Sabtu, 15 November 2014
Mengupas Anggaran Pertahanan Laut Negara Poros Maritim
Menjadi TNI AL yang andal, disegani, dan berkelas dunia, itulah cita-cita besar TNI AL yang digaungkan oleh Kepala Staff Angkatan Laut (Kasal) Laksamana TNI Dr Marsetio saat memasuki penghujung Renstra tahap pertama 2010-2014. Selama kurun waktu tersebut, TNI AL meningkatkan keunggulannya dalam SDM, Teknologi, Organisasi, dan Operasi. Keempat komponen itu merupakan tolak ukur dari TNI AL berkelas dunia.
“Beberapa kegiatan meliputi modernisasi, pengadaan dan penghapusan alutsista serta pengembangan organisasi telah mencapai rata-rata 42 persen dalam pemenuhan Renstra tahap pertama,” ungkap Marsetio saat HUT TNI di Surabaya.
Selanjutnya, Kasal berharap dalam memasuki Renstra tahap II tahun 2015-2019, focus pembangunan diarahkan lebih kepada penyelesaian Rentra tahap pertama yang belum selesai serta pemantapan dan peningkatan kemampuan postur TNI AL yang diukur dari empat komponen dasar datas.
Namun, Kasal berdalih bahwa percepatan MEF tersebut sangat tergantung dari perekonomian negara dan komitmen yang besar dari pemerintah, DPR, dan seluruh rakyat Indonesia. Gayung bersambut, kata terjawab itulah pribahasa yang tepat saat menggambarkan pelantikan Presiden RI ketujuh, Joko Widodo 20 Oktober 2014 lalu yang dalam pidato pelantikannya menyebutkan, “Kita ingin menjadi bangsa yang bisa menyusun peradabannya sendiri yang menyumbangkan keluhuran pada peradaban global. Kita harus bejerja sekeras-kerasnya menjadi negara maritim. Samudera, selat, teluk, dan laut adalah masa depan kita, Kini saatnya kita mengembalikan semuanya, sehingga Jalasveva Jayamahe, di laut justru kita jaya sebagai semboyan nenek moyang kita dulu bisa semakin membahana kembali”.
Pernyataan Jokowi dalam pidato pelantikan itu telah membawa angin segar bagi pembangunan TNI AL kedepan. Akan tetapi variabel lain mengenai perekonomian negara yang berdampak pada besarnya penetapan anggaran pertahanan turut menjadi penentu dalam membangun pertahanan matra laut negara Poros Maritim Dunia.
Anggaran Pertahanan dan Diplomasi
Mencermati fluktuasinya perekonomian negara yang berdampak pada besarnya anggaran pertahanan turut mengundang spekulasi dari beberapa pengamat. Salah satunya pengamat pertahanan asal Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Jaleswari Pramodhawardani. Kepada Jurnal Maritim saat ditemui di Hotel Darmawangsa, wanita yang akrab disapa Mbak Dani ini memaparkan analisisnya dalam memasuki Renstra II.
“Pembangunan MEF pada renstra I sudah mencapai 38-40 persen sampai pencapaian 100 persen pada tahun 2024. Anggaran alutsista itu sebesar Rp 150 Triliyun dan angkatan laut mendapat sekitar Rp 60 Triliyunan. Tapi sekali lagi saya ingatkan bahwa angka itu tidak linier dan itu terus berubah-ubah,” ungkap Dani.
Memang pada kenyataannya dari anggaran yang ditetapkan itu tidak seluruhnya terealisasi, dengan pertimbangan kondisi ekonomi yang naik turun tentunya membuat lain tetulis lain terealisasi. Lebih lanjut Dani menegaskan dalam Renstra II nanti anggaran itu harus meningkat dari tahap sebelumnya dan akan terus meningkat lagi pada tahap berikutnya.
“Kalau kita bicara Security Export Import itu ada ketentuan tidak tertulis bahwa kita harus memenuhi 2 persen dari GDP untuk pertahanan. Jadi estimasi anggaran periode 2015-2019 kita baru menganggarkan 1,5 persen dari GDP dan 2 persen pada tahun 2024. 1,5 persen Itu artinya apa, kita harus mengalokasikan anggaran sebesar Rp 150 Triliyun untuk pertahanan. Itu saja tidak mudah, ketika ekonomi kita masih begini. Kita akan selalu dibenturkan dengan nasi versus amphibi dan kesejahteraan versus keamanan,” tandasnya.
Menurutnya, hal itu menjadi suatu pertaruhan yang tidak mulus mengingat problem kemanusiaan masih sangat banyak. Akan tetapi wanita kelahiran Surabaya 50 tahun silam ini mengingatkan pembangunan pertahanan menjadi sesuatu yang penting dan tidak bisa dihitung dengan uang serta komitemen pemerintahan Jokowi dalam mengatasi masalah itu.
“Seharusnya membangun kekuatan pertahanan itu sesuatu yang lain lagi, ini yang penting karena bagaimana kita merasa aman karena perasaan aman itu nggak bisa dikalkulasi dengan uang. Saya yakin pak Jokowi ingin membangun pertahanan yang kuat juga bervisi maritim. Dan dia meletakan dasar-dasar pembangunan itu. Kalau kita bicara pertahanan maritim bukan hanya dilihat dari angkatan laut saja, tetapi bagaimana konsep Tri Matra Terpadu yang berjalan secara bersamaan,” cetusnya.
Sementara itu, pengamat pertahanan asal Universitas Indonesia, Dr. Connie Rahakundini Bakrie menuturkan tidak selamanya anggaran pertahanan itu dihitung berdasarkan GDP tetapi bisa didasarkan pada Threat Based Planning atau pembangunan kekuatan yang didasarkan pada pendekatan prediksi ancaman yang dihadapi. Baru kemudian kekuatan pertahanan dibangun berdasarkan Capabilities Based Planning (CBP).
“Ini yang saya maksudkan tidak selamanya Anggaran Pertahanan itu harus dihitung dari ketersediaan dan kemampuan GDP tetapi bagaimana melihatnya dari urgency yang terjadi jika kita tidak menyediakan anggaran pertahanan yang memadai sesuai dengan perkembangan dan eskalasi ancaman atau risiko. Risiko disini adalah ancaman yang timbul karena kita sudah tau ada tetapi kita memilih diam atau tidak berbuat apa-apa,” pungkasnya.
Selain itu, wakil ketua ILUNI UI ini menambahkan dengan melihat perkembangan dan perubahan eskalasi ancaman dan resiko kemudian kita dapat menetapkan urgensi anggaran pertahanan yang diperlukan. “Itu kenapa sejak awal saya sampaikan pemikiran SBY akan ‘Thousand Friends Zero Enemy’ itu sangat tidak tepat untuk Indonesia yang secara geopolitik, geostrategi dan geoekonomi merupakan pusat maritim dunia dan memiliki 6 chokepoints strategic yang dilalui 90 persen perdagangan dunia. Kita menjadi negara yang careless pada posisi strategis dan kesempatan yang dimilikinya untuk menjadi negara ‘pemain’ dan bukan sebagai negara penonton semata,” ungkapnya.
Dengan melihat tingginya ancaman itu tentu membuat pembangunan teknologi terkait dengan precision-guided munitions (PGMs); intelligence gathering, surveillance and reconnaissance (ISR); dan command, control, communications, computing, and intelligence processing (C4I), semakin meningkat. Di mana awalnya semua akan kembali bermuara pada peningkatan anggaran pertahanan secara signifikan.
“Kenapa misalnya industri pertahanan kita selama 10 tahun ini tidak tumbuh cepat meski sudah difasilitasi dengan semua elemen? Ya, karena kita kemarin kemarin menjadi negeri dengan nol musuh dan karenanya TNI juga mengambil kebijakan nol growth untuk jumlah personilnya. Lalu, darimana industri pertahanan bisa berkembang jika demand-nya tidak ada atau statis?”, tanyanya.
Connie, juga menghimbau bila TNI AL belum mampu untuk melakukan itu maka peran Diplomasi menjadi sangat penting untuk mendukung upaya pertahanan berdasarkan tingkat ancaman. “TNI AL melaksanakan strategi partner dengan negara- negara tetangga. Dan kesinilah saya kira bentuk ASEAN NAVY akan mengarah dan anggaran pertahanan kita pasti harus mengikuti arah trend ini,” tuturnya.
