Minggu, 07 September 2014

Meledakkan Borobudur

Sekelompok orang meledakkan Borobudur. Kasus ini masih menjadi misteri. http://historia.co.id/img/foto_berita/385140825_Bom-Borobudur-1985.jpgCandi Borobudur diledakkan. 21 Januari 1985. Foto: repro koran Kompas, 22 Januari 1985.

OLEH: HENDARU TRI HANGGORO


ANCAMAN peledakan Borobudur beredar di media sosial pada 15 Agustus 2014. Menurut laman The Jakarta Post, ancaman berasal dari akun Facebook bernama “We Are Islamic State”. Polisi menanggapi serius ancaman itu untuk menghindari peledakan Borobudur jilid II. Sebab, sekelompok orang pernah meledakkan Borobudur pada 21 Januari 1985.

Jarum jam menunjuk pukul 01.20. Dua satpam Borobudur bergerak meninggalkan pos I untuk berpatroli rutin. Baru sepuluh menit berjalan, mereka mendengar suara keras. Sebuah ledakan! Keduanya berlarian. Pada langkah kesepuluh, mereka mendengar ledakan lagi. Dan lagi. “Ledakan terakhir pukul 03.40 adalah ledakan yang ke-9,” tulis Naning Indrati dalam “Sembilan Ledakan di Borobudur,” termuat di Rangkaian Peristiwa 1985.

Petugas Garnisun Magelang tiba pukul 04.30 dan lekas menyisir candi. Mereka melihat batu-batu candi berserakan. “Ledakan ternyata telah merusak 9 stupa berlubang: 3 yang berada di sisi timur batur pertama Arupadhatu, 2 lagi yang terdapat di batur kedua dan 4 lainnya di batur ketiga,” tulis Daoed Joesoef, mantan menteri pendidikan dan kebudayaan sekaligus tokoh pemugaran candi Borobudur, dalam Borobudur.

Pagi pukul 09.00, masyarakat dan wartawan mulai berkumpul. Tiba-tiba kegemparan melanda lagi. Petugas menemukan dua bom aktif di lantai 8 dan 9 candi. Sersan Sugianto, ahli bom dari Yon Zipur IV Polda Jateng, berhasil mencegah bom meledak.

Siang pukul 14.00, Pangdam VII Diponegoro Mayjen Soegiarto menggelar konferensi pers. Dia berusaha menenangkan masyarakat, mengumumkan bahwa tak ada korban jiwa dan candi tak rusak berat. Tapi masyarakat tetap terkejut dan khawatir situs sakral bagi umat Budha itu hancur.

How come?” tanya Daoed Joesoef. Dia marah dan malu bom bisa meledak di Borobudur. Indonesia seketika jadi sorotan internasional. “Ledakan yang menghancurkan itu pasti mencoreng muka Ibu Pertiwi yang beradab karena ternyata masih memiliki putra yang biadab,” tulis Daoed. Dia bilang sering menerima surat kaleng dan selebaran gelap. Isinya berupa makian, hujatan, dan kutukan; bahwa Daoed seorang kafir dan bertanggung jawab atas pembangunan berhala terbesar di tanah air.

Spekulasi pelaku peledakan pun bermunculan. Pemerintah mengarahkan kecurigaan pada kelompok Islam radikal. Ketegangan antara pemerintah dan kelompok Islam meningkat sejak peristiwa Tanjung Priok September 1984 dan penolakan asas tunggal Pancasila.

Kiai Haji Haman Djafar, pemimpin Pondok Pesantren Pabelan yang berlokasi 8 kilometer dari Borobudur, mencoba membedakan aksi peledakan dari ajaran Islam. “…Perbuatan itu tidak mewakili perbuatan sesuatu agama, tetapi perbuatan orang marah,” kata Haman, dikutip Naning Indrati. Dia juga mengajak semua pihak agar mawas diri dan saling tepa slira.

Empat bulan setelah peledakan, polisi menangkap para pelaku. Antara lain Abdul Kadir bin Ali al-Habsyi dan Husein bin Ali al-Habsyi, dua bersaudara. Di pengadilan jaksa penuntut menuduh mereka meledakkan Borobudur sebagai balas dendam atas peristiwa Tanjung Priok 1984. Mereka menolak tuduhan jaksa, tapi pengadilan tetap memutuskan mereka bersalah. Abdul Kadir mendapat hukuman 20 tahun penjara, sedangkan Husein seumur hidup. Tapi Husein mendapatkan grasi dari pemerintah Habibie pada 23 Maret 1999.

Peledakan Borobudur masih menyisakan misteri. Sebab Mohammad Jawad, yang dituding Husein sebagai otak peledakan, sampai saat ini belum tertangkap.

  ★ Historia  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.