Minggu, 31 Agustus 2014

[World Article] Berburu MiG di Vietnam (II)

Berburu MiG di Vietnam [Bagian 4]Ilustrasi [google]

"Irish, ada dua boogies (istilah untuk pesawat tidak dikenal) ke arah utara di depan, tapi saya mengidentifikasi mereka“ seru Letnan Duke suatu hari saat sebuah misi berlangsung. Duke memperkirakan mereka adalah MiG-21 (karena pada saat itu, Duke sudah dua tahun tidak melihat MiG).

Tetap dalam posisi menukik, Duke menambah kecepatan sampai 650 knot dan bertahan sambil berusaha mengambil posisi paling baik di belakang pesawat tak dikenal tersebut. Ketika mereka mendekat, memang terlihat dua MiG-21 bersayap delta. Pesawat paling cantik, yang pernah dia lihat. Leader musuh berada pada ketinggian 500 kaki di sebuah canyon sedangkan wingman-nya berada pada sebelah kanannya di ketinggian 700-1000 kaki.

“Showtime,“ teriak Duke memperingatkan, “bandit-bandit biru (kode untuk MiG-21) di sebelah utara lapangan terbang!” Brian mendengar seruan tersebut dan mengarahkan pesawatnya ke wilayah di belakang mereka. Willie dan Duke berada di ketinggan 200 kaki, dengan kecepatan 650 knot Dengan terus mengawasi leader pesawat lawan.

“Duke, dia sudah tertangkap radar! tembak! tembak! tembak!” Dalam situasi ini semestinya Duke menembakan misil Sparrow yang memiliki radar. Tetapi karena pengalaman buruk sebelumya dengan misil ini, Duke lebih memilih sidewinder.

“Fox two!” (seruan pilot bagi pesawat lain agar bisa berhati-hati, karena sidewinder tidak mengenal lawan atau kawan) begitu misil kiri meninggalkan relnya. Seperti biasa MiG melakukan manuver G maksimum, putaran tajam. Duke menanjak dan memutar F-4 Phantomnya ke arah perut bagian samping MiG tersebut. Saat berbalik, Duke melihat wingman musuh melarikan diri dan membiarkan flight leadernya sendiri menghadapi Duke sendirian.

Duke dapat melihat kepala musuh melihat kanan kiri ke sekitar kokpit, nampaknya dia tidak terlatih baik, dia melakukan kesalahan fatal dengan membuang-buang energinya dalam manuver the break turn. Sayap pesawat musuh hampir menyenggol batu karang dasar lembah ketika sidewinder pertama berusaha mengimbangi manuver G turn yang dilakukan musuh. Misil gagal mengimbanginya sehingga meledak di luar jalur terbang musuh.
Dogfight dengan musuh.Dogfight dengan musuh

Phantom mereka berada pada posisi terbaik di ketinggian 200 kaki dengan kecepatan 500 knot, timbul rasa panik, ketika Duke merasa akan crash. Duke menarik aileron kiri dan full rudder sementara mendorong stik kedepan. Kini, dia berada pada posisi berhadapan dengan MiG tersebut, yang tengah memiringkan sayap untuk berbalik. Irish mengingatkan Duke untuk memperhatikan ketinggian mereka. MiG tidak tampak di belakang Phantom itu.

Dia berada tidak lebih dari 3700 kaki di depan Duke. Duke pun melakukan manuver zero degrees angle off. Posisi baik untuk melepas misil ke dua. Sehingga begitu pesawat tempur musuh sama tinggi, misil Sidewinder berhasil menghantamnya dengan telak. Akibatnya benar-benar spektakuler. Seluruh ekor pesawat MiG itu putus dan sisa pesawat itu terpental, crash didarat dan menimbulkan bola api raksasa. One Kill!

Saat melewati puing–puing pesawat yang berceceran di desa sekitarnya itu serasa seperti mimpi bagi Duke. Dia merasa lega bisa memukul musuh, perasaan yang tidak bisa digambarkan. Untuk pertama kalinya setelah 18 bulan tidak melihat MiG, seorang pilot pesawat tempur AS berhasil menhancurkan sebuah MiG. Irish berteriak kegirangan.

