Jumat, 15 Agustus 2014

[World Article] Insiden di Bandara Pristina, 1999

Perebutan Pristina Airport Insiden di bandara Pristina 1999. Tank NATO memblokade salah satu gerbang bandara

Lima belas tahun yang lalu, tentara Russia dengan kekuatan hanya sekitar 200 orang, bergerak sejauh 600Km dari Serbia menuju Pristina, Kosovo untuk menduduki bandara kota tersebut, “Slatina”. Bandara ini adalah satu satunya aerodrome yang mampu melayani armada transport berat dan NATO saat itu ingin menguasainya. Tapi, Russia berhasil lebih dahulu sampai di sana dan mencegah NATO menguasi bandara tersebut sehingga memicu sebuah ketegangan yang saat itu disebut Incident at Pristina Airport.

Perang Kosovo berakhir pada 11 Juni 1999. Dan pasukan perdamaian gabungan NATO-Russia pun ditugaskan di Kosovo. Russia saat itu sebenarnya menginginkan sektor tersendiri yang independen dari pasukan NATO. Namun negara negara NATO khawatir, jika Russia diberi sektor yang independen dapat mengakibatkan terpecahnya Kosovo menjadi Kosovo-Serbia di Utara dan Kosovo-Albania di Selatan.

Pada pagi hari 11 Juni 1999, sekitar 30+ kendaraan lapis baja Russia yang mengangkut sekitar 200an serdadu, yang merupakan bagian dari pasukan penjaga perdamaian di Bosnia, bergerak ke arah Serbia. Seluruh kendaraan ini di cat dengan tulisan KFOR putih secara terburu buru, seharusnya mereka bertuliskan SFOR. Sudah diperkirakan, bahwa pasukan ini akan ngebut menuju bandara kota Pristina, berusaha sampai terlebih dahulu sebelum pasukan NATO.

Begitu mendengar pergerakan pasukan ini, Jendral NATO dari Amerika, Wesley Clark memerintahkan pasukan para Inggris dan Perancis bersiap untuk diterbangkan ke Pristina dengan helikopter sesegera mungkin, dan merebut paksa bandara sebelum didahului pasukan Russia yang sedang dalam perjalanan. Birokrat NATO khawatir dengan perintah ini. Helikopter-helikopter tersebut bisa saja ditembak jatuh oleh pasukan Serbia dan masuknya pasukan NATO sebelum waktu yang ditetapkan sesuai dalam perjanjian sebelumnya bisa saja dianggap Serbia sebagai invasi dan memungkinkan Serbia mundur dari pembicaraan damai. Besar taruhannya.

Ditambah, jika pasukan airborne tersebut mengalami masalah, sangat sulit untuk mencapai mereka, karena harus melewati jalan, jembatan dan terowongan yang dipastikan sudah dipersiapkan dengan jebakan bom oleh Serbia dan Kosovo sendiri. Sedangkan perjanjiannya sendiri menyebutkan, bahwa pasukan NATO baru bisa masuk sehari setelah Serbia menarik mundur seluruh pasukannya di Kosovo. Pada akhirnya, karena perintah 'Go' tidak turun-turun, pasukan para Inggris pun cuma nongkrong di dalam Chinook seharian, sebelum akhirnya perintah dibatalkan.

Pada dini hari 12 Juni 1999 pasukan NATO pertama yang tiba di area sekitar bandara Pristina adalah pasukan khusus Norwegia dari FSK bersama pasukan SAS dari Inggris untuk menemukan bahwa Russia sudah menduduki bandara beberapa jam terlebih dahulu. Bersamaan dengan itu, sekitar jam 5 subuh, 5th Airborne Brigade Inggris pun diterbangkan untuk mengamankan jalur yang akan dilalui oleh 4th Armoured Brigade Inggris ke Pristina. Letnah Jendral Jackson, Komandan KFOR terbang menuju Pristina dengan helikopter dan menemui Jendral Russia Victor Zavarzin. Zavarzin, menolak menyerahkan Bandara ke tangan NATO. Akhirnya, pasukan NATO pun diperintahkan untuk mengepung bandara Pristina, mencegah adanya penerbangan keluar masuk ke bandara tersebut. Hal ini karena adanya kekhawatiran atas adanya reinforcement tentara Russia di Pristina dengan Il-76 yang disiapkan di perbatasan Russia. Amerika pun segera menekan Bulgaria, Hungaria dan Romania untuk tidak mengijinkan airspacenya dilewati pesawat-pesawat Russia.

Penyanyi James Blunt, saat itu adalah seorang Kapten dari pasukan lapis baja Inggris turut serta dalam ketegangan ini. Dimana masing-masing pasukan sama-sama bersiaga.

Akhirnya diperoleh kesepakatan bahwa pasukan Russia tidak akan memperoleh sektor sendiri, disebar di seluruh Kosovo, namun beroperasi tidak dibawah NATO.

  Militer.or.id  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.