Kamis, 25 Desember 2014

[World] Ukraina Lepas Status Non-Blok

Ukraina Perburuk Situasi imageAndrei Kelin, diplomat senior Rusia ini turut mengecam rencana Ukraina untuk lepas dari status non-blok (bbc)♘

Rencana Ukraina untuk melepaskan diri dari status negara non-blok terus mendapat kecaman dari pihak Rusia. Seorang diplomat senior Rusia menyatakan, jika Ukraina benar-benar melepaskan status mereka sebagai negara non-blok, hal itu akan semakin menambah runyam situasi.

Melansir Reuters, Selasa (23/12/2014), Andrei Kelin mengatakan, bukan hanya situasi dalam negeri yang mungkin akan semakin bertambah buruk, tapi hubungan antara Rusia dan Ukrainapun diyakini akan terus terjun ke titik terendah.

"Rencana yang diutarakan pemerintah Ukraina tersebut merupakan langkah tidak ramah terhadap kita. Vektor politik ini hanya akan menambah gangguan dan ketajaman dalam hubungan antara Rusia dan Ukraina,” ucap Kelin dalam sebuah pernyataan.

Rencana Ukraina untuk keluar dari status non-blok dikabarkan terkait dengan rencana negara tersebut untuk bergabung dengan NATO. Namun, hal tersebut mendapat bantahan dari Presiden Ukraina Petro Poroshenko. Ia menegaskan, hal itu semata-mata untuk memperbaiki kebijakan luar negeri yang telah lama dianut oleh Ukraina.

Sebelumnya, Perdana Menteri Rusia, Dmitry Medvedev menyatakan, jika Ukraina pada akhirnya memutuskan untuk keluar dari status mereka sebagai negara non-blok dan bergabung dengan NATO, Rusia mungkin akan menganggap tetangganya itu sebagai salah satu musuh mereka.(esn)
Hubungan dengan Rusia Memanas imageIlustrasi (insuredbycarver)♘

Kabar mengenai rencana Ukraina untuk melepaskan diri dari status non-blok akhirnya menjadi sebuah kenyataan. Melansir Reuters, Selasa (23/12/2014), setelah melalui proses persidangan yang terbilang cukup singkat, Parlemen Ukraina akhirnya memutuskan bahwa mereka akan menanggalkan jubah non-blok yang selama ini melekat di diri mereka.

Dari sekitar 380 orang anggota Parlemen Ukraina, hanya 77 orang yang menolak keputusan untuk lepas dari status non-blok, sedangkan 303 orang lainnya menyatakan setuju dengan keputusan Ukraina untuk lepas dari status non-blok.

Menteri Luar Negeri Ukraina, Pavlo Klimkin menyatakan, keputusan untuk melepaskan diri dari tatus non-blok bukan hanya karena Ukraina ingin menjadi anggota NATO. “Kami ingin mendekatkan diri pada negara-negara Eropa dan juga Barat, karena itulah fokus kebijakan kami,” ucapnya.

Pihak NATO sendiri menyambut baik keputusan Parlemen Ukraina tersebut, dan menyatakan akan siap menyambut Ukraina sebagai anggota baru mereka. “Pintu kami selalu terbuka untuk Ukraina, dan kami akan menerima Ukraina sebagai anggota baru kami jika negara tersebut memenuhi standar dan prinsip-prinsip kami,” ucap seorang juru bicara NATO.

Sementara itu, sikap lain ditunjukan oleh pemerintah Rusia yang mengecam keras keputusan Parlemen Ukraina tersebut. Bahkan, Perdana Menteri Rusia, Dmitry Medvedev menyatakan akan menganggap Ukraina sebagai musuh jika tetangganya tersebut akhirnya bergabung dengan NATO.(esn)
Ukraina Bermain Api imageMenteri Luar Negeri Rusia, Sergei Lavrov (Reuters)♘

Keputusan Parlemen Ukraina untuk melepaskan diri dari status non-blok mendapat tanggapan sinis dari Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov. Dirinya menyatakan, saat ini pemerintah Ukraina tengah bermain api.

Melansir Reuters, Selasa (23/12/2014), Larov menilai apa yang dilakukan Parlemen Ukraina adalah hal yang sia-sia. Hal ini akan memperburuk, bukan hanya situasi di dalam negeri Ukraina, tapi juga memperburuk hubungan dengan Rusia.

“Keputusan Parlemen Ukraina ini adalah sesuatu yang kontraproduktif dan hal ini hanya akan meningkatan ketegangan yang ada saat ini,” ucap diplomat senior Rusia itu dalam sebuah pernyataan.

Dirinya menilai, saat ini pemerintah Ukraina sedang bermimpi. “Mereka (Ukraina) menciptakan sebuah ilusi, bahwa sangatlah mungkin dengan adanya undang-udang baru tersebut maka konflik di internal di Ukraina akan dapat terselesaikan,” Lavrov menambahkan.

Dalam sebuah sidang Parlemen yang tergolong singkat, Parlemen Ukraina memutuskan untuk lepas dari status non-blok yang sudah lama mereka pegang. Dari 380 orang anggota Parlemen Ukraina, hanya 77 orang yang menolak keputusan tersebut.(esn)

  Sindonews  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.