Duke menarik stik dan kembali kearah Laos. Lapangan terbang Quang lang kembali kembali muncul dengan sarang-sarang SAM nya yang khas. Tiga sarang SAM berhasil dihancurkan, dua tempat kedudukan meriam AAA rusak, landasan pacu kena bom, gua-gua tempat penyimpanan pesawat MiG berhasil dihancurkan dan sebuah MiG-21 berhasil ditembak jatuh.

Ketika kembali ke USS Constellation, mereka disambut dengan kegembiraan. Tangan melambai-lambai dan tanda V diacung-acungkan. Sebuah sepanduk yang ditulis cepat terpampang. “Selamat kepada Letnan Driscoll dan Letnan Cunningham.”

Dek penuh dengan manusia ketika mereka berdua mengangkat kanopi pesawat kami. Willie White, salah satu personel persenjataan kesayangan Duke segera naik ke F-4 Phantom mereka dan menyalami Duke. “Mr. Cunningham, akhirnya kita berhasil memperoleh MiG!” Dia dan ribuan lainya selama dua tahun bekerja keras di tengah terik matahari, mengangkut misil Sparrow dan Sidewinder serta bom-bom lain ke kapal, yang memungkinkan para pilot melakukan misi dengan baik. Dengan kata lain, diperlukan 5000 orang untuk berhasil menembak MiG-21 tadi!!
Berburu MiG di Vietnam [Bagian 5]Kapal induk USS Constellation dijadwalkan kembali ke pangkalan pada akhir Maret 1972. Setelah misi terakhir di teluk Tonkin, beberapa dari mereka kembali ke rumah dengan pesawat-pesawat khusus. Duke sudah memiliki dua combat tours di bawah sabuknya dan berpikir tidak akan pernah melihat Vietnam lagi. Namun serangan komunis telah merubah segalanya. Duke kembali dikirim mengikuti operasi yang dilakukan di kota An loc, 70 mil barat daya Saigon.

Di hari Minggu 30 maret 1972, pukul 14.30, 40 pesawat tempur US NAVY terbang menuju Haiphong untuk menyerang tempat parkir truk-truk suplay, sarang sarang SAM, tempat penembakan AAA, daerah gudang dan sasaran militer lainnya. Pada hari itu sekitar 250 SAM diluncurkan untuk menghadapi serbuan Amerika ini, tapi hanya dua pesawat tempur yangg kena, bukan 15 seperti yang dilaporkan oleh radio Hanoi. Hanya empat pesawat MiG yang terbang hari itu, dan tiga diantaranya berhasil ditembak jatuh.

Duke Cunningham adalah salah satu dari 40 pilot pesawat yang menyerang Happy Valley, suatu daerah diselatan Haiphong. Pesawat pesawat A-6 dan A-7 berhasil menghancurkan daerah rel kereta api dan daerah penyimpanan suplay sedangkan kawanan F-4 diperintahkan menghajar tempat-tempat penembakan meriam dengan bom Rockeye. Pokoknya senjata lawan tidak sempat ‘buka mulut’, Duke dan Brian langsung menghajarnya.

Mereka kembali ke USS Constellation setelah kelompok penyerang kedua berangkat. Masing-masing mereka harus menghafal lokasi sasaran yang tersembunyi di antara ribuan anak sungai dan teluk –teluk kecil yang berbentuk mirip jari tangan, yang membentuk daerah pelabuhan Haipong. Kali ini Duke masuk ke pusat aksi tersebut. Mereka menembaki daerah gudang penyimpanan tempat kapal-kapal rusia yang sedang menurunkan kebutuhan–kebutuhan untuk perang. Mereka berdua berada di antara enam pangkalan udara berisi MiG, dan radar musuh sudah menangkap pesawat mereka. Enam misil SAM ditembakan dan meledak setelah beberapa mil di belakang. Duke terlibat dalam perang misil dan bom rockeye cukup mengagumkan. Di ratusan misil-misil kecil bagai anak panah dan mampu menebus pesawat, Rockeye berhasil melindungi pesawat kami.

