Minggu, 23 November 2014

[World Article] Tak Ada Negara yang Bisa Menekan Rusia

Presiden Rusia Vladimir Putin (Reuters)

Sanksi dan tuduhan yang selama ini ditunjukan oleh Amerika Serikat (AS) terhadap Rusia, menurut Vladimir Putin, bukanlah dimaksudkan untuk mempermalukan negaranya, tapi AS sedang berusaha untuk menundukkan Rusia.

Melansir Russia Today, Rabu (19/11/2014), pemimpin Negeri Beruang Merah itu berujar, AS terus berusaha untuk bisa mengendalikan Rusia, dengan terus menerus menekan Rusia. Namun, menurutnya hal itu tidak akan pernah bisa terjadi.

Putin menjabarkan, selama Rusia berdiri, belum pernah ada satupun negara yang bisa menekan Rusia, apalagi menundukan atau mengendalikan Rusia.

"Sepanjang sejarah belum pernah ada yang berhasil melakukannya terhadap Rusia dan sejarah tidak ada akan berubah. Sampai kapanpun tidak akan ada negara yang bisa menundukan Rusia," ucap Putin saat berpidato di forum masyarkat Rusia semalam.

Dalam pidatonya, Putin juga meyebutkan pada dasarnya orang-orang Rusia tidak jauh berbeda dengan AS, kedua warga negara juga saling menghormati dan akur. “Yang tidak disukai oleh warga Rusia adalah politik luar negeri yang diambil oleh AS,” ucapnya.(esn)
Putin Peringatkan AS tak Ikut Campuri Internal Rusia Presiden Rusia, Vladimir Putin, memperingatkan AS tak campuri internal Rusia. | (Reuters / RIA Novosti)

Presiden Rusia, Vladimir Putin, memperingatkan Amerika Serikat agar tidak mencampuri urusan internal Rusia.

Peringatan itu disampaikan Putin saat menyambut duta besar baru AS untuk Rusia, John Tefft. Komentar Putin sekaligus menandakan semakin panasnya ketegangan antara Rusia dengan AS yang mengingatkan pada momen Perang Dingin.

Tefft diyakini menjadi diplomat utusan Presiden Barack Obama untuk menormalkan hubungan AS dengan Rusia. Dia menggantikan duta besar AS sebelumnya, Michael McFaul.

Suasana tegang diabadikan para fotografer saat Putin menyambut Tefft. Mereka dengan sedikit senyum berdiri berdampingan, tapi tampak kaku.

”Kami siap untuk kerjasama praktis dengan mitra kami Amerika di berbagai bidang, berdasarkan prinsip-prinsip menghormati kepentingan satu sama lain, persamaan hak dan tidak campur tangan masalah internal,” kata Putin, seperti dikutip Reuters, Kamis (20/11/2014).

Peringatan Putin itu menyusul rentetan tekanan dari Washington terhadap Moskow terkait krisis Ukraina. Di mana AS menuduh Rusia terlalu intervensi dalam krisis Ukraina di wilayah timur.

Sementara itu, Tefft, mengatakan, pihaknya akan menjaga komunikasi terbuka dengan pihak berwenang Rusia.

”Kami memiliki perbedaan serius atas kebijakan Rusia di Ukraina. Seperti saat Presiden Obama mengatakan di KTT G20 di Brisbane. Kami berharap Rusia akan memilih jalan yang berbeda, untuk menyelesaikan masalah Ukraina dengan cara yang menghormati kedaulatan Ukraina dan konsisten dengan hukum internasional,” katanya.

”Kami akan lebih memilih Rusia yang sepenuhnya terintegrasi dengan ekonomi global,” lanjut dia.(mas)
Barat Ingin Ada Perubahan Rezim di Rusia Menteri Luar Negeri Rusia, Sergei Lavrov (Reuters)

Menteri Luar Negeri Rusia, Sergei Lavrov melihat adanya sebuah agenda lain dari serangkaian sanksi yang dijatuhkan Barat terhap Rusia. Menurut Lavrov, Barat ingin mencoba membuat adanya perubahan rezim di negaranya melalui sanksi-sanksi tersebut.

“Barat dengan jelas telah menunjukan, bahwa mereka tidak ingin Rusia merubah kebijakan mengenai situasi di Ukraina melalui sanksi-sanksi yang mereka jatuhkan, tapi mereka ingin Rusia melakukan perubahan rezim,” ucap Lavrov. Seperti dilansir Channel News Asia, Sabtu (22/11/2014).

Dirinya mengatakan, bukan hanya dengan sanski, Barat merubah rezim kepemimpinan di Rusia. Namun, Barat juga sedang berusaha bermain dengan opini, dengan menggunakan tokoh-tokoh pentinf di Barat, untuk menarik perhatian masyarakat internasional.

“Tokoh-tokoh masyarakat di negara-negara Barat mengatakan bahwa sangat untuk terus menjatuhakan sanksi kepada kami, yang menurut mereka akan menghancurkan ekonomi dan dapat membangkitkan protes publik di Rusia," tambahnya.

Rusia sendiri saat ini tengah berada dalam ancaman sanksi lanjutan, baik dari Barat maupun dari negara Eropa. Ancaman itu disampaikan Wakil Presiden Amerika Serikat, Joe Biden saat melakukan kunjungan ke Turki kemarin.(esn)
Barat Tak Akan Bisa Isolasi Rusia Presiden Rusia Vladimir Putin (Reuters)

Presiden Rusia, Vladimir Putin kembali menegaskan sanksi ekonomi yang dijatuhkan Barat terhadap Rusia tidak akan berdampak besar bagi Rusia. Barat memang mencoba mengisolasi dan menghancurkan ekonomi Rusia melalui serangkaian sanksi yang dijatuhkan.

Melansir Reuters, Minggu (23/11/2014), Putin yang menggambarkan sanksi sebagai tirai besi bagi ekonomi Rusia. Ia menyatakan negaranya tidak akan bisa diisolasi oleh sanksi-sanksi yang dijatuhkan oleh Barat yang mayoritas menargetkan pengusaha Rusia.

“Moskow tidak akan terjebak dalam serangkaian rencana yang coba dibuat oleh Barat dengan terus menjatuhkan sanksi ekonomi kepada kami, walaupun di tengah kondisi ekonomi dunia yang sedang kacau saat ini,” ucap Putin.

Pemimpin Negeri Beruang Merah itu menyatakan, sebenarnya dia menyadari betul efek dari sanksi yang dijatuhkan Barat kepada Rusia. Akan tetapi, sekali lagi Putin menegaskan, hal itu tetap saja tidak cukup kuat untuk bisa mengisolasi dan menghancurkan Rusia.

“Saya sangat paham dengan efek, yang kemungkinan bisa sangat merusak dari sanksi yang dijatuhkan Barat. Namun, kita tidak akan bisa dijatuhkan oleh hal ini. Tidak ada satupun yang bisa membangun dinding pembatas di sekitar kami, sangat tidak mungkin untuk melakukannya,” tegas Putin.(esn)

  Sindonews  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.