Kamis, 20 November 2014

Penguatan Maritim Butuh Industri Penerbangan Andal

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi6ADDw69MaYiC_ylirHrIoyxoqDoNRgalDqfSkzlh3rGAZIjDb73aRJYSWaedr2CMxk1cUon1ZWWjyo-acSU8LVSo42Ghhnch8-0nAWbrJSJ46BWnrk7Sjwj5VNvk96N6nGeB_1mbFSto/s280/esawat+tempur+TNI+AU+mengawal+pesawat+kepresidenan+RI,+saat+HUT+TNI+ke-69.jpgPesawat tempur TNI AU mengawal pesawat kepresidenan RI, saat HUT TNI ke-69, di Surabaya. Untuk menguatkan sektor maritim, industri penerbangan menjadi vital. (Foto: Akun Twitter SBY)

Bentuk geografis Indonesia yang merupakan Negara Kepulauan membutuhkan sistem transportasi yang andal sebagai tulang punggung. Untuk itu, sektor pembangunan sistem transportasi Tanah Air haruslah berimbang dari berbagai sektor, tidak terkecuali industri penerbangan.

Ketua Umum Indonesian National Air Carriers Association (INACA) Arif Wibowo, mengatakan, Indonesia merupakan pasar yang sangat besar untuk industri penerbangan dan industri maritim, karena kondisi geografis yang special dibandingkan negara lain.

“Untuk itu, perkembangan industri penerbangan tidak bisa ditinggalkan oleh perkembangan industri lain, seperti darat dan laut,” ujarnya di sela-sela seminar Cens UI Thamrin Nine Ballroom, UOB Plaza, Jakarta, Rabu (19/11/2014).

Dalam acara bertajuk ‘Kesiapan Infrastruktur Transportasi Udara Menyongsong ASEAN Open Skies Policy 2015’ tersebut, Ketum INACA menyampaikan, dari data INACA, posisi penerbangan Indonesia terhadap negara ASEAN berada di posisi 6 dan diprediksi akan tumbuh mencapai 37,6 persen pada 2018. Karenanya, keuntungan dan peluang dari sektor penerbangan masih sangat terbuka luas.

Arif menjelaskan, untuk menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA), Indonesia perlu memperkaya dan terus mengembangkan industri penerbangan agar pasar tidak tergerus persaingan asing yang semakin ketat.

“Jika penerbangan kita kuat di domestik, sudah tentu kita siap menghadapi MEA dan juga siap bersaing untuk penerbangan global,” ucap Arif.

 Masalah Penerbangan Tanah Air 

Pekerjaan rumah bagi pemerintah dan pengusaha agar penerbangan berdaya saing menyambut Open Skies Policy 2015 adalah masalah infrastruktur dan juga trafik penerbangan yang semakin padat, terutama Bandara Soekarno Hatta. Banyak terjadi delay dan juga pemborosan aftur, karena pesawat terlalu lama berputar di udara.

Menurut Arif, selain masalah infrastruktur, pekerjaan rumah ke depan yang masih harus dibenahi pemerintah adalah ketersediaan sumberdaya manusia pilot, mekanik, dan ketersediaan armada nasional yang perlu dikembangkan agar kekuatan penerbangan menjadi kuat.

Pada kesempatan sama, Wakil Ketua Umum Kadin Indonesia Bidang Riset dan Teknologi, Ilham A. Habibie, menyampaikan, kapasitas Bandara Soekarno Hatta yang seharusnya berkapasitas 20 sampai 23 juta penumpang, saat ini melampaui 3 kali lipat, yaitu 60 juta penumpang per tahun.

Ilham menilai, dengan padatnya trafik di Bandara Soekarno Hatta dan dengan segera dibukanya ASEAN Open Skies akan membuat trafik lebih padat. Hal tersebut dapat membuat keterlambatan, sehingga tidak aman dan boros.

 Bangkitkan Penerbangan Tanah Air 

Ilham menyampaikan, untuk menjawab tantangan ketersediaan armada pesawat, rencananya tahun depan pihaknya akan membuat pesawat nasional, yaitu pesawat propeler tipe R80.

“Pesawat propeler itu masih kita desain, sehingga belum bisa dipastikan harganya. Kemungkinan bisa Rp 22 juta rupiah sampai Rp 23 juta per unit,” ujar Ilham.

Dengan adanya ketersediaan armada transportasi pesawat nasional, sambungnya, selain bisa membantu peningkatan daya saing penerbangan domestik, bisa pula digunakan untuk pengintaian udara dan maritime patrol, menjaga lautan Indonesia yang sangat luas.

“Jadi, tidak adalagi alasan kita kekurangan alat dan sarana untuk menjaga laut,” tegasnya.

Selain itu, pihaknya juga akan membuat pesawat jenis kargo untuk memastikan keamanan pasokan logistik nasional. Karena, untuk wilayah di Indonesia Timur yang wilayahnya sulit dijangkau moda darat dan laut akan diupayakan menggunakan pesawat. Walaupun akan terjadi perbedaan harga, tetapi diharapkan tidak terlalu besar.

Sementara untuk pengembangan pembuatan pesawat tipe amfibi yang bisa mendarat di atas air juga akan dipikirkan untuk dibuat.

“Namun, kita perlu fokus kepada produk yang akan dikembangkan terlebih dahulu, seperti pesawat untuk penumpang dan kargo yang pasarnya lebih besar,” terang Ilham.

Ilham berharap, semua proyek tersebut dapat mendongkrak pariwisata nasional di mata dunia. Karena, masalah pariwisata nasional di mata dunia adalah minimnya informasi dan sosialisasi lokasi-lokasi pariwisata yang bagus dan bisa dikunjungi pesawat bertipe kecil.

 ★ JMOL  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.