Kamis, 11 Desember 2014

Polri Masih Selidiki Penyebab Kerusuhan di Papua

Kerusuhan kembali terjadi di tanah Papua, tepatnya di Paniai, Papua. Empat warga tewas akibat kericuhan tersebut. Setelah dua hari berselang, polisi masih terus menyelidiki penyebab rusuh tersebut.

"Masih dalam penyelidikan," kata Kapolri Jend Sutarman usai mengantar Presiden Jokowi terbang ke Korsel di Bandara Halim Perdanakusuma, Jakarta Timur, Rabu (10/12/2014).

Informasi dari Sutarman, korban tewas ada empat orang. Sedangkan 11 orang lainnya mengalami luka-luka.

Namun Sutarman sepertinya enggan menjelaskan lebih lanjut mengenai kasus ini. Dia kembali mengelak dengan menyebut kasus ini masih dalam penyelidikan pihaknya.

"Masih lidik (penyelidikan)," tandasnya.

‎Sementara itu Panglima TNI Jenderal Moeldoko memilih enggan berkomentar. Pasalnya kasus ini sudah diserahkan kepada Polri untuk mengusutnya. Moeldoko mempersilakan agar persoalan ini ditanyakan kepada kepolisian.

"Ini menunggu investigasi dari Polri. Nanti kita lihat gimana. Jadi kita ingin satu sumber biar clear, kalau dari macam-macam, sumber susah," kata Moeldoko sambil berlalu masuk mobil dinasnya.

Kasus kerusuhan di Papua berawal dari pemukulan warga oleh pihak yang belum diketahui. Imbasnya, ratusan warga turun dari arah Gunung Merah menyerang‎ Mapolsek dan Koramil setempat pada Senin (8/12) lalu.

Dalam kerusuhan ini juga terdapat letusan senjata yang menimbulkan korban jiwa dari warga. Kondisi Mapolsek dan Koramil juga rusak akibat peristiwa ini.(mok/rmd)
TNI Sebut Ada Tembakan dari Atas Bukit di Paniai Papua, Bukan dari Aparat Kerusuhan di Paniai, Papua, menyebabkan tewasnya 4 warga saat mereka turun dari Gunung Merah dan menyerang Polsek dan Koramil setempat. KSAD Jenderal Gatot Nurmantyo menyebut ada tembakan dari atas bukit dalam kejadian tersebut.

"Kebetulan saya mendengar dari Panglima TNI dan Kapolri, dan saya mendengar dari Polda dan Kodam juga. Sebelumnya dari atas bukit itu sudah ada tembakan juga," ungkap Gatot di Mabes TNI, Cilangkap, Jaktim, Rabu (10/12/2014).

Meski begitu, hingga saat ini tim investigasi yang dibentuk masih belum mengetahui dari mana asal tembakan tersebut. Gatot sendiri masih belum dapat memastikan apakah tembakan dari atas bukit itu berasal dari anggota OPM (Organisasi Papua Merdeka).

Hal yang dapat dipastikan oleh Gatot adalah bahwa tidak ada pasukan prajurit TNI dan Polri di atas bukit. OPM sendiri diketahui sering bersembunyi di atas bukit dan gunung.

"(Asal tembakan) tidak tahu. Soalnya tidak ada pasukan di atas bukit itu. Di bawahnya itu kan ada Koramil dan Polsek di dekat situ. Hal itu yang perlu kita cek kebenarannya. Sehingga informasi yang kita berikan kepada media dan masyarakat adalah informasi yang sudah bisa dipertanggung jawabkan. Tapi sekarang ini belum siap dan belum ada laporan yang masuk," papar Gatot.

"Kalau di atas bukit ada tembakan, sedangkan TNI tidak ada dan Polisi tidak ada di situ. Jadi siapa itu. Nah itu saja," sambungnya.

Kerusuhan di Paniai berawal dari adanya pemukulan warga oleh pihak yang hingga saat ini masih belum diketahui. Akibat insiden tersebut, ratusan warga turun dari arah Gunung Merah dan menyerang Mapolsek dan Koramil setempat pada Senin (8/12) lalu. Dalam penyerangan warga ini, muncul letusan senjata yang akhirnya menewaskan 4 orang warga dan menimbulkan kerusakan di Mapolsek dan Koramil.(ear/fjp)
Ada Taktik Bebek di Balik Kerusuhan Paniai Papua KSAD Jenderal Gatot Nurmantyo menyebut ada tembakan dari atas bukit saat terjadinya kerusuhan di Pania, Papua. Meski tidak mengatakannya secara gamblang, Gatot mengindikasikan ada keterlibatan Organisasi Papua Merdeka (OPM) dalam kerusuhan yang menewaskan 4 orang warga tersebut.

"Di sana itu ada semacam taktik bebek namanya. Taktik bebek itu, rakyat dikedepankan dan dari belakang ada tembakan gitu. Jadi kita lihat di sananya, bagaimana kejadiannya," ungkap Gatot di Mabes TNI Cilangkap, Jaktim, Rabu (10/12/2014).

Jenderal Bintang 4 ini juga mengatakan, pada saat kerusuhan yang terjadi pada Senin (8/12) lalu itu, terdapat letusan tembakan dari arah bukit. Sementara pasukan prajurit TNI dan personel Polisi tidak ada di atas.

"Kebetulan saya mendengar dari Panglima TNI dan Kapolri, dan saya mendengar dari Polda dan Kodam juga. Sebelumnya dari atas bukit itu sudah ada tembakan juga," kata Gatot.

"Soalnya tidak ada pasukan di atas bukit itu. Di bawahnya itu kan ada Koramil dan Polsek di dekat situ. Kalau di atas bukit ada tembakan, sedangkan TNI tidak ada dan Polisi tidak ada di situ. Jadi siapa itu. Nah itu saja," sambungnya.

Gatot pun mengaku pihaknya tidak dapat mengesampingkan adanya kemungkinan keterlibatan OPM dalam kerusuhan tersebut. Hingga kini TNI dan Kepolisian masih bekerja sama untuk mengusutnya.

"Sekarang kita lihat, apa yang sebenarnya terjadi di sana. Kemudian kita juga tidak bisa lepas dari tanggal 1 Desember (HUT OPM). Di Painia, komunikasi kan terbatas. Jadi kemarin Asintel dan Ditserse Polda Metro sudah ke sana. Nanti mereka akan buat laporan dan yang melaporkan Panglima TNI dan Kapolri. Saya hanya mengirim pasukan saja di sana," tukas Gatot.

Sementara itu Panglima TNI Jenderal Moeldoko sendiri tidak dapat memungkiri saat ini gerakan OPM sudah semakin terbuka. Sekitar 100 warga Papua pada HUT OPM 1 Desember lalu berdemo di Bundaran Hotel Indonesia meminta kemerdekaan Papua sambil membawa bendera Bintang Kejora.

"Kalo dari politik, TNI tak bisa berbuat kita main di ruang intelijen dan teritorial. Tidak bisa lebih dari itu karena ini politik. Kalau bersenjata biasanya kita lihat polisi minta bantuan, kita turunkan (pasukan)," ucap Moeldoko di lokasi yang sama.(ear/fjp)

  detik  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.