Selama perang di Asia Tenggara, kapal-kapal asing memenuhi pelabuhan utara. Mengirimkan berbagai keperluan militer lewat Haipong dan pelabuhan besar lain. Duke terbang melintasi kapal-kapal Cina dan Rusia yang membawa SAM, bahan bakar, tank, petikemas berisi pesawat MiG dll.

Tapi itu semua berubah pada tanggal 8 Mei 1972, ketika Presiden Nixon memberitahukan soal peranjauan pelabuhan pelabuhan Vietnam Utara. Operasi LineBacker akan ditingkatkan. Serangan B-52 akan lebih banyak diarahkan ke pusat-pusat industry militer, peranjauan akan mulai dilakukan tanggal 9 Mei. Saat itu sekitar 20-30 kapal berlabuh di luar pelabuhan dengan muatan sangat penuh.

Sebelum peranjauan, penyerangan ke Haipong selalu mengalami serangan sejumlah besar SAM (sekitar 200). Setelah peranjauan, serangan paling banyak sekitar empat sampai lima kali saja. Peranjauan sudah cukup berhasil memutus supply SAM dari Russia. Kerugian Vietnam Utara sekitar 85 % suplai dari luar, yaitu hampir 250.000 ton perbulan. Dihalangi jatuh ke tangan musuh.
Berburu MiG di Vietnam [Bagian 6]Tanggal 10 Mei 1972, Duke kembali ditugaskan untuk malakukan serangan ke daerah lintasan rel kereta api, Haipong, yang menjadi penghubung ke Ban Kroi, Mugia dan jalan-jalan kecil di pegunungan Napi. Daerah itu berdekatan dengan beberapa lapangan terbang pangkalan MiG dan diperkirakan memiliki pertahanan udara yang sangat kuat karena dikelilingi oleh barisan meriam meriam AAA dari 23 mm-120 mm.

Duke dan Brian berada di atas barisan pesawat penyerang yang terdiri dari A-6 dan A-7. Duke melintas di atas daerah sasaran. Mereka langsung mendapat serangan tembakan dari baterai baterai meriam AAA lawan. Komandan Hendry Blackburn terkena tembakan 85 mm, namun serangan mereka berhasil menembak sasaran dengan sempurna. Sehingga mereka pun bersiap melakukan serangan ke dua, Brian dan Duke diperintah ke sasaran baru, sebuah daerah penyimpanan suplai yang besar dan tak jauh dari rel kereta api. Dua misil SAM melesat ditembakan kearah mereka, tapi gagal mengenainya. Mereka pun diperintahkan untuk segera menjatuhkan bom dan kabur. Duke sedikit lega karena bom mereka cukup tepat sasaran. Tiba tiba Brian berteriak, “Duke, awas ada MiG-17 diposisi pukul 7,00!”. Tampak dua MiG-17 terbang ke arah kanan F-4 Brian. Tiba tiba sebuah MiG-17 dibelakang Duke mulai menembak.

Sekilas Duke melihat MiG tersebut berusaha mendekat dengan kecepatan tinggi. Tetapi Brian menawarkan diri untuk menghadapinya. Sehingga Duke bisa mengalihkan perhatiannya pada MiG yang satunya. Duke melepaskan misil Sidewinder. Sidewinder tersebut berhasil mengenainya dan menjadikan MiG-17 tersebut hancur berkeping-keping. Semua hal itu berlangsung hanya sektar 15 detik.

Dalam kesempatan sebelumnya, Brian berhasil menghalau MiG lain, yang kemudian mendekati Duke. Saat itu dua MiG lain tengah mengincar Brian. Dengan menambah kecepatan menjadi 600 knot, MiG yang mengincar Duke pun tertinggal. Duke menanjak ke ketinggian 15000 kaki dan bersiap kembali masuk ke dalam pertempuran. Dari ketinggian, Ia menyaksikan sebuah MiG-17 berhasil diledakkan.