Formulasi Anggaran Pertahanan
Senada dengan Connie, wakil Ketua Forum Kajian Pertahanan dan Maritim (FKPM), Laksda (Purn) Budiman Djoko Said memaparkan rincian penyusunan anggaran berdasarkan ancaman atau kebutuhan. “Anggaran merupakan konsekuensi dukungan suatu kegiatan dan manfaat, keuntungan, effektifitas atau kapabilitas, biasanya adalah kriteria guna membantu memilih suatu alternatif. Misalnya ada beberapa alternatif postur kekuatan militer nasional yang akan dibangun,” ucap Budiman. Dalam penetapan anggaran untuk postur kekuatan nasional termasuk kekuatan pertahanan lautnya, Budiman menggunakan konsep Capabilities Based Planning (CBP) yang kemudian dilanjutkan dengan Activity Based Cost (ABC).
“Jadi dalam penetapan anggaran, ditentukan dulu kegiatan atau kebutuhan apa yang akan dibangun kalau sudah baru anggarannya dicari. Selama ini yang terjadi sebaliknya, anggaran dulu ditetapkan baru kegiatannya mengikuti anggaran, kalau begitu ya kita seperti ini terus,” pungkasnya.
PK1,2,3,……n = K1/C1, K2/C2, K3/C3……Kn/Cn
Dimana,
PK = Postur kekuatan
K = Harga kapabilitas
C = Konsekuensi anggaran
Model ini bisa dikembangkan dengan berbagai alternatif skenario pelibatan/skenario pertahanan nasional dan estimasi (jumlah) area pelibatan, sehingga mendapatkan jumlah Gugus Tugas yang membentang mulai dari mimimum sampai maksimum, semakin minim semakin besar harga gagalnya ( 1 – Probabilita sukses) atau risikonya.
“Oleh karena itu biaya, ongkos, anggaran totalnya adalah konskuensi suatu pilihan atau kegiatan atau proyek yang akan dipilih, maka anggaran semestinya bukanlah suatu kendala dalam ruang keputusan. Problemanya adalah bagaimana membangun model dengan berbagai alternatif kapabilitas,” tambahnya.
Melihat pola pembangunan pertahanan nasional ke depan, mantan Danseskoal tahun 2000 ini mengingatkan pemerintah dan DPR untuk dapat mengembangkan skenario yang tidak habis untuk gaji rutin prajurit.
“Jadi yang sangat diperlukan dalam pembangunan kekuatan militer nasional yang beorientasi kepada operasi gabungan paling effisien adalah skenario gabungan yang bisa saja muncul mulai dari arsitektur yang sangat memungkinkan sampai dengan kurang memungkinkan. Namun, setidak-tidaknya pengambil keputusan (Pemerintah dan DPR-red) dan analis biaya bisa melihat dengan jelas biaya rill untuk perbaikan struktur mendatang,” tutupnya.
“Beberapa kegiatan meliputi modernisasi, pengadaan dan penghapusan alutsista serta pengembangan organisasi telah mencapai rata-rata 42 persen dalam pemenuhan Renstra tahap pertama,” ungkap Marsetio saat HUT TNI di Surabaya.
Selanjutnya, Kasal berharap dalam memasuki Renstra tahap II tahun 2015-2019, focus pembangunan diarahkan lebih kepada penyelesaian Rentra tahap pertama yang belum selesai serta pemantapan dan peningkatan kemampuan postur TNI AL yang diukur dari empat komponen dasar datas.
Namun, Kasal berdalih bahwa percepatan MEF tersebut sangat tergantung dari perekonomian negara dan komitmen yang besar dari pemerintah, DPR, dan seluruh rakyat Indonesia. Gayung bersambut, kata terjawab itulah pribahasa yang tepat saat menggambarkan pelantikan Presiden RI ketujuh, Joko Widodo 20 Oktober 2014 lalu yang dalam pidato pelantikannya menyebutkan, “Kita ingin menjadi bangsa yang bisa menyusun peradabannya sendiri yang menyumbangkan keluhuran pada peradaban global. Kita harus bejerja sekeras-kerasnya menjadi negara maritim. Samudera, selat, teluk, dan laut adalah masa depan kita, Kini saatnya kita mengembalikan semuanya, sehingga Jalasveva Jayamahe, di laut justru kita jaya sebagai semboyan nenek moyang kita dulu bisa semakin membahana kembali”.
Pernyataan Jokowi dalam pidato pelantikan itu telah membawa angin segar bagi pembangunan TNI AL kedepan. Akan tetapi variabel lain mengenai perekonomian negara yang berdampak pada besarnya penetapan anggaran pertahanan turut menjadi penentu dalam membangun pertahanan matra laut negara Poros Maritim Dunia.
Anggaran Pertahanan dan Diplomasi
Mencermati fluktuasinya perekonomian negara yang berdampak pada besarnya anggaran pertahanan turut mengundang spekulasi dari beberapa pengamat. Salah satunya pengamat pertahanan asal Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Jaleswari Pramodhawardani. Kepada Jurnal Maritim saat ditemui di Hotel Darmawangsa, wanita yang akrab disapa Mbak Dani ini memaparkan analisisnya dalam memasuki Renstra II.
“Pembangunan MEF pada renstra I sudah mencapai 38-40 persen sampai pencapaian 100 persen pada tahun 2024. Anggaran alutsista itu sebesar Rp 150 Triliyun dan angkatan laut mendapat sekitar Rp 60 Triliyunan. Tapi sekali lagi saya ingatkan bahwa angka itu tidak linier dan itu terus berubah-ubah,” ungkap Dani.
Memang pada kenyataannya dari anggaran yang ditetapkan itu tidak seluruhnya terealisasi, dengan pertimbangan kondisi ekonomi yang naik turun tentunya membuat lain tetulis lain terealisasi. Lebih lanjut Dani menegaskan dalam Renstra II nanti anggaran itu harus meningkat dari tahap sebelumnya dan akan terus meningkat lagi pada tahap berikutnya.
“Kalau kita bicara Security Export Import itu ada ketentuan tidak tertulis bahwa kita harus memenuhi 2 persen dari GDP untuk pertahanan. Jadi estimasi anggaran periode 2015-2019 kita baru menganggarkan 1,5 persen dari GDP dan 2 persen pada tahun 2024. 1,5 persen Itu artinya apa, kita harus mengalokasikan anggaran sebesar Rp 150 Triliyun untuk pertahanan. Itu saja tidak mudah, ketika ekonomi kita masih begini. Kita akan selalu dibenturkan dengan nasi versus amphibi dan kesejahteraan versus keamanan,” tandasnya.
Menurutnya, hal itu menjadi suatu pertaruhan yang tidak mulus mengingat problem kemanusiaan masih sangat banyak. Akan tetapi wanita kelahiran Surabaya 50 tahun silam ini mengingatkan pembangunan pertahanan menjadi sesuatu yang penting dan tidak bisa dihitung dengan uang serta komitemen pemerintahan Jokowi dalam mengatasi masalah itu.
“Seharusnya membangun kekuatan pertahanan itu sesuatu yang lain lagi, ini yang penting karena bagaimana kita merasa aman karena perasaan aman itu nggak bisa dikalkulasi dengan uang. Saya yakin pak Jokowi ingin membangun pertahanan yang kuat juga bervisi maritim. Dan dia meletakan dasar-dasar pembangunan itu. Kalau kita bicara pertahanan maritim bukan hanya dilihat dari angkatan laut saja, tetapi bagaimana konsep Tri Matra Terpadu yang berjalan secara bersamaan,” cetusnya.
Sementara itu, pengamat pertahanan asal Universitas Indonesia, Dr. Connie Rahakundini Bakrie menuturkan tidak selamanya anggaran pertahanan itu dihitung berdasarkan GDP tetapi bisa didasarkan pada Threat Based Planning atau pembangunan kekuatan yang didasarkan pada pendekatan prediksi ancaman yang dihadapi. Baru kemudian kekuatan pertahanan dibangun berdasarkan Capabilities Based Planning (CBP).
“Ini yang saya maksudkan tidak selamanya Anggaran Pertahanan itu harus dihitung dari ketersediaan dan kemampuan GDP tetapi bagaimana melihatnya dari urgency yang terjadi jika kita tidak menyediakan anggaran pertahanan yang memadai sesuai dengan perkembangan dan eskalasi ancaman atau risiko. Risiko disini adalah ancaman yang timbul karena kita sudah tau ada tetapi kita memilih diam atau tidak berbuat apa-apa,” pungkasnya.
