Selasa, 23 Desember 2014

[World] Perang Cyber AS - Korea Utara

Obama Sesalkan Sony Batal Rilis The Interview Presiden AS Barack Obama membuat pernyataan setelah FBI mengkonfirmasi bahwa Korea Utara berada di balik serangan siber yang mengecam film The Interview, film satir tentang pembunuhan pemimpin Korea Utara, Kim Jong Un. (Reuters/Doug Mills/Pool)

Presiden Amerika Serikat Barack Obama menyatakan Sony Pictures melakukan kesalahan dengan membatalkan perilisan film The Interview, setelah menerima serangan siber dari Guardian of Peace, atau GOP, peretas yang diduga berkaitan dengan Korea Utara.

"Saya berharap mereka (Sony) membicarakan (pembatalan perilisan) kepada saya terlebih dahulu. Saya akan menyarankan kepada mereka, 'Jangan terjebak oleh pola intimidasi dan jenis serangan kriminal seperti itu'," kata Obama dalam sebuah konferensi pers, seperti ditulis Reuters, Kamis (19/12).

Obama membuat pernyataan tersebut setelah FBI mengkonfirmasi bahwa Korea Utara berada di balik serangan siber yang mengecam film The Interview, film satir yang dibintangi Seth Rogen dan James Franco tentang pembunuhan pemimpin Korea Utara, Kim Jong Un.

Sony Corp telah membatalkan penayangan film ini yang semula direncanakan pada Hari Natal, setelah jaringan bioskop besar menolak untuk menayangkan film ini karena takut akan ancaman sang peretas.

Sang peretas, GOP mengancam akan melakukan tindakan terorisme jika The Interview tetap tayang secara luas.

Ditanya tentang keputusan Sony, Obama menyatakan, "Ya, saya pikir mereka (Sony) membuat kesalahan."

Obama menilai keputusan Sony tersebut mengirim sinyal buruk tentang sensor dalam industri hiburan.

"Kita tidak bisa membiarkan seorang diktator menerapkan sensor di Amerika Serikat. Jika seseorang mampu membuat film satir batal tayang, bayangkan jika mereka tak suka ketika melihat sebuah film dokumenter atau sebuah tayangan berita," kata Obama.

Sebelumnya, sejumlah artis Hollywood seperti Ben Stiller, Steve Carell, Rob Lowe, Jimmy Kimmel dan sutradara Judd Apatow juga mengkritik keputusan para pemilik bioskop dan Sony yang membatalkan perilisan The Interview.

Korea Utara adalah salah satu negara termiskin di dunia, dengan perkembangan industri teknologi yang tak menonjol. Namun dibalik itu, bisnis peretasan di negara ini tumbuh subur, hingga diperkirakan terdapat sekitar 1.800 peretas.

GOP, yang diduga merupakan salah satu kelompok peretas dari Korea Utara juga merilis email memalukan yang berisi percakapan antara wakil pemimpin Sony Pictures, Amy Pascal dan produser film Scott Rudin yang berkelakar soal selera film Obama yang buruk.

Terkait hal ini, Rudin, yang dikenal sebagai produser serial TV The Newsroom, dan Pascal telah meminta maaf secara terbuka.(ama)
AS Minta Bantuan Tiongkok Atasi Peretasan Korut Tiongkok sebagai negara sekutu paling dekat Korut diminta membantu AS meredam peretasan dari negara pimpinan Kim Jong Un itu. (Ilustrasi/Thinkstock)

Amerika Serikat dilaporkan meminta bantuan Tiongkok untuk meredam serangan siber yang dilakukan oleh Korea Utara, salah satunya peretasan terhadap jaringan Sony Pictures yang berujung pada dibatalkannya penayangan perdana film The Interview.

"Kami telah mendiskusikan masalah ini dengan Tiongkok untuk berbagi informasi, menyampaikan keprihatinan kami terhadap serangan ini dan meminta kerja sama mereka," kata seorang pejabat senior pemerintah AS kepada AFP, Sabtu (20/12).

AS menuding Korut telah membobol jaringan dan mencuri data-data rumah produksi Sony Pictures, termasuk percakapan email, naskah, data-data artis, dan film yang belum dirilis.

Diduga tindakan ini dilakukan setelah Sony berencana menayangkan film berjudul The Interview yang mengisahkan soal dua agen CIA yang berencana membunuh Kim Jong Un. Film tersebut akhirnya batal ditayangkan perdana karena ancaman serangan dari pihak peretas.

Korut membantah tuduhan ini dan mengajak AS untuk melakukan penyelidikan gabungan. Tiongkok dianggap sebagai negara yang tepat untuk membantu AS karena kedekatannya dengan Korut.

"Dalam diskusi keamanan siber, baik Tiongkok dan AS telah menyampaikan pandangan bahwa melakukan serangan yang merusak di dunia siber telah berada di luar norma kepatutan perilaku siber," kata pejabat yang tidak ingin disebut namanya.

Tahun lalu AS dan Tiongkok membentuk panel khusus untuk membicarakan keamanan siber. Namun awal tahun ini, Washington mendakwa lima anggota unit militer Tiongkok atas tuduhan meretas perusahaan-perusahaan AS untuk mencuri rahasia dagang mereka, memicu ketegangan hubungan antara kedua negara.

