Rabu, 12 November 2014

Indonesia berpotensi ciptakan perdamaian di LTS

ilustrasi - helikopter NBell TNI AL mendarat di atas kapal KRI Makassar 590 di kawasan Laut Tiongkok Selatan saat latihan SAR dalam rangkaian Multilateral Naval Exercise Komodo (MNEK) 2014 beberapa bulan lalu (ANTARA FOTO/Joko Sulistyo)

Kepemimpinan nasional Indonesia yang baru diharapkan memiliki kesadaran yang tinggi terhadap potensi-potensi yang dimiliki oleh Indonesia untuk turut berpartisipasi aktif bagi terciptanya perdamaian yang berkelanjutan di kawasan Laut Tiongkok Selatan (LTS), kata seorang pengamat.

"Peran RI terkait dengan upaya menyelesaikan klaim tumpang tindih di Laut Tiongkok Selatan tidak dapat dilepaskan dari kerangka kerja Komunitas ASEAN yang beriringan dengan Kerangka Kerja Kemitraan ASEAN dengan Tiongkok," kata Direktur Pusat Kajian Indonesia untuk Demokrasi, Diplomasi dan Pertahanan (IC3D) Begi Hersutanto kepada Antara di Jakarta, Selasa, sehubungan dengan peran yang Indonesia dapat mainkan di Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara (ASEAN) dan konflik di kawasan LTS.

ASEAN yang akan menyelenggarakan Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) ke-25 di Naypyidaw, Myanmar, pada 12-13 November 2014, beranggota Brunei Darussalam, Filipina, Indonesia, Kamboja, Laos, Myanmar, Malaysia, Singapura, Thailand, dan Vietnam.

Malaysia, Brunei, Filipina dan Vietnam termasuk anggota ASEAN selain Tiongkok dan Taiwan yang mengklaim sebagian atau seluruhnya dari kawasan Laut Tiongkok Selatan sebagai wilayahnya.

Begi mengatakan masyarakat ASEAN terbangun oleh tiga pilar utama, salah satu pilar tersebut adalah Komunitas Ekonomi ASEAN dan Masyarakat Sosial Budaya ASEAN yang berpikir ke arah terciptanya derajat interaksi antarekonomi intra-ASEAN pada derajat yang tinggi dan berpikir ke arah pembangunan hubungan antara masyarakat (people-to-people relations) sesama anggota ASEAN.

"Jika implementasi kedua visi pilar tersebut segera terwujud pada tahapan derajat yang sangat signifikan, akan tercipta suatu kondisi ketergantungan antar-ASEAN," kata pengamat hubungan internasional itu.

Menurut dia, hal tersebut cepat atau lambat akan mengundang negara-negara non-ASEAN untuk juga merasa berkepentingan turut serta ambil bagian dalam dinamika ASEAN yang kondusif.

Pendekatan sedemikian rupa, melalui kerangka kerja ASEAN yang tidak berorientasi pada pendekatan keamanan semata, nampaknya lebih visible bagi terciptanya stabilitas dan mencegah terjadinya eskalasi di Laut Tiongkok Selatan.

"Dalam hal ini selama dua dekade terakhir terbukti Indonesia berhasil mempromosikan hal tersebut," kata Begi.

  ★ Antara  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.