Selain itu, wakil ketua ILUNI UI ini menambahkan dengan melihat perkembangan dan perubahan eskalasi ancaman dan resiko kemudian kita dapat menetapkan urgensi anggaran pertahanan yang diperlukan. “Itu kenapa sejak awal saya sampaikan pemikiran SBY akan ‘Thousand Friends Zero Enemy’ itu sangat tidak tepat untuk Indonesia yang secara geopolitik, geostrategi dan geoekonomi merupakan pusat maritim dunia dan memiliki 6 chokepoints strategic yang dilalui 90 persen perdagangan dunia. Kita menjadi negara yang careless pada posisi strategis dan kesempatan yang dimilikinya untuk menjadi negara ‘pemain’ dan bukan sebagai negara penonton semata,” ungkapnya.
Dengan melihat tingginya ancaman itu tentu membuat pembangunan teknologi terkait dengan precision-guided munitions (PGMs); intelligence gathering, surveillance and reconnaissance (ISR); dan command, control, communications, computing, and intelligence processing (C4I), semakin meningkat. Di mana awalnya semua akan kembali bermuara pada peningkatan anggaran pertahanan secara signifikan.
“Kenapa misalnya industri pertahanan kita selama 10 tahun ini tidak tumbuh cepat meski sudah difasilitasi dengan semua elemen? Ya, karena kita kemarin kemarin menjadi negeri dengan nol musuh dan karenanya TNI juga mengambil kebijakan nol growth untuk jumlah personilnya. Lalu, darimana industri pertahanan bisa berkembang jika demand-nya tidak ada atau statis?”, tanyanya.
Connie, juga menghimbau bila TNI AL belum mampu untuk melakukan itu maka peran Diplomasi menjadi sangat penting untuk mendukung upaya pertahanan berdasarkan tingkat ancaman. “TNI AL melaksanakan strategi partner dengan negara- negara tetangga. Dan kesinilah saya kira bentuk ASEAN NAVY akan mengarah dan anggaran pertahanan kita pasti harus mengikuti arah trend ini,” tuturnya.
Formulasi Anggaran Pertahanan
Senada dengan Connie, wakil Ketua Forum Kajian Pertahanan dan Maritim (FKPM), Laksda (Purn) Budiman Djoko Said memaparkan rincian penyusunan anggaran berdasarkan ancaman atau kebutuhan. “Anggaran merupakan konsekuensi dukungan suatu kegiatan dan manfaat, keuntungan, effektifitas atau kapabilitas, biasanya adalah kriteria guna membantu memilih suatu alternatif. Misalnya ada beberapa alternatif postur kekuatan militer nasional yang akan dibangun,” ucap Budiman. Dalam penetapan anggaran untuk postur kekuatan nasional termasuk kekuatan pertahanan lautnya, Budiman menggunakan konsep Capabilities Based Planning (CBP) yang kemudian dilanjutkan dengan Activity Based Cost (ABC).
“Jadi dalam penetapan anggaran, ditentukan dulu kegiatan atau kebutuhan apa yang akan dibangun kalau sudah baru anggarannya dicari. Selama ini yang terjadi sebaliknya, anggaran dulu ditetapkan baru kegiatannya mengikuti anggaran, kalau begitu ya kita seperti ini terus,” pungkasnya.
PK1,2,3,……n = K1/C1, K2/C2, K3/C3……Kn/Cn
Dimana,
PK = Postur kekuatan
K = Harga kapabilitas
C = Konsekuensi anggaran
Model ini bisa dikembangkan dengan berbagai alternatif skenario pelibatan/skenario pertahanan nasional dan estimasi (jumlah) area pelibatan, sehingga mendapatkan jumlah Gugus Tugas yang membentang mulai dari mimimum sampai maksimum, semakin minim semakin besar harga gagalnya ( 1 – Probabilita sukses) atau risikonya.
“Oleh karena itu biaya, ongkos, anggaran totalnya adalah konskuensi suatu pilihan atau kegiatan atau proyek yang akan dipilih, maka anggaran semestinya bukanlah suatu kendala dalam ruang keputusan. Problemanya adalah bagaimana membangun model dengan berbagai alternatif kapabilitas,” tambahnya.
Melihat pola pembangunan pertahanan nasional ke depan, mantan Danseskoal tahun 2000 ini mengingatkan pemerintah dan DPR untuk dapat mengembangkan skenario yang tidak habis untuk gaji rutin prajurit.
“Jadi yang sangat diperlukan dalam pembangunan kekuatan militer nasional yang beorientasi kepada operasi gabungan paling effisien adalah skenario gabungan yang bisa saja muncul mulai dari arsitektur yang sangat memungkinkan sampai dengan kurang memungkinkan. Namun, setidak-tidaknya pengambil keputusan (Pemerintah dan DPR-red) dan analis biaya bisa melihat dengan jelas biaya rill untuk perbaikan struktur mendatang,” tutupnya.
Koarmabar TNI AL Tangkap 2 Kapal Nelayan Asing di Laut Natuna
KRI Sutedi Senaputra-378
Komando Armada Barat (Koramabar) TNI AL menangkap dua kapal nelayan asing di wilayah laut Natuna Provinsi Kepri. Kedua kapal asing tesebut berbendara Malaysia dan Thailand.
Kepala Dinas Penerangan Armada Barat (Dispenarmabar) Letkol (Laut) Ariris Miftachurrahman mengatakan, kedua kapal asing tersebut ditangkap oleh KRI Sutedi Senaputra-378 dengan komandan Mayor Laut (P) Hendra Astawan.
Kedua kapal ditangkap Jumat (14/11) di perairan Natuna Kepri saat melakukan pencurian ikan. Letkol Ariris menjelaskan, KRI Sutedi Senaputra saat itu tengah melaksanakan Operasi Rakata Jaya di di sekitar perairan yang dikenal rawan pelanggaran di laut tersebut.
Tiba-tiba radar JRC kapal pada baringan 020 jarak 4 mil mendeteksi dua buah titik dan setelah berhasil didekati dalam jarak lebih kurang 1 mil.
"Kontak berhasil diidentifikasi secara visual dengan menggunakan teropong ternyata dua buah kapal nelayan asing yang tengah melakukan pencurian ikan. Mengetahui hal itu komandan KRI segera memerintahkan dua buah kapal tersebut berhenti beraktifitas dan segera merapat di lambung KRI Sutedi Senaputra-378," kata Letkol Ariris kepada detikcom, Sabtu (15/11/2014).
Setelah dilaksanakan prosedur pemeriksaan dan penggeledahan, lanjut Letkol Ariris, diketahui kedua kapal tersebut berbendera Malaysia dan Thailand. Kapal pertama berbendera Malaysia bernama MV KNF 7424 dengan anak buah kapal berjumlah 9 orang.
"Mereka terdiri dari 6 orang warga Thailand dan 3 orang warga negara Myanmar," kata Letkol Ariris.
Sementara kapal kedua berbendera Thailand dengan nama MV Kour Son 77. Jumlah Anak Buah Kapal (ABK) berjumlah 6 orang terdiri dari 2 orang warga negara Thailand, 3 warga negara Myanmar dan1 orang warga negara Laos.
"Selanjutnya kedua kapal dikawal menuju Pangkalan Angkatan Laut (Lanal) Tarempa guna proses pemeriksaan lebih lanjut," tutup Letkol Ariris.
Komando Armada Barat (Koramabar) TNI AL menangkap dua kapal nelayan asing di wilayah laut Natuna Provinsi Kepri. Kedua kapal asing tesebut berbendara Malaysia dan Thailand.
Kepala Dinas Penerangan Armada Barat (Dispenarmabar) Letkol (Laut) Ariris Miftachurrahman mengatakan, kedua kapal asing tersebut ditangkap oleh KRI Sutedi Senaputra-378 dengan komandan Mayor Laut (P) Hendra Astawan.
Kedua kapal ditangkap Jumat (14/11) di perairan Natuna Kepri saat melakukan pencurian ikan. Letkol Ariris menjelaskan, KRI Sutedi Senaputra saat itu tengah melaksanakan Operasi Rakata Jaya di di sekitar perairan yang dikenal rawan pelanggaran di laut tersebut.