Dalam dakwaan pertama negara melawan aktor spionase siber, juri di AS menjatuhkan gugatan terhadap lima warga Tiongkok atas peretasan untuk perusahaan negara Tiongkok, menyebabkan banyaknya warga AS yang kehilangan pekerjaan di industri besi, pembangkit listrik tenaga matahari dan sektor lainnya.

Lima orang itu hingga kini masih dalam diburu AS.

Belum diketahui bagaimana AS akan membalas serangan siber Korut. Obama dalam pernyataannya pada wartawan pekan lalu mengatakan bahwa Washington tidak akan pernah tunduk pada diktator.

"Kami bisa konfirmasi bahwa Korut bertanggung jawab atas serangan ini. Kami akan membalas dengan proporsional dan tepat waktu serta tempat dan caranya," tegas Obama.
Jaringan Internet Korea Utara Mati Putusnya jaringan internet Korea Utara diduga antara lain karena serangan siber yang harus dilakukan oleh negara besar. (Getty Images/scyther5)

Satu perusahaan yang mengamati infrastruktur internet mengatakan bahwa Korea Utara mengalami masalah dengan internet yang membut negara ini tidak memiliki hubungan internet sama sekali.

"Dalam 24 jam terakhir hubungan internet di Korea Utara ke dunia luar terus menurun hingga pada akhirnya sama sekali terputus," ujar Dough Madory, direktur analisis internet Dyn Research yang berbasis di New Hampshire, Amerika Serikat.

"Penyebabnya bisa sangat mudah - router mereka mungkin mengalami masalah pirnati lukan; ini mungkin terjadi. Biasa juga ada sejumlah pihak yang melakukan serangan siber terhadap Korea Utara dan mereka kini tidak bisa masuk ke dunia maya."

Pada Jumat (19/20) Presiden Barack Obama bertekad untuk membalas serangan siber besar-besaran terhadap Sony Pictures "di tempat dan waktu dan bentuk yang kita tentukan."

Washington menuduh Korea Utara berada di balik serangan siber ke Sony ini.

Sejumlah pejabat AS yang dekat dengan penyelidikan pada saerangan ke Sony mengatakan pemerintah AS tidak mengetahui penyebab matinya internet di Korea Utara dan tidak terlibat dalam aksi serangan siber terhadap Pyongyang.

Juru Bicara Departemen Luar Negeri Marie Harf mengatakan dalam pertemuan rutin bahwa dia tidak bisa mengkonfirmasi Korea Utara tidak memiliki akses ke internet karena serangan siber.

"Kami tidak akan membicarakan…secara terbuka, rincian operasional mengenai opsi-opsi balasan yang mungin ada, dan tidak akan mengomentasi laporan-laporan seperti itu kecuali mengatakan bahwa kami akan melaksanakan balasan kami, yang sebagian bisa terlihat jelas dan sebagian lagi tertutup," ujarnya.

Ketidakstabilan itu terjadi di penghubung utama Korea Utara, yang melewati kota Shyengyang, Tiongkok.

Doug Madory mengatakan hubungan internet Korea Utara biasanya stabil, meski pernah menjadi sasaran serangan sebelumnya termasuk dalam periode peningkatan ketegangan dengan Korea Selatan pada 2013.

Dia mengatakan ada banyak pemain, termasuk peretas remaja, yang bisa melakukan serangan DoS atau distributed denial of serviceke jaringan komputer Korea Utara.

Dan jika serangan DoS itu benar-benar terjadi "hanya negara besar yang bisa melakukannya."

Serangan DoS sebenarnya serangan siber sederhana, dimana satu jaringan komputer yang menjadi sasaran dihujani dengan lalu lintas sehingga jaringan itu tidak bisa dipergunakan sementara.

Masalah internet Korea Utara pertama kali dilaporkan oleh blog: http://www.northkoreatech.org.

Korea Utara menyangkal bertanggungjawab atas serangan siber ke Sony dan bertekad untuk balik memukul atas balasan AS dengan mengancam Gedung Putih dan Pentagon.

Pyongyang meminta penyelidikan bersama atas kasus serangan Sony, tetapi dutabesar AS untuk PBB mengatakan ajakan itu "tidak masuk akal."

Juru Bicara Departemen Luar Negeri AS Marie Harf mengatakan ancaman terhadap Gedung Putih dan Pentagon: "Kami tidak memiliki informasi ancaman yang bisa dipercaya yang bisa mendukung laporan-laporan tersebut."

"Sudah barang tentu, kami menganggap setiap ancaman pada warga AS, perusahaan AS serius, apapun bentuk ancamannya," kata Harf.

Para peretas di balik serangan siber ke Sony Pictures mengatakan marah dengan film komedi produksi perusahaan itu yang berkisah soal pembunuhan pemimpin Korea Utara Kim Jong Un.

Studio film ini menarik film itu dari distribusi setelah jaringan bioskop AS menolak memutar film tersebut.

Secara terpisah, sistem komputer di operator pembangkit listrik nuklir Korea Selatan telah diretas yang meningkatkan kekhawatiran akan keamanan di sekitar fasilitas nuklir ini.(yns)

  ★ CNN  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.