Jumat, 24 Oktober 2014

Rusia Siap Pasok Kapal Selam Project 636 ke Indonesia

Indonesia dan Rusia sepakat untuk memperluas hubungan kerjasama dalam sejumlah sektor, termasuk militer dan energi.

Menteri Industri dan Perdagangan Rusia Denis Manturov menyebut, dalam bidang militer, Rusia siap memasok sejumlah peralatan militer ke Indonesia, termasuk kapal selam. Hal itu disebutkannya usai menggelar pertemuan dengan Presiden Indonesia Joko Widodo di Istana Negara (Selasa, 21/10).

"Indonesia telah memiliki pengalaman dalam membeli peralatan kami seperti helikopter, pesawat, kendaraan lapis baja dan barang-barang lainnya," ujarnya dikutip kantor berita Rusia Itar-tass.

"Kami sedang mempertimbangkan kemungkinan memasok kapal selam (tipe) Project 636 diesel-listrik (ke Indonesia)," sambung Manturov.

Dalam pertemuannya dengan Jokowi itu, kata Manturov, kedua negara sama-sama berharap dapat meningkatkan perdagangan antar-negara dari semula 3 miliar dolar AS menjadi 5 miliar dolar AS dalam kurun waktu dua tahun mendatang.

Ia menjelaskan, ada rencana untuk meningkatkan kerjasama dalam bidang energi dan pembangunan kilang minyak Rusia di Indonesia.

"Rekan kami Indonesia telah mengangkat isu ini untuk pertama kalinya," kata Manturov.

"Kami siap untuk membahas dan mengembangkan hal ini," tandasnya.
Kapal Selam Rusia yang Mau Dibeli Jokowi Rusia siap memasok kapal selam Kelas Kilo tipe Project 636 ke Indonesia. Hal itu mencuat dalam pertemuan antara Menteri Industri dan Perdagangan Rusia Denis Manturov dengan Presiden Indonesia Joko Widodo di Istana Merdeka Selasa lalu (21/10).

Indonesia saat ini hanya memiliki dua kapal selam buatan Jerman, yakni KRI Cakra (401) dan KRI Nanggala (402).

Menurut Direktur Eksekutif Think and Act for National Defense (Tandef) Khairil Azmi, kapal selam diesel-listrik Project 636 buatan Rusia itu kerap disebut "Black Hole" oleh Angkatan Laut Amerika Serikat. Pasalnya, kapal selam itu memiliki kemampuan untuk beroperasi dengan suara sangat lemah sehingga kehadirannya nyaris tidak diketahui.

Kapal selam Project 636 itu dirancang untuk melakukan perlindungan pangkalan Angkatan Laut (AL) dengan anti-submarine warfare (ASW) dan anti-surface-ship warfare (ASuW). Selain itu, kapal selam juga dirancang untuk melakukan instalasi wilayah pesisir dan jalur laut, serta pengintaian umum dan patroli misi.

Dalam tulisannya berjudul "Kilo Class (Project 636) Diesel-Electric Submarine, the Black Hole", Khairil menyebut, kapal selam itu terdiri dari enam kompartemen kedap air yang dipisahkan oleh sekat-sekat melintang di dalam sebuah double-hull bertekanan. Double-hull merupakan desain lambung kapal dan metode konstruksi di mana bagian bawah dan sisi kapal memiliki dua lapisan lengkap dari permukaan lambung yang kedap air. Lapisan pertama berfungsi sebagai lambung normal kapal sedangkan lapisan kedua membentuk penghalang bagi air laut yang masuk berlebihan bila terjadi kerusakan atau kebocoran lambung.

Dengan desain tersebut, Project 636 merupakan kapal selam dengan tingkat kemampuan bertahan yang tinggi bila mengalami kebocoran.

Dalam kapal selam itu, sistem komando dan pengendalian serta sistem pengendalian kebakaran terletak di ruang kontrol utama yang tertutup dari kompartemen lainnya.

Project 636 sendiri merupakan pembaharuan dari kapal selam tipe sebelumnya, yakni Project 877EKM. Dalam Project 636 ini, ada sejumlah pembaharuan yang dibuat baik dari segi peningkatan jangkauan, daya tembak, karakteristik, visual, maupun kemampuan spesifik lainnya.

Dari segi bentuk, Project 636 memiliki bentuk lambung yang lebih panjang dari Project 877EKM. Hal itu dimaksudkan untuk meningkatkan kekuatan diesel-generator yang juga memberikan peningkatan dukungan pada penyerapan goncangan dan mengurangi dua kali lipat kecepatan poros penggerak utama. Karena pembaharuan ini, kecepatan dan daya tahan Project 636 memiliki tingkatan yang lebih bagus. Di sisi lain, kebisingan kapal selam pun menurun.

Selain itu, Project 636 dilengkapi dengan enam buah tabung torpedo berukuran 533 mm yang diletakkan di depan hidung kapal selam dengan 18 torpedo, enam diantaranya berada di dalam tabung dan 12 lainnya disimpan di rak penyimpanan.

Dua tabung torpedo dirancang untuk menembakan torpedo remote control dengan akurasi yang sangat tinggi. Sementara itu, seluruh tabung torpedo dikendalikan dengan sistem komputerisasi yang dapat beroperasi cepat. Hanya dibutuhkan sekitar 15 detik untuk membuat tabung torpedo dalam keadaan siap menembak.[mel]

  RMOL  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.