Tiba-tiba radar JRC kapal pada baringan 020 jarak 4 mil mendeteksi dua buah titik dan setelah berhasil didekati dalam jarak lebih kurang 1 mil.
"Kontak berhasil diidentifikasi secara visual dengan menggunakan teropong ternyata dua buah kapal nelayan asing yang tengah melakukan pencurian ikan. Mengetahui hal itu komandan KRI segera memerintahkan dua buah kapal tersebut berhenti beraktifitas dan segera merapat di lambung KRI Sutedi Senaputra-378," kata Letkol Ariris kepada detikcom, Sabtu (15/11/2014).
Setelah dilaksanakan prosedur pemeriksaan dan penggeledahan, lanjut Letkol Ariris, diketahui kedua kapal tersebut berbendera Malaysia dan Thailand. Kapal pertama berbendera Malaysia bernama MV KNF 7424 dengan anak buah kapal berjumlah 9 orang.
"Mereka terdiri dari 6 orang warga Thailand dan 3 orang warga negara Myanmar," kata Letkol Ariris.
Sementara kapal kedua berbendera Thailand dengan nama MV Kour Son 77. Jumlah Anak Buah Kapal (ABK) berjumlah 6 orang terdiri dari 2 orang warga negara Thailand, 3 warga negara Myanmar dan1 orang warga negara Laos.
"Selanjutnya kedua kapal dikawal menuju Pangkalan Angkatan Laut (Lanal) Tarempa guna proses pemeriksaan lebih lanjut," tutup Letkol Ariris.
PT Dahana Siapkan Bom untuk Sukhoi
Memenuhi kebutuhan TNI Bom P-100 PT Dahana untuk Sukhoi (photo: ARC.web.id)
PT Dahana tengah memproduksi bom untuk melengkapi persenjataan pesawat tempur jenis Sukhoi milik Tentara Nasional Indonesia Angkatan Udara. “Untuk sementara, kami produksi 600 bom,” kata Menteri Pertahanan Ryamizard Ryacudu saat ditemui Tempo di pabrik bahan peledak di Cibogo, Subang, Jawa Barat, Jumat, 14 November 2014.
Menurut dia, bom sebanyak itu diproduksi hanya untuk memenuhi kebutuhan latihan. “Kalau buat persiapan perang, ya, kurang. Kecuali ditujukan untuk memenuhi kebutuhan dua skuadron Sukhoi buatan Rusia,” ujarnya. Bom buatan Dahana memang belum dipersiapkan untuk kepentingan ekspor. “Kepentingan dalam negeri dulu, baru ekspor.”
Direktur Utama PT Dahana Ferry Sampurno mengatakan bom produksi perusahan pelat merah itu kini sudah masuk tahap uji coba. “Tes sedang dilakukan TNI AU di Lumajang,” ujar Ferry.
Menurut dia, uji coba selanjutnya dilakukan pada 15 Desember 2014 di Madiun dan Makassar, langsung di pesawat Sukhoi. Massa satu unit bom buatan para putra bangsa itu 40 kilogram TNT. “Daya ledak 400 gram bom ini bisa menghancurkan satu rumah tipe 45,” kata Ferry.
PT Dahana tengah memproduksi bom untuk melengkapi persenjataan pesawat tempur jenis Sukhoi milik Tentara Nasional Indonesia Angkatan Udara. “Untuk sementara, kami produksi 600 bom,” kata Menteri Pertahanan Ryamizard Ryacudu saat ditemui Tempo di pabrik bahan peledak di Cibogo, Subang, Jawa Barat, Jumat, 14 November 2014.
Menurut dia, bom sebanyak itu diproduksi hanya untuk memenuhi kebutuhan latihan. “Kalau buat persiapan perang, ya, kurang. Kecuali ditujukan untuk memenuhi kebutuhan dua skuadron Sukhoi buatan Rusia,” ujarnya. Bom buatan Dahana memang belum dipersiapkan untuk kepentingan ekspor. “Kepentingan dalam negeri dulu, baru ekspor.”
Direktur Utama PT Dahana Ferry Sampurno mengatakan bom produksi perusahan pelat merah itu kini sudah masuk tahap uji coba. “Tes sedang dilakukan TNI AU di Lumajang,” ujar Ferry.
Menurut dia, uji coba selanjutnya dilakukan pada 15 Desember 2014 di Madiun dan Makassar, langsung di pesawat Sukhoi. Massa satu unit bom buatan para putra bangsa itu 40 kilogram TNT. “Daya ledak 400 gram bom ini bisa menghancurkan satu rumah tipe 45,” kata Ferry.
★ Tempo
[World Article] KTT G20 dan Kapal Perang Rusia
KTT G20 di Brisbane diwarnai kehadiran empat kapal perang Rusia di perairan dekat Australia. Muncul dugaan adanya aksi spionase dan penyadapan telefon. Hal itu memicu sentimen negatif terhadap Presiden Vladimir Putin.
Kehadiran empat kapal perang Rusia di kawasan perairan internasional dekat Australia disoroti harian Australia melebihi KTT G20 yang digelar di Brisbane. Media-media di Australia terutama menulis tajuk dan artikel bernada mengkhawatirkan serangan spionase dan penyadapan percakapan telefon terhadap pimpinan G20 oleh Rusia.
Harian The Courrier Mail yang terbit di Brisbane. di halaman muka memajang artikel utama berjudul "Stop Kapal Perang". Sistem pertahanan anti mata-mata Australia sudah melontarkan sinyal peringatan adanya serangan spionase terhadap peserta KTT G20. Semua petinggi G20 juga diperingatkan akan adanya kemungkinan penyadapan percakapan telefon. "Mustahil akhir pekan ini tidak terjadi insiden spionase," ujar petugas dinas rahasia di Brisbane. Tuan rumah KTT, PM Tony Abbott, mengatakan, unjuk kekuatan Rusia tidak membuat heran menimbang situasi yang masih tegang. Semua akan tetap dipantau oleh Australia.
Harian The Australian yang juga terbit di Brisbane dalam tajuknya berkomentar: Pimpinan Kremlin Vladimir Putin jadi faktor risiko dalam KTT G20. Keberadaan kapal perang Rusia di dekat perairan Australia akan mengalihkan perhatian dari agenda utama dalam pertemuan puncak itu, yakni menyepakati pertumbuhan ekonomi global sebesar dua persen dalam lima tahun ke depan. Di bawah tekanan sanksi ekonomi, serta kritik tajam dari para peserta KTT G20, diyakini Putin tidak akan mendukung inisiatif pertumbuhan ekonomi yang diajukan tuan rumah. Jadi bagi PM Tony Abbott, jika KTT gagal mencapai kesepakatan, kambing hitamnya akan bernama Vladimir Putin.
Harian Australia Sydney Morning Herald yang terbit di Sydney menulis: kehadiran kapal perang Rusia di perairan internasional dekat Australia adalah bagian dari operasi mereka. Operasi ini tidak melanggar hukum. Tapi juga harus disadari, keberadaan kapal perang itu ada dalam jangkauan angkatan laut Australia yang terus memonitor kegiatannya. Semua aksi itu harus dimengerti sebagai isyarat dari Moskow, bahwa mereka memiliki kekuatan dan sekaligus mendemonstrasikan bahwa Rusia bisa melakukan operasi militer di seluruh dunia.
Harian online News.com au melaporkan: keberadaan kapal perang Rusia itu adalah untuk mengujicoba kapabilitas daya jangkaunya, khususnya dalam penelitian dampak perubahan iklim di kutub selatan. Tapi juga, jika diperlukan bisa menjamin keamanan bagi Presiden Vladimir Putin yang mengikuti KTT G20 di Brisbane, demikian penegasan kedutaan besar Rusia. Angkatan laut Australia sudah melakukan komunikasi standar dengan kapal perang Rusia, untuk mengecek gelombang radio, sinyal bendera dan semaphore dengan lampu. Ini merupakan langkah jaga-jaga, melacak kemungkinan aksi penyadapan. Sebab bagi pemerintah Australia, kehadiran empat kapal perang Rusia di perairan internasional dekat Australia untuk melakukan manuver itu, diinterpretasikan sebagai pamer kekuatan dan provokasi dari Presiden Vladimir Putin.as/yf(dpa,afp)
★ dw.de
Harian The Courrier Mail yang terbit di Brisbane. di halaman muka memajang artikel utama berjudul "Stop Kapal Perang". Sistem pertahanan anti mata-mata Australia sudah melontarkan sinyal peringatan adanya serangan spionase terhadap peserta KTT G20. Semua petinggi G20 juga diperingatkan akan adanya kemungkinan penyadapan percakapan telefon. "Mustahil akhir pekan ini tidak terjadi insiden spionase," ujar petugas dinas rahasia di Brisbane. Tuan rumah KTT, PM Tony Abbott, mengatakan, unjuk kekuatan Rusia tidak membuat heran menimbang situasi yang masih tegang. Semua akan tetap dipantau oleh Australia.
