Minggu, 06 Juli 2014

[World News] Mata-Mata AS Ditangkap Aparat Jerman

Agen itu telah menyerahkan 218 dokumen rahasia sejak 2012 Gedung NSA di Amerika Serikat (Ilustrasi)

I
su spionase antara Jerman dan Amerika Serikat ternyata belum tuntas. Setelah tahun lalu, agen Badan Keamanan Nasional AS (NSA) terbukti menyadap komunikasi ponsel Kanselir Jerman, Angela Merkel, maka kali ini agen intelijen Negeri Panser dituduh ikut bekerja untuk AS.

Laman New York Daily News Jumat, 4 Juli 2014 melansir agen intelijen Jerman itu ditangkap pada Rabu, 2 Juli 2014. Identitas pria berusia 31 tahun itu belum diungkap Pemerintah Jerman.

Otoritas Jerman mengatakan telah menahan pria tersebut, karena diduga akan menyerahkan informasi rahasia kepada sumber intelijen Negeri Paman Sam. Sehari-hari, pria itu bekerja untuk badan intelijen Jerman atau Bundesnachrichtendienst (BND).

Media Jerman melaporkan informasi rahasia yang diserahkan kepada AS terkait penyelidikan Parlemen Jerman mengenai penyadapan NSA tahun lalu.

Pria yang bekewarganegaraan Jerman itu diketahui sudah bekerja untuk NSA sejak 2012. Dalam periode itu, dia telah menyerahkan 218 dokumen rahasia.

Sebagai imbalannya, dia menerima uang senilai US$ 50 ribu atau Rp 596 juta. Menurut media Jerman, transaksi berlangsung di Austria.

Namun, menurut seorang politisi yang mengatakan kepada Reuters, pria itu menawarkan jasa itu secara sukarela. "Pria ini merupakan orang yang tidak memiliki kontak langsung dengan komite investigatif. Dia bukan agen intelijen penting," ungkap sumber itu.

Terungkapnya kasus ini, karena pria itu mengaku bekerja untuk NSA.

 Agen Ganda 

Seorang pegawai agen intelijen Jerman ditangkap karena diduga menjadi agen ganda, melakukan tindak mata-mata untuk Amerika Serikat (AS).

Pria berusia 31 tahun itu langsung ditahan dan pihak Kementerian Luar Negeri Jerman memanggil Duta Besar AS untuk Jerman. Mereka menuntut penjelasan atas kasus agen ganda tersebut.

Anggota intelijen Jerman yang juga menjadi mata-mata AS itu, diperkirakan bekerja untuk badan intelijen BND. Dirinya dianggap melakukan penyadapan yang ditujukan kepada Kanselir Jerman Angela Merkel.

Insiden ini terungkap pula berkat bocoran dokumen penyadapan badan intelijen AS National Security Agency (NSA). Insiden tersebut sebelumnya sudah membuahkan kekesalan Jerman terhadap AS.

Berdasarkan keterangan dari komite intelijen Jerman, agenda ganda yang dituduh itu sudah mengakui bahwa dirinya adalah mata-mata AS. Dirinya mengaku memberikan detail mengenai komite intelijen Jerman kepada pihak AS.

Selain itu, mata-mata AS tersebut juga menyerahkan hasil penyelidikan dari tindakan penyadapan yang dilakukan oleh NSA.

"Orang ini tidak memiliki kontak langsung dengan komite penyelidikan, dia bukanlah agen utama," ujar anggota Parlemen Jerman, seperti dikutip Reuters, Sabtu (5/7/2014).

Sebelumnya agen tersebut dicurigai sebagai mata-mata bagi Rusia. Namun kemudian dirinya mengakui bekerja untuk Amerika Serikat.

Selama bekerja sebagai agen ganda, pria tersebut sudah mencuri sekira 218 dokumen rahasia. Tidak hanya mencuri, mata-mata itu juga menjual dokumen rahasia yang diperolehnya.(faj)

 Panggil Dubes 

Mengetahui kasus ini, Pemerintah Jerman langsung memanggil Duta Besar AS untuk Jerman, John Emerson, untuk meminta penjelasan secara cepat. Menurut juru bicara Pemerintah Jerman, apabila tuduhan ini terbukti, maka kali ini AS sudah bertindak keterlaluan.

"Ini masalah yang serius bila terbukti kebenarannya," ungkap juru bicara itu, kepada harian Jerman, Frankfurter Allgemeine Zeitung.

Juru bicara Merkel, Steffen Seibert, mengatakan, pemimpin Partai Demokratik Kristen (CDU) telah diinformasikan mengenai penangkapan agen intelijen itu. Pada Kamis lalu, dia baru saja menghubungi Presiden Barack Obama melalui telepon untuk membahas isu keamanan di Ukraina.

Namun, Seibert enggan menyatakan apakah di dalam telepon Merkel turut membahas soal penangkapan agen intelijen ganda tersebut.

Dengan adanya pengungkapan itu diprediksi kembali menaikkan ketegangan hubungan kedua negara. Menurut koresponden BBC, Steve Evans, terungkapnya kasus ini, akan membuat Pemerintah AS sulit memperoleh bantuan Jerman dalam melawan aktivitas Rusia di Ukraina dan mengendalikan ambisi nuklir Iran.(art)

  Vivanews | Okezone 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.