Kamis, 11 September 2014

Wamenhan lakukan kunjungan kerja ke Myanmar

Wamenhan lakukan kunjungan kerja ke MyanmarWakil Menteri Pertahanan Sjafrie Sjamsoeddin (ANTARA)

Wakil Menteri Pertahanan Sjafrie Sjamsoeddin melakukan kunjungan kerja ke Myanmar 11-13 September 2014.

Dalam jadwal kegiatan yang diterima di Jakarta, Kamis, kegiatan Sjafrie di negeri itu antara lain mengadakan pertemuan dengan Panglima Angkatan Bersenjata Myanmar Jenderal Senior Min Aung Hlaing dan Mendagri Letjen Ko Ko.

Pertemuan dilakukan dalam rangka pameran industri strategis pertahanan Indonesia di negeri itu.

"Misi ini adalah untuk promosi industri pertahanan Indonesia," kata Sjafrie.

Dalam kunjungan itu turut serta sejumlah pimpinan BUMN perusahaan industri strategis pertahanan seperti Dirut PT Dirgantara Indonesia Budi Santoso, Dirut PT Pindad Sudirman Said, Direktur Teknik PT PAL Saiful Anwar, Direktur Pelaksana Bank Exim Dwi Wahyudi, dan beberapa pimpinan perusahaan swasta di bidang industri pertahanan.

Keberangkatan Wakil Menhan beserta rombongan menggunakan pesawat TNI AU.

Saat ini industri pertahanan Indonesia sedang bangkit. Produksi panser anoa dan panser komodo dari PT Pindad misalnya sudah melebihi 300 unit, sementara kapasitas produksi Pindad hanya 80 unit per tahun.

Begitu pula produksi pesawat CN 235 dari PT DI juga mengalami peningkatan.

 Wakil Menhan optimistis Myanmar beli alutsista Indonesia 
http://jurnalmaritim.com/assets/uploads/content/source/September%202014/KRI%20Banda%20Aceh-593%20Kapal%20Perang%20Indonesia%20Pertama%20Peserta%20RIMPAC%20-%20Firmanto%20Hanggoro.JPGLPD Banda Aceh

Wakil Menteri Pertahanan Sjafrie Sjamsoeddin optimistis Myanmar membeli alat utama sistem senjata (alutsista) produksi perusahaan industri pertahanan dari Indonesia.

"Kita dapat menjawab kebutuhan Myanmar," kata Sjafrie dalam perbincangan selama penerbangan dari Jakarta menuju Naypyitaw, Myanmar, Kamis untuk kunjungan kerja 11--13 September 2014.

Sjafrie memimpin delegasi industri strategis pertahanan Indonesia yang menggelar pameran dan presentasi kepada Panglima Angkatan Bersenjata Myanmar Jenderal Senior Min Aung Hlaing, Menteri Dalam Negeri Letnan Jenderal Ko Ko, dan pejabat Kementerian Keuangan negeri itu.

Pimpinan sepuluh perusahaan industri pertahanan turut dalam rombongan seperti dari BUMN PT Dirgantara, PT PAL, PT Pindad, dan selebihnya perusahaan swasta.

Selain itu, Kabaharkam Polri Komjen Putut Bayuseno, Irjen Kemhan Marsdya TNI Ismono Wijayanto, dan sejumlah pejabat Kemhan serta dari Komite Kebijakan Industri Pertahanan.

Sjafrie menyebutkan Myanmar membutuhkan pesawat transpor C212i, kapal patroli, kendaraan militer antihuruhara, senjata, dan kelengkapan personal militer.

Mantan Pangdam Jaya, Kapuspen TNI, dan Sekjen Kemhan itu menambahkan bahwa Myanmar pada tahun depan menyelenggarakan pemilu, sehingga membutuhkan peralatan pengamanan dan militer.

Kedatangan delegasi industri pertahanan ke Myanmar itu untuk memastikan bahwa Indonesia bisa memenuhi kebutuhan Myanmar.

Ia menyebutkan ada empat tahap dalam pembelian alutsista itu yakni promosi, observasi, negosiasi, dan produksi.

Myanmar, katanya, telah melihat berbagai keberhasilan Indonesia dalam produksi dan pemanfaatan alutsista.

Ia memastikan bahwa alutsista Indonesia sangat kompetitif dalam harga, kualitas, "delivery" dan "service".

Untuk itu, katanya, untuk lingkup ASEAN, produksi alutsista Indonesia sangat diminati Malaysia, Thailand, Brunei Darussalam, Filipina, Timor Leste, dan Myanmar.

Kedatangan Sjafrie beserta rombongsn disambut Dubes RI untuk Myanmar Ito Sumardi, dan Deputi Panglima Angkatan Bersenjata Myanmar Mayor Jenderal Maung Aye.

Sjafrie dan Maung Aye sempat beramah tamah dan melakukan pembicaraan di ruang tamu VVIP Bandara Naypyitaw.

  antara  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.