Harian The Australian yang juga terbit di Brisbane dalam tajuknya berkomentar: Pimpinan Kremlin Vladimir Putin jadi faktor risiko dalam KTT G20. Keberadaan kapal perang Rusia di dekat perairan Australia akan mengalihkan perhatian dari agenda utama dalam pertemuan puncak itu, yakni menyepakati pertumbuhan ekonomi global sebesar dua persen dalam lima tahun ke depan. Di bawah tekanan sanksi ekonomi, serta kritik tajam dari para peserta KTT G20, diyakini Putin tidak akan mendukung inisiatif pertumbuhan ekonomi yang diajukan tuan rumah. Jadi bagi PM Tony Abbott, jika KTT gagal mencapai kesepakatan, kambing hitamnya akan bernama Vladimir Putin.
Harian Australia Sydney Morning Herald yang terbit di Sydney menulis: kehadiran kapal perang Rusia di perairan internasional dekat Australia adalah bagian dari operasi mereka. Operasi ini tidak melanggar hukum. Tapi juga harus disadari, keberadaan kapal perang itu ada dalam jangkauan angkatan laut Australia yang terus memonitor kegiatannya. Semua aksi itu harus dimengerti sebagai isyarat dari Moskow, bahwa mereka memiliki kekuatan dan sekaligus mendemonstrasikan bahwa Rusia bisa melakukan operasi militer di seluruh dunia.
Harian online News.com au melaporkan: keberadaan kapal perang Rusia itu adalah untuk mengujicoba kapabilitas daya jangkaunya, khususnya dalam penelitian dampak perubahan iklim di kutub selatan. Tapi juga, jika diperlukan bisa menjamin keamanan bagi Presiden Vladimir Putin yang mengikuti KTT G20 di Brisbane, demikian penegasan kedutaan besar Rusia. Angkatan laut Australia sudah melakukan komunikasi standar dengan kapal perang Rusia, untuk mengecek gelombang radio, sinyal bendera dan semaphore dengan lampu. Ini merupakan langkah jaga-jaga, melacak kemungkinan aksi penyadapan. Sebab bagi pemerintah Australia, kehadiran empat kapal perang Rusia di perairan internasional dekat Australia untuk melakukan manuver itu, diinterpretasikan sebagai pamer kekuatan dan provokasi dari Presiden Vladimir Putin.as/yf(dpa,afp)
Lokasinya masih jauh Mike ... ko panik |
★ dw.de
Kunjungan Asrena Kasal Di Amerika Serikat
Asisten Kasal bidang Perencanaan dan Anggaran (Asrena Kasal) Laksda TNI Agung Pramono didampingi Komandan Kobangdikal, Waaslog Kasal, Kadisdikal, Kastaf Kormar, Komandan Puspenerbal dan Kasarmabar sejak tanggal 1 hingga 11 November 2014 lalu melaksanakan kunjungan ke berbagai instansi Angkatan Laut Amerika Serikat di Florida, Washington, DC dan Monterey, California.
Kunjungan dilaksanakan khususnya ke instansi Naval Air Station dan lembaga pendidikan militer, antara lain: Naval Air Station Jacksonville, Naval Air Station Orlando, Naval Air Station Pensacola, National Defence University dan Naval Postgraduate School di Monterey, California.
Tujuan kunjungan adalah dalam rangka meningkatkan hubungan kerjasama bilateral antara TNI AL dan US Navy di berbagai bidang khususnya pendidikan dan latihan. Dalam kunjungan tersebut, Laksda TNI Agung Pramono yang juga mantan Panglima Armada Timur mengatakan bahwa TNI AL akan terus meningkatkan jumlah perwira siswa TNI AL yang akan mengikuti pendidikan di Amerika Serikat.
Pihak US Navy menyambut baik rencana TNI AL yang akan terus meningkatkan jumlah perwira siswa yang akan mengikuti pendidikan di Amerika Serikat.
Dalam kunjungannya, Asrena dan rombongan diterima oleh masing-masing Komandan Naval Air Station antara lain: Komandan Naval Air Station Jacksonville, Captain Roy Undersander; Komandan Naval Air Station Orlando, Captain Erick ETZ; Komandan NETSAFA, Naval Air Station Pensacola, Captain Heady serta Komandan Naval Education and Training Center (NETC), RADM White.
Selama kunjungan di Florida dan Washington DC, Asrena Kasal dan rombongan juga didampingi oleh Atase Laut RI untuk Amerika Serikat, Kolonel Laut (E) Halili, S.H., dua orang staf dari ODC Kedutaan Besar Amerika Serikat di Jakarta dan staf dari National Defence University, Amerika Serikat.
Demikian berita Dinas Penerangan Angkatan Laut.
★ TNI AL
Kunjungan dilaksanakan khususnya ke instansi Naval Air Station dan lembaga pendidikan militer, antara lain: Naval Air Station Jacksonville, Naval Air Station Orlando, Naval Air Station Pensacola, National Defence University dan Naval Postgraduate School di Monterey, California.
Tujuan kunjungan adalah dalam rangka meningkatkan hubungan kerjasama bilateral antara TNI AL dan US Navy di berbagai bidang khususnya pendidikan dan latihan. Dalam kunjungan tersebut, Laksda TNI Agung Pramono yang juga mantan Panglima Armada Timur mengatakan bahwa TNI AL akan terus meningkatkan jumlah perwira siswa TNI AL yang akan mengikuti pendidikan di Amerika Serikat.
Pihak US Navy menyambut baik rencana TNI AL yang akan terus meningkatkan jumlah perwira siswa yang akan mengikuti pendidikan di Amerika Serikat.
Dalam kunjungannya, Asrena dan rombongan diterima oleh masing-masing Komandan Naval Air Station antara lain: Komandan Naval Air Station Jacksonville, Captain Roy Undersander; Komandan Naval Air Station Orlando, Captain Erick ETZ; Komandan NETSAFA, Naval Air Station Pensacola, Captain Heady serta Komandan Naval Education and Training Center (NETC), RADM White.
Selama kunjungan di Florida dan Washington DC, Asrena Kasal dan rombongan juga didampingi oleh Atase Laut RI untuk Amerika Serikat, Kolonel Laut (E) Halili, S.H., dua orang staf dari ODC Kedutaan Besar Amerika Serikat di Jakarta dan staf dari National Defence University, Amerika Serikat.
Demikian berita Dinas Penerangan Angkatan Laut.
★ TNI AL
Mengintip Pesaing sang Badak
Sebagai kendaraan tempur bersenjata kanon kaliber besar, Badak muncul di tengah persaingan keras kendaraan tempur sejenis, dan juga problem klasik menciutnya perekonomian yang berujung berkurangnya anggaran pertahanan.
Panser kanon di banyak Negara memang masih cukup diminati sebagai FSV (Fire Support Vehicle) alias kendaraan bantuan tembakan untuk infantri. Bedanya, panser kanon modern di Negara maju sudah meninggalkan kanon 90mm Low Pressure yang masih diandalkan oleh Badak. Berikut ARC ketengahkan satu panser kanon andalan Belgia, SIBMAS yang merupakan buah cinta anggota ARC yang baru saja masuk, Weka Ning Mahardhika yang sudah bertobat dari Formil Kaskus.
Keluarga kendaraan beroda (6X6) SIBMAS yang kebetulan memiliki penampilan fisik yang serupa dengan kendaraan tempur infantri (6X6) Ratel dari Afrika Selatan, merupakan hasil rancangan dari BN constructions Ferroviaires et Mettaliques di tahun 1975. Bentuknya khas, dengan kompartemen pengemudi menyerupai kokpit sehingga bidang pandangnya amat luas dan tak terhalang. Kabin penumpang mampu menahan impak hantaman peluru 7,62x51mm NATO, sama seperti Badak.
