Sabtu, 20 Desember 2014

[World] "Kami Sudah Membunuh Semua Anak-anak, Lalu Apa Lagi?"

Inilah salah satu foto keenam orang yang menyerang sebuah sekolah di Peshawar yang dirilis Taliban Pakistan. Dalam serangan itu 148 orang tewas, 132 orang di antaranya adalah anak-anak.

Beberapa detail mengerikan dari tragedi pembantaian 148 orang di sebuah sekolah di Peshawar, Pakistan, muncul ke permukaan, Jumat (19/12/2014).

Harian terbitan Pakistan Dawn mengabarkan, salah seorang penyerang bernama Abuzar menghubungi komandannya untuk menanyakan langkah selanjutnya.

Abuzar menghubungi komandannya setelah dia dan kawan-kawannya telah membunuh 132 anak-anak dan sembilan orang staf pengajar di sekolah yang dikelola angkatan darat Pakistan itu.

"Kami sudah membunuh semua anak-anak di auditorium. Apa yang harus kami lakukan sekarang?" tanya Abuzar.

Para petinggi militer Pakistan mengidentifikasi sang komandan sebagai Umar Khalifa Adizai, pemimpin Taliban di wilayah Peshawar.

"Tunggu sampai para tentara datang, bunuh mereka semua sebelum kalian meledakkan diri," jawab Umar.

Percakapan itu, ujar para pejabat militer Pakistan, adalah satu dari percakapan terakhir antara para penyerang dan komandan mereka beberapa saat sebelum dua anggota Taliban yang tersisa terlibat baku tembak dengan pasukan khusus Pakistan.

Transkrip percakapan itu dirilis sebagai dokumen intelijen yang dibagi oleh Panglima AD Pakistan Jenderal Raheel Sharif dengan para pejabat Afganistan.

Jenderal Sharif melawat ke Afganistan untuk berbagi "elemen penting intelijen" karena para petinggi militer yakin bahwa pembantaian di Peshawar itu diperintahkan pemimpin Taliban Pakistan, Maulana Fazlullah.

Pakistan menduga Fazlullah bersembunyi di provinsi Nuristan, Afganistan. Sejumlah petinggi keamanan mengatakan, pembicaraan telepon Umar dapat dilacak hingga di distrik Nazian, provinsi Nangarhar, Afganistan.

Pakistan ingin agar Pemerintah Afganistan menggunakan informasi intelijen itu untuk mengambil tindakan terhadap para pemimpin Taliban Pakistan.
Otak Serangan Sekolah di Peshawar adalah Ayah Tiga Anak Petugas keamanan membantu seorang siswa sekolah angkatan darat di Peshawar yang terluka akibat serangan Taliban Pakistan pada Selasa (16/12/2014).

Siapa orang paling dibenci di Pakistan saat ini? Dia adalah pria 36 tahun, ayah tiga anak dan penggemar bola voli dengan nama panggilan "Nary" atau Si Langsing.

Nama asli pria ini adalah Umar Mansoor yang oleh Taliban Pakistan disebut sebagai otak dari serangan maut ke sebuah sekolah di Peshawar yang menewaskan 132 anak-anak.

Sebuah video yang diunggah ke situs internet yang biasa digunakan Taliban menampilkan pada Kamis (18/12/2014), sosok seorang pria berjanggut lebat, membeberkan pembenaran terhadap serangan maut pada 16 Desember itu.

Keterangan yang muncul dalam video itu menyebut nama sang pria sebagai Umar Mansoor.

"Jika para perempuan dan anak-anak kami mati, maka anak-anak kalian juga tak akan bisa lolos. Kami akan berperang melawan kalian dengan cara yang sama seperti kalian menyerang kami dan kami akan membalaskan dendam terhadap mereka yang tak berdosa," kata pria itu.

Taliban mengatakan serangan di Peshawar itu, di mana para penyerang mengenakan rompi bom bunuh diri dan mengeksekusi anak-anak, merupakan pembalasan atas operasi militer yang digelar AD Pakistan.