Tiba-tiba mereka dikepung sekitar delapan MiG-17. Kedelapan MiG tersebut berhadapan dengan tiga F-4. Tiba-tiba muncul sebuah Phantom lain yang membuyarkan serangan Duke. Ternyata Dwight Timm dan Jim Fox muncul dari kejauhan di ketinggian 2000 kaki. Mereka sedang dikejar oleh sebuah MiG 17 dan dibelakangnya ada lagi sebuah MiG-21. Yang paling berbahaya, sebuah MiG lain berada di dekat perutnya. Pesawat musuh tersebut sudah bersiap menembaknya. Timm tidak menyadari bahaya ini. Dalam sekejap mereka terkepung. Tiba-tiba, “Duke, lihat!”, Duke melihat ke atas dan tampak dua kilatan, bukan pesawat, hanya kilatan karena mereka begitu tinggi. “Pasti bukan MiG-17!” pikir Duke. Benar saja, ternyata itu MiG-19, Cuma repotnya, Duke tetep harus berada di belakang Timm dan MiG nya. Hingga tiba suatu kesempatan Duke pun menekan tombol, ”fox two!“ Misil Duke berhasil menembak MiG-17 tersebut.

Sementara itu 4 MiG-21 berputar mendekati Mereka. Di sekeliling Duke yang terlihat semuanya MiG, tidak ada F-4. Duke bersiap ketika sebuah A-7 muncul. Tetapi A-7 Corsair bukan tandingan MiG sehingga Duke buru-buru mengusirnya. Tapi A-7 tersebut kembali lagi dengan membawa dua buah MiG dibelakangnya. Akhirnya MiG – MiG itu berhasil dipukul mundur oleh Matt Connelly. Ketika mereka bergerak mengarah ke pantai di ketinggian 10.000 kaki, Duke melihat sebuah pesawat yang mendekati mereka. Sebuah pesawat MiG -17! Pesawat musuh tersebut menganggkat hidung dan mulai melepaskan tembakan, yang pelurunya melesat melewati F-4. Duke berusaha berada pada posisi lebih tinggi dari musuh. sementara MiG itu mulai menembaki mereka lagi. Kawanan F-4 tersebut nyaris terkena. Duke pun segera memutar pesawat F-4 Phantomnya untuk bisa berada di sisi lain pesawat musuh tersebut.

Suatu saat ketika MiG sedang menggangkat tinggi hidungnya, mereka berada dua mil darinya dan bergerak dengan kecepatan 600 knot. Kondisi cukup rumit ketika Duke menghadapi MiG satu ini. “Willie, kita habisi saja dia!" Duke mulai penasaran.

“Hantam saja. Duke. Saya dibelakang anda!” Irish memberi semangat. Untuk ketiga kalinya mereka kembali berhadapan. Jarang-jarang pilot Amerika berhadapan dengan pilot MiG dalam posisi vertikal. Biasanya mereka selalu berada dalam posisi horizontal. Atau kalau tidak mereka melarikan diri.

MiG-17 mulai menembak. Hidung Phantom saat itu berada 60 derajat di atas horizon dengan kecepatan menurun ke 150 knot. Duke harus bergerak dengan full burner untuk mempertahankan posisinya. Diatasnya, pilot musuh berusaha roll dengan punggung dibawah. Karena terlalu dekat, Duke tidak bisa menembak pesawat itu.

Tapi rupanya terlalu lama. Dia kemudian membubung tinggi dan mulai bersiap kembali menukik kearah Duke yang terus mengikutinya.”FOX Two!” sebuah misil meluncur dari rel di sayapnya menuju ke MiG sasarannya. Tampak sedikit kilatnya. Duke pikir misil itu tidak mengenai sasarannya. Tetapi ketika Duke akan menembakan sidewinder yang terakhir tiba-tiba tampak ledakan api dan asap hitam mengebul dari MiG-17 tersebut. Pesawat itu seakan kehilangan kontrol. Dia terus meluncur turun sampai crash didaratan.

Belakangan mereka memngetahui kalau pilot pesawat tempur MiG hebat itu adalah seseorang yang dijuluki “Kolonel Tomb” dari AU Vietnam Utara yang telah menyandang 13 kills atas pesawat Amerika. Inilah MiG yang ketiga yang Duke tembak hari itu.[Hobby Militer]

  militer.or.id  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.