Prototipe pertama diselesaikan pada tahun 1976 dan kendaraan demo diselesaikan pada pertengahan 1979, yang mendapatkan perbaikan pada sistem penglihatan bagi pengemudi dan mesin yang lebih bertenaga MAN D-2566 berdaya 320hp. Dalam produksinya, SIBMAS banyak menggunakan komponen standar MAN yang antara lain mencakup mesin, transmisi dan suspensi. Pada tahun 1981, Malaysia memesan 196 SIBMAS yang dikirimkan antara tahun 1983 – 1985 dalam dua versi: 162 Amoured Fire Support Vehicle 90 (AFSV – 90) dengan kubah CM 90 dari CMI Defence, dimana kubah tersebut dioperasikan oleh 2 orang kru dan dilengkapi dengan meriam Cockerill 90 mm Mk III Low Pressure (sama dengan yang terpasang pada panser kanon Badak) serta sistem kendali penembakan OIP LRS-2; dan 24 ARV yang dilengkapi alat kerek dengan kapasitas tarik 20.000 Kg dan alat derek dengan kapasitas angkat 10.500 Kg. Alat kerek (crane) dapat digunakan untuk melakukan penggantian powerpack SIBMAS hanya dalam waktu 30 menit, tanpa perlu ditarik pulang ke depot.
Pada pertengahan 1980, pabrik kubah dan meriam CMI mengambil alih BN constructions Ferroviaires et Mettaliques. Saat ini perusahaan tersebut tidak lagi memasarkan keluarga (6X6) SIBMAS dan memfokuskan pada pengembangan, produksi dan penjualan kubah kendaraan tempur lapis baja.Fitur Posisi pengemudi SIBMAS ada di bagian paling depan kendaraan dengan sebuah pintu palka yang membuka ke arah kanan pengemudi, tepat di atasnya. Pada sisi depan dan sisi samping kiri dan kanan pengemudi terdapat kaca anti peluru yang memberikan daya pandang yang baik setiap saat. Apabila diperlukan, terdapat pelat baja yang dikaitkan di bagian bawah untuk menutup kaca anti peluru tersebut.
Kompartemen penumpang terletak di belakang kubah dan mesin dengan enam prajurit duduk saling membelakangi di bagian tengah dan tiga lainnya di lorong di antara kompartemen penumpang dan pintu belakang. Sebuah palka kecil dan tiga buah palka besar ditempatkan di atas kompartemen penumpang, terdapat lubang penembakan dan bidang lihat di bagian ini yang memungkinkan prajurit menggunakan senjata mereka dari dalam kendaraan secara aman.
SIBMAS juga memiliki kemampuan amfibi, dimana penggerak utamanya ketika berada di dalam air adalah dengan menggunakan ban dengan kecepatan gerak maksimum 4 kpj. Untuk versi yang digunakan oleh Kor Armor Diraja Angkatan Darat Malaysia, menggunakan propeler yang memungkinkan SIBMAS bergerak hingga kecepatan 11 kpj di dalam air. SIBMAS LCTS 90 Menyambut perkembangan yang ada di dunia kemiliteran, CMI mengadakan pembaruan pada SIBMAS untuk membuatnya kompetitif di pasaran. Kubah CSE90LP dicopot, digantikan dengan kubah baru 90mm LCTS L48. Berbeda dengan meriam 90mm Mk III, kubah baru ini menggunakan meriam 90mm Medium Pressure yang merupakan turunan dari meriam Cockerill Mk8. Selain melontarkan proyektil biasa, meriam 90mm LCTS juga didesain mampu meluncurkan GLATGM (Gun Launched ATGM) Falarick yang dibuat berdasarkan kerja bareng dengan Ukraina.
CMI meyakini bahwa meriam 90mm LCTS mereka, dengan didukung teknik metalurgi modern dan pemilihan baja yang sangat baik kualitasnya di pabrik mereka, akan mampu menyamai performance meriam 105mm generasi awal. Meriam ini dilengkapi dengan muzzle brake dengan satu lubang untuk mendukung penembakan munisi APFSDS. Meriam 90mm ini dilapisi dengan thermal sleeve untuk mengurangi pemuaian sehingga laras tidak mudah bengkok setelah penembakan secara kontinyu. Sama seperti meriam Mk3, meriam Mk8 dapat digunakan untuk tembakan lintas lengkung yang mencapai jarak maksimal 8 km apabila ditembakkan dari elevasi 20o.
Berbeda dengan kubah CSE90LP yang masih harus diisikan secara manual, kubah LCTS 90 sudah menggunakan sistem autoloader, ini tentu meringankan pekerjaan komandan dan juru tembak yang bisa fokus mengejar sasaran. Seluruh peluru disimpan di bustle yang terpisahkan oleh firewall dari kompartemen awak. Amunisi diisikan pada bustle dari luar tank, dengan membuka pintu baja pada sisi belakang bustle. Satu sistem sabuk rantai akan membawa amunisi dari bustle ke arah kamar peluru.
Biarpun kanon 90mm Medium Pressure dapat dipercaya untuk menggasak tank-tank generasi 1960an, tak dipungkiri bahwa penggunanya tidak bisa memilih lawan di medan pertempuran, alias mungkin saja bertemu MBT mutakhir. Untuk menghadapi ancaman semacam ini, CMI dan pabrikan GKSTB Ukraina bekerjasama menciptakan rudal berpemandu laser Falarick (tongkat sakti dalam mitologi Irlandia). Teknologi yang digunakan sama seperti pada ATGM yang diluncurkan dari laras meriam macam 9M119M, yaitu sinar laser yang disorotkan dari kendaraan penembak ke arah sasaran, dan rudal tinggal mengikuti.
Rudal Falarick sendiri dibuat untuk dapat ditembakkan dari laras 90mm ataupun 105mm. Memiliki panjang 1 meter dan bobot 20kg, Falarick saat terbang distabilkan oleh sirip-sirip dan rudder alumunium yang terpasang di belakang (total 8 buah). Pada saat masuk di laras, sirip ini akan terlipat dan akan terbuka begitu keluar dari laras. Pada saat diujicoba, Falarick yang ditembakkan dari dari jarak 3,9 km dapat mengenai sasaran standar NATO dengan menempuh waktu selama 14 detik. Dengan hululedak HEAT ganda, Falarick dikatakan mampu menembus pelat baja RHA setebal 500mm, ini setara dengan ketebalan glacis T-72M1. Kelemahannya, sama seperti GLATGM era Soviet, kendaraan benar-benar harus dibuat dalam keadaan diam. Sedikit pergerakan akan mengakibatkan rudal berbelok atau malah kehilangan panduan laser.
Untuk kubah, LCTS90 menerapkan format yang sama seperti CSE90LP, komandan duduk di kiri dan penembak di kanan. Penembak memiliki kamera bidik dengan kamera termal terstabilisasi. Bedanya, di atas blok kamera bidik dipasang kotak pemandu laser untuk sistem rudal Falarick. Sementara untuk komandan disiapkan sistem kamera panoramik yang independen, sehingga komandan dapat bertindak sebagai pemburu. Sistem kendali penembakannya sudah mengadopsi komputer balistik dan sensor seperti tekanan udara, kecepatan angin, kelembapan, suhu udara, dan tentu saja laser rangefinder, kurang lebih sama seperti yang dipergunakan pada MBT modern. (Weka & Aryo)
★ ARC
Panser kanon di banyak Negara memang masih cukup diminati sebagai FSV (Fire Support Vehicle) alias kendaraan bantuan tembakan untuk infantri. Bedanya, panser kanon modern di Negara maju sudah meninggalkan kanon 90mm Low Pressure yang masih diandalkan oleh Badak. Berikut ARC ketengahkan satu panser kanon andalan Belgia, SIBMAS yang merupakan buah cinta anggota ARC yang baru saja masuk, Weka Ning Mahardhika yang sudah bertobat dari Formil Kaskus.
Keluarga kendaraan beroda (6X6) SIBMAS yang kebetulan memiliki penampilan fisik yang serupa dengan kendaraan tempur infantri (6X6) Ratel dari Afrika Selatan, merupakan hasil rancangan dari BN constructions Ferroviaires et Mettaliques di tahun 1975. Bentuknya khas, dengan kompartemen pengemudi menyerupai kokpit sehingga bidang pandangnya amat luas dan tak terhalang. Kabin penumpang mampu menahan impak hantaman peluru 7,62x51mm NATO, sama seperti Badak.