Mereka menuduh militer melakukan pembunuhan ekstrajudisial. Tuduhan seperti itu bukanlah barang baru di Pakistan. Banyak kasus orang yang ditahan aparat keamanan hilang lalu ditemukan dalam kondisi tangan terikat dan ditembak di kepala.

Sejumlah sumber militer mengatakan pengadilan di Pakistan sangat korup dan mereka takut menghukum anggota militan. Sehingga hampir mustahil untuk menjatuhkan hukuman bagi para anggota militan.

"Anda mempertaruhkan nyawa untuk menangkap teroris lalu pengadilan melepas mereka. Jika mereka dibunuh maka mereka tidak akan kembali lagi," kata sumber itu.

 Penggemar bola voli 

Meski kekerasan kerap terjadi di Pakistan, namun serangan di Peshawar itu sangat mengejutkan negeri itu yang secara tradisional perempuan dan anak-anak selalu dilindungi meski dalam kondisi perang.

Enam orang anggota Taliban yang diwawancarai Reuters memastikan bahwa otak serangan di Peshawar adalah Umar Mansoor. Empat dari mereka mengatakan Umar sangat dekat dengan Mullah Fazlullah pemimpin Taliban Pakistan yang juga pernah memerintahkan penembakan terhadap Malala Yousafzai.

"Umar Mansoor memiliki perangai keras sejak anak-anak. Dia selalu berkelahi dengan anak-anak lain," kata salah seorang anggota Taliban.

Umar Mansoor yang bergabung dengan Taliban pada 2007 memiliki nama panggilan "nary" yang dalam bahasa Pashto berarti "langsing". Dia memiliki dua anak perempuan dan satu anak laki-laki.

"Mansoor suka bermain bola voli. Dia adalah pemain bola voli yang baik," ujar seorang anggota Taliban.

Dalam video itu Umar digambarkan sebagai seorang "amir" atau pemimpin Taliban di Peshawar dan kawasan Darra Adam Khel. Sejak awal Mansoor selalu menolak untuk berbicara dengan pemerintah.

"Dia sudah bersikap tegas sejak awal bergabung dengan Taliban. Dia menentang para komandan yang dianggap lemah karena mau berunding dengan pemerintah," ujar seorang komandan Pakistan.
Bagaimana Taliban Pakistan Berkembang Jadi Kekuatan Mematikan? Taliban Pakistan

T
aliban Pakistan, yang secara resmi dikenal sebagai Tehrik-i-Taliban Pakistan atau TTP, merupakan sebuah organisasi payung yang longgar dan semakin terpecah yang pernah mewakili sekitar 30 kelompok militan. Kelompok itu secara resmi didirikan tahun 2007 oleh seorang komandan militan terkemuka, Baitullah Mehsud, dan selama bertahun-tahun kelompok itu dan kelompok-kelompok yang bersekutu dengannya, seperti Al Qaeda, berbasis di daerah suku Pashtun di Pakistan barat laut, khususnya di Waziristan Utara dan Selatan.

Banyak komandan Taliban Pakistan telah bertempur di Afganistan sebagai bagian dari gerakan yang pernah meraih kekuasaan di Kabul. Saat pasukan AS menggulingkan gerakan itu tahun 2001, banyak pemimpinnya yang melarikan diri dengan melintasi perbatasan ke Pakistan. Orang-orang Pakistan di antara kelompok itu kemudian menjadi tuan rumah bagi rekan-rekan Afganistan mereka, serta ratusan militan Al Qaeda, dengan menyediakan bagi mereka tempat tinggal, dukungan logistik, dan anggota-anggota baru.

