Selasa, 16 September 2014

Gerakan ISIS Diharapkan Bukan Proyek Intelijen

Seorang simpatisan Islamic States of Iraq and Syria (ISIS) Firman Hidayat Silalahi (36) beserta barang bukti miliknya sebelum menjalani pemeriksaan di ruang Reskrim Mapolresta Depok, Jawa Barat, Jum'at (22/8). Seorang simpatisan Islamic States of Iraq and Syria (ISIS) Firman Hidayat Silalahi (36) beserta barang bukti miliknya sebelum menjalani pemeriksaan di ruang Reskrim Mapolresta Depok, Jawa Barat, Jum'at (22/8). (sumber: Antara/Indrianto Eko Suwarso)

Pemerintah Indonesia terus mengantisipasi berkembangnya paham kelompok Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS). Pelarangan ISIS dilakukan karena gerakan tersebut bertentangan dengan ideologi Pancasila.

Akan tetapi, anggota Komisi III Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) Ahmad Yani berharap isu pencegahan ISIS tidak menjadi proyek dari program intelijen asing.

"Rakyat Indonesia tentu tak ingin muncul gerakan radikal seperti ISIS. Tetapi, jangan sampai isu ini (ISIS) justru jadi proyek program intelijen," kata Yani di Gedung DPR, Jakarta, Senin (15/9).

"Saya tolak kehadiran ISIS. Saya tolak setiap kelompok yang perjuangkan Islam secara radikal," tegas dia.

Penolakan kehadiran ISIS sendiri kini sudah menjadi isu global. "Kita harus cermati isu global misalnya seperti ISIS. Kadang isu global kadang ditopang intelijen," ujar Yani.

"Kenapa dunia internasional tak pernah atau jarang persoalkan pembantaian Israel atas rakyat Palestina. Karenanya, jangan sampai dalam rangka tutupi kebiadaban Israel, perang atas ISIS dimunculkan," tukas Sekretaris Majelis Pakar Partai Persatuan Pembangunan (PPP) ini.

  britasatu  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.