Prototipe pertama diselesaikan pada tahun 1976 dan kendaraan demo diselesaikan pada pertengahan 1979, yang mendapatkan perbaikan pada sistem penglihatan bagi pengemudi dan mesin yang lebih bertenaga MAN D-2566 berdaya 320hp. Dalam produksinya, SIBMAS banyak menggunakan komponen standar MAN yang antara lain mencakup mesin, transmisi dan suspensi. Pada tahun 1981, Malaysia memesan 196 SIBMAS yang dikirimkan antara tahun 1983 – 1985 dalam dua versi: 162 Amoured Fire Support Vehicle 90 (AFSV – 90) dengan kubah CM 90 dari CMI Defence, dimana kubah tersebut dioperasikan oleh 2 orang kru dan dilengkapi dengan meriam Cockerill 90 mm Mk III Low Pressure (sama dengan yang terpasang pada panser kanon Badak) serta sistem kendali penembakan OIP LRS-2; dan 24 ARV yang dilengkapi alat kerek dengan kapasitas tarik 20.000 Kg dan alat derek dengan kapasitas angkat 10.500 Kg. Alat kerek (crane) dapat digunakan untuk melakukan penggantian powerpack SIBMAS hanya dalam waktu 30 menit, tanpa perlu ditarik pulang ke depot.
Pada pertengahan 1980, pabrik kubah dan meriam CMI mengambil alih BN constructions Ferroviaires et Mettaliques. Saat ini perusahaan tersebut tidak lagi memasarkan keluarga (6X6) SIBMAS dan memfokuskan pada pengembangan, produksi dan penjualan kubah kendaraan tempur lapis baja.Fitur Posisi pengemudi SIBMAS ada di bagian paling depan kendaraan dengan sebuah pintu palka yang membuka ke arah kanan pengemudi, tepat di atasnya. Pada sisi depan dan sisi samping kiri dan kanan pengemudi terdapat kaca anti peluru yang memberikan daya pandang yang baik setiap saat. Apabila diperlukan, terdapat pelat baja yang dikaitkan di bagian bawah untuk menutup kaca anti peluru tersebut.
Kompartemen penumpang terletak di belakang kubah dan mesin dengan enam prajurit duduk saling membelakangi di bagian tengah dan tiga lainnya di lorong di antara kompartemen penumpang dan pintu belakang. Sebuah palka kecil dan tiga buah palka besar ditempatkan di atas kompartemen penumpang, terdapat lubang penembakan dan bidang lihat di bagian ini yang memungkinkan prajurit menggunakan senjata mereka dari dalam kendaraan secara aman.
SIBMAS juga memiliki kemampuan amfibi, dimana penggerak utamanya ketika berada di dalam air adalah dengan menggunakan ban dengan kecepatan gerak maksimum 4 kpj. Untuk versi yang digunakan oleh Kor Armor Diraja Angkatan Darat Malaysia, menggunakan propeler yang memungkinkan SIBMAS bergerak hingga kecepatan 11 kpj di dalam air. SIBMAS LCTS 90 Menyambut perkembangan yang ada di dunia kemiliteran, CMI mengadakan pembaruan pada SIBMAS untuk membuatnya kompetitif di pasaran. Kubah CSE90LP dicopot, digantikan dengan kubah baru 90mm LCTS L48. Berbeda dengan meriam 90mm Mk III, kubah baru ini menggunakan meriam 90mm Medium Pressure yang merupakan turunan dari meriam Cockerill Mk8. Selain melontarkan proyektil biasa, meriam 90mm LCTS juga didesain mampu meluncurkan GLATGM (Gun Launched ATGM) Falarick yang dibuat berdasarkan kerja bareng dengan Ukraina.
CMI meyakini bahwa meriam 90mm LCTS mereka, dengan didukung teknik metalurgi modern dan pemilihan baja yang sangat baik kualitasnya di pabrik mereka, akan mampu menyamai performance meriam 105mm generasi awal. Meriam ini dilengkapi dengan muzzle brake dengan satu lubang untuk mendukung penembakan munisi APFSDS. Meriam 90mm ini dilapisi dengan thermal sleeve untuk mengurangi pemuaian sehingga laras tidak mudah bengkok setelah penembakan secara kontinyu. Sama seperti meriam Mk3, meriam Mk8 dapat digunakan untuk tembakan lintas lengkung yang mencapai jarak maksimal 8 km apabila ditembakkan dari elevasi 20o.
Berbeda dengan kubah CSE90LP yang masih harus diisikan secara manual, kubah LCTS 90 sudah menggunakan sistem autoloader, ini tentu meringankan pekerjaan komandan dan juru tembak yang bisa fokus mengejar sasaran. Seluruh peluru disimpan di bustle yang terpisahkan oleh firewall dari kompartemen awak. Amunisi diisikan pada bustle dari luar tank, dengan membuka pintu baja pada sisi belakang bustle. Satu sistem sabuk rantai akan membawa amunisi dari bustle ke arah kamar peluru.
Biarpun kanon 90mm Medium Pressure dapat dipercaya untuk menggasak tank-tank generasi 1960an, tak dipungkiri bahwa penggunanya tidak bisa memilih lawan di medan pertempuran, alias mungkin saja bertemu MBT mutakhir. Untuk menghadapi ancaman semacam ini, CMI dan pabrikan GKSTB Ukraina bekerjasama menciptakan rudal berpemandu laser Falarick (tongkat sakti dalam mitologi Irlandia). Teknologi yang digunakan sama seperti pada ATGM yang diluncurkan dari laras meriam macam 9M119M, yaitu sinar laser yang disorotkan dari kendaraan penembak ke arah sasaran, dan rudal tinggal mengikuti.
Rudal Falarick sendiri dibuat untuk dapat ditembakkan dari laras 90mm ataupun 105mm. Memiliki panjang 1 meter dan bobot 20kg, Falarick saat terbang distabilkan oleh sirip-sirip dan rudder alumunium yang terpasang di belakang (total 8 buah). Pada saat masuk di laras, sirip ini akan terlipat dan akan terbuka begitu keluar dari laras. Pada saat diujicoba, Falarick yang ditembakkan dari dari jarak 3,9 km dapat mengenai sasaran standar NATO dengan menempuh waktu selama 14 detik. Dengan hululedak HEAT ganda, Falarick dikatakan mampu menembus pelat baja RHA setebal 500mm, ini setara dengan ketebalan glacis T-72M1. Kelemahannya, sama seperti GLATGM era Soviet, kendaraan benar-benar harus dibuat dalam keadaan diam. Sedikit pergerakan akan mengakibatkan rudal berbelok atau malah kehilangan panduan laser.
Untuk kubah, LCTS90 menerapkan format yang sama seperti CSE90LP, komandan duduk di kiri dan penembak di kanan. Penembak memiliki kamera bidik dengan kamera termal terstabilisasi. Bedanya, di atas blok kamera bidik dipasang kotak pemandu laser untuk sistem rudal Falarick. Sementara untuk komandan disiapkan sistem kamera panoramik yang independen, sehingga komandan dapat bertindak sebagai pemburu. Sistem kendali penembakannya sudah mengadopsi komputer balistik dan sensor seperti tekanan udara, kecepatan angin, kelembapan, suhu udara, dan tentu saja laser rangefinder, kurang lebih sama seperti yang dipergunakan pada MBT modern. (Weka & Aryo)
★ ARC
[World Article] Argentina Tuding Inggris Buat Provokasi di Malvinas
Kepulauan Malvinas atau Faklands menurut Inggris. (REUTERS)
Argentina menuduh Inggris telah melakukan latihan militer di dekat Kepulauan Malvinas, kejadian ini menimbulkan sebuah "provokasi baru" dalam sengketa panjang kedua negara di kawasan Atlantik Selatan.
"Argentina menentang tegas latihan angkatan laut dan militer Inggris, yang dilakukan di sekitar 350 kilometer wilayah timur," kata Menteri Luar Negeri Argentina Hector Marcos Timerman.
Ia telah menyatakan keberatan ini kepada Kedutaan Inggris.
Meskipun kepulauan tersebut telah dikuasai Inggris sejak 1833, Argentina juga mengklaim kepulauan tersebut sebagai miliknya.