Atas tekanan AS, tentara Pakistan melakukan sejumlah upaya yang sifatnya sementara untuk menghancurkan tempat-tempat persembunyian kelompok itu tahun 2003 dan 2004, tetapi upaya itu sudah terlambat. Para milisi suku, yang sudah diperkaya dan diradikalisasi oleh para tamu Al Qaeda mereka, menderita akibat langkah militer tersebut. Amerika Serikat menyebut Taliban Pakistan sebagai organisasi teroris pada September 2010.

Kelompok itu patuh kepada pemimpin Taliban Afganistan, Mullah Mohammed Omar, dan bekerja sama erat dengan gerakan Afganistan dalam pemberontakan di Afganistan, dengan menyediakan anggota, logistik, dan basis untuk Taliban Afganistan. Taliban Pakistan telah melatih dan mengirim ratusan pengebom bunuh diri dari wilayah kesukuan Pakistan ke Afganistan.

Kelompok itu membangun sebuah hubungan dekat dengan Jaringan Haqqani, afiliasi yang paling radikal dari Taliban Afganistan, yang berada di balik sejumlah serangan bunuh diri di dalam dan sekitar Kabul dan Afganistan timur. Kelompok tersebut juga bekerja sama dan memberikan tempat aman bagi para operator Al Qaeda, termasuk pemimpin Al Qaeda, Ayman al-Zawahiri.

Luasnya kerja sama kaum militan di daerah kesukuan itu telah menjadi hal rumit bagi badan intelijen militer Pakistan, yang sudah lama memberikan dukungan bagi Afganistan dalam menghadapi Taliban, bahkan saat pihaknya sendiri sedang berupaya untuk melawan Taliban Pakistan dalam beberapa tahun terakhir.

Salah satu serangan Taliban Pakistan yang paling signifikan pada 2014 adalah sebuah pengepungan berani terhadap bandara internasional Karachi pada bulan Juni. Serangan tersebut, di mana sekelompok penyerang berjumlah 10 orang bertempur melawan pasukan keamanan selama berjam-jam, menewaskan 13 orang. Dalam beberapa hari, sebuah serangan udara dan darat yang intensif dimulai terhadap para pemimpin Taliban yang bermarkas di Waziristan Utara. Serangan itulah, yang menurut seorang juru bicara Taliban, memicu serangan pembalasan kaum militan di Peshawar pada Selasa (16/12/2014) yang menewaskan 142 anak sekolah dan guru Pakistan.

Pada September 2013, Taliban Pakistan melancarkan salah satu serangan paling mematikan yang pernah ada, yaitu dengan mengirim sejumlah pengebom bunuh diri ke Gereja All Saints yang bersejarah di Peshawar. Gereja itu merupakan simbol kerja sama antara Muslim dan Kristen. Setidaknya, 120 orang tewas dalam serangan itu dan sesudahnya.

Tahun 2012, Taliban Pakistan menembak Malala Yousafzai, seorang anak sekolah Pakistan di Lembah Swat, karena mendukung pendidikan terhadap anak perempuan. Malala kemudian memenangkan hadiah Nobel Perdamaian tahun 2014 dan menjadi simbol tentang kekerasan tanpa pandang bulu dan penaklukan terhadap perempuan dan anak perempuan kelompok itu di seluruh dunia.

Mehsud juga diduga berada di balik pengeboman bunuh diri yang menewaskan mantan Perdana Menteri Benazir Bhutto pada Desember 2007.

Di bawah Hakimullah Mehsud, yang mengambil alih komando Taliban Pakistan setelah kematian Baitullah Mehsud, kelompok itu menunjukkan aliansi yang erat dengan Al Qaeda.

Kelompok Taliban Pakistan kini dipimpin Maulana Fazlullah, seorang pemimpin militan yang diduga sedang bersembunyi di sisi perbatasan Afganistan. Fazlullah dipandang sebagai sosok yang mungkin menjadi pembawa damai dalam kancah militan Pakistan ketika dia dipilih untuk memimpin Taliban setelah pemimpin sebelumnya, Hakimullah Mehsud, tewas dalam serangan udara AS pada November 2013.

  Kompas  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.