannix mengamati semua keadaan terutama yang menyangkut tentara, polisi dan peralatannya. Para pedagang dari Indonesia menjual bermacam barang kesana dan sebaliknya berbelanja juga seperti rokok, sabun dan minuman Portugis. Disana banyak barang-barang Portugis, para pembeli termasuk dari Indonesia terkadang membeli barang-barang dari tentara Timor Portugis itu dan kemudian dijual lagi di Motaain dan Atambua.

Tengah asyik mengamati dan menyamar sebagai kuli mengangkuti barang si Tauke Cina, tak disangka-sangka mendarat sebuah heli dari Dilli di Batugede. Mannix berusaha secepatnya mencari informasi, siapakah yang datang naik heli itu. Dari seorang tua disana, dia diberitahu bahwa yang datang naik heli tadi seorang petinggi Polisi Militer Timles dari Dilli. Polisi Militer tersebut datang untuk memeriksa para pendatang jangan-jangan ada tentara Indonesia yang menyusup. Terlihat ada 2 orang berkeliaran, seorang perwira dan seorang bintara dengan pakaian preman. Gawat, Mannix membayangkan jika seandainya nanti ketahuan, penyamarannya terbongkar dan ketangkep. "Uh matilah aku disiksa dalam penjara" katanya dalam hati.

Kedua PM Timles tadi berjalan kesana kemari mengamati setiap orang dan menanyakan identitas orang yang dicurigai. Beruntung Mannix luput dari kecurigaan mereka. Mungkin karena memang posturnya yang kecil dan tak pantas dicurigai sebagai tentara. Apalagi saat itu Mannix memelihara gondrong nya, jadi tampangnya terlihat benar-benar seorang kuli ditambah keadannya yang dekil. Hingga sore dan pulang, Mannix tetap aman.

Mannix pun mengetahui banyak hal dari penyusupan tersebut. Diantaranya, didepan pantai ada benteng Portugis yang kuat. Dia juga tahu bagaimana posisi senjatanya, seperti apa tentaranya dan sebagainya. Dia juga tahu jalur mana sebagai pintu masuk dan keluar Batugade jika nanti operasi dilancarkan.

Sementara itu, Satuan Tugas Khusus terdiri dari 100an personel Sandiyudha dibawah pimpinan Mayor Leo sudah ready diperbatasan. Kapten Mannix kemudian menjabat sebagai Kasi Intelijen dalan satuan tugas ini

☆ Ditulis oleh Samuel Tirta (kaskuser) dari berbagai sumber

  Kaskus  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.