Negara Amerika Latin itu berusaha mengambil kekuasaan atas pulau tersebut melalui pertempuran berdarah pada tahun 1982 yang sejak lama membuat hubungan buruk antara London dan Buenos Aires.
"Argentina mempelajari informasi bahwa kapal HMS Iron Duke ikut ambil bagian dalam latihan militer tersebut, termasuk menembakkan sebanyak 136 peluru, ini usaha provokasi baru oleh pemerintahan Inggris," katanya.
Latihan militer dipandang "demonstrasi percobaan senjata " yang dibuat oleh tentara Inggris sebagai bagian dari usaha pendudukan militer ilegal di pulau-pulau tersebut.
Pada tahun 1982, diktator Argentina Jenderal Leopoldo Galtieri menginvasi dan menduduki Kepulauan Falkland--sebutan Inggris, yang dikenal sebagai Malvinas dalam bahasa Spanyol. Dalam peperangan tersebut 649 tentara Argentina dan 244 tentara Inggris tewas.(ajg)
★ Harnas
Argentina menuduh Inggris telah melakukan latihan militer di dekat Kepulauan Malvinas, kejadian ini menimbulkan sebuah "provokasi baru" dalam sengketa panjang kedua negara di kawasan Atlantik Selatan.
"Argentina menentang tegas latihan angkatan laut dan militer Inggris, yang dilakukan di sekitar 350 kilometer wilayah timur," kata Menteri Luar Negeri Argentina Hector Marcos Timerman.
Ia telah menyatakan keberatan ini kepada Kedutaan Inggris.
Meskipun kepulauan tersebut telah dikuasai Inggris sejak 1833, Argentina juga mengklaim kepulauan tersebut sebagai miliknya.
Negara Amerika Latin itu berusaha mengambil kekuasaan atas pulau tersebut melalui pertempuran berdarah pada tahun 1982 yang sejak lama membuat hubungan buruk antara London dan Buenos Aires.
"Argentina mempelajari informasi bahwa kapal HMS Iron Duke ikut ambil bagian dalam latihan militer tersebut, termasuk menembakkan sebanyak 136 peluru, ini usaha provokasi baru oleh pemerintahan Inggris," katanya.
Latihan militer dipandang "demonstrasi percobaan senjata " yang dibuat oleh tentara Inggris sebagai bagian dari usaha pendudukan militer ilegal di pulau-pulau tersebut.
Pada tahun 1982, diktator Argentina Jenderal Leopoldo Galtieri menginvasi dan menduduki Kepulauan Falkland--sebutan Inggris, yang dikenal sebagai Malvinas dalam bahasa Spanyol. Dalam peperangan tersebut 649 tentara Argentina dan 244 tentara Inggris tewas.(ajg)
★ Harnas
[World Article] Pesawat Rusia Dicegat Jet Tempur Belanda di Atas Laut Baltik
Sebuah jet temur AS, F-15, terbang dekat sebuah pesawat pembom Rusia
Dua jet tempur F-16 Belanda, yang merupakan bagian dari pasukan NATO yang berpatroli di langit negara-negara Baltik, mencegat sebuah pesawat angkut Rusia jenis Ilyushin yang terbang di dekat wilayah udara Estonia dan Lituania. Demikian kata pihak Belanda, Kamis (13/11/2014).
Setelah pencegatan, yang terjadi Rabu malam lalu itu, pesawat Ilyushin tersebut terbang ke arah kota Kaliningrad, Rusia, kata kementerian pertahanan Belanda dalam sebuah pernyataan. Kota Kaliningrad terjepit di antara Polandia dan Lituania, keduanya anggota NATO seperti dua negara Baltik lainnya, Estonia dan Latvia.
Kementerian tersebut mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa pesawat Ilyushin terbang di wilayah udara internasional, tetapi dicegat ketika mendekati wilayah udara kedua negara itu tanpa mengajukan rencana penerbangan terlebih dahulu. Dikatakan bahwa pesawat itu tidak masuk ke wilayah udara mereka sebagaimana telah dikatakan pernyataan kementerian itu sebelumnya.
Bulan lalu, NATO mengatakan bahwa pihaknya telah mencegat lebih dari 100 pesawat Rusia tahun ini. Jumlah itu mencapai tiga kali lebih banyak dari tahun 2013. Perkembangan tersebut terjadi di tengah ketengangan yang meningkat tajam antara Barat dan Moskwa terkait krisis Ukraina.
Aliansi militer Barat itu baru-baru ini melaporkan peningkatan aktivitas militer Rusia di langit di atas Laut Baltik. Norwegia menerbangkan sejumlah jet tempur F-16 untuk melacak empat pesawat pengebom Rusia bulan lalu.
Rusia juga meningkatkan penerbangan militernya di dekat pantai AS dalam beberapa bulan terakhir. Hal itu telah memicu peringatan keras Washington terhadap Moskwa untuk mematuhi hukum internasional.
Pada awal September, sejumlah pesawat pengebom strategis Rusia di dekat Kanada mempraktikkan serangan rudal jelajah ke Amerika Serikat, walau mereka berada di luar zona pertahanan udara Kanada. "Walau kami menyadari kebutuhan akan kegiatan latihan rutin militer, kami telah melihat peningkatan jumlah penerbangan semacam ini di dekat Amerika Utara dalam beberapa bulan terakhir," kata Juru Bicara Departemen Luar Negeri AS, Jen Psaki, kepada wartawan, Kamis.
Presiden Vladimir Putin telah berkomitmen untuk menghidupkan kembali angkatan bersenjata Rusia, yang sempat berantakan oleh masalah ekonomi yang diikuti runtuhnya Uni Soviet. Namun, dia menyangkal akan ada serangan terhadap NATO.
Anggota aliansi NATO pimpinan AS telah meningkatkan kewaspadaan sejak krisis meletus di Ukraina awal tahun ini.
Para menteri pertahanan Inggris, tiga negara Baltik, dan empat negara Nordik, yaitu anggota NATO, Norwegia dan Denmark, serta dua negara netral, Finlandia dan Swedia, setuju pada Kamis untuk meningkatkan kerja sama intelijen dan pelatihan angkatan udara demi menghadapi peningkatan aktivitas Moskwa di Eropa Utara.
Dua jet tempur F-16 Belanda, yang merupakan bagian dari pasukan NATO yang berpatroli di langit negara-negara Baltik, mencegat sebuah pesawat angkut Rusia jenis Ilyushin yang terbang di dekat wilayah udara Estonia dan Lituania. Demikian kata pihak Belanda, Kamis (13/11/2014).
Setelah pencegatan, yang terjadi Rabu malam lalu itu, pesawat Ilyushin tersebut terbang ke arah kota Kaliningrad, Rusia, kata kementerian pertahanan Belanda dalam sebuah pernyataan. Kota Kaliningrad terjepit di antara Polandia dan Lituania, keduanya anggota NATO seperti dua negara Baltik lainnya, Estonia dan Latvia.
Kementerian tersebut mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa pesawat Ilyushin terbang di wilayah udara internasional, tetapi dicegat ketika mendekati wilayah udara kedua negara itu tanpa mengajukan rencana penerbangan terlebih dahulu. Dikatakan bahwa pesawat itu tidak masuk ke wilayah udara mereka sebagaimana telah dikatakan pernyataan kementerian itu sebelumnya.
Bulan lalu, NATO mengatakan bahwa pihaknya telah mencegat lebih dari 100 pesawat Rusia tahun ini. Jumlah itu mencapai tiga kali lebih banyak dari tahun 2013. Perkembangan tersebut terjadi di tengah ketengangan yang meningkat tajam antara Barat dan Moskwa terkait krisis Ukraina.
Aliansi militer Barat itu baru-baru ini melaporkan peningkatan aktivitas militer Rusia di langit di atas Laut Baltik. Norwegia menerbangkan sejumlah jet tempur F-16 untuk melacak empat pesawat pengebom Rusia bulan lalu.
Rusia juga meningkatkan penerbangan militernya di dekat pantai AS dalam beberapa bulan terakhir. Hal itu telah memicu peringatan keras Washington terhadap Moskwa untuk mematuhi hukum internasional.
Pada awal September, sejumlah pesawat pengebom strategis Rusia di dekat Kanada mempraktikkan serangan rudal jelajah ke Amerika Serikat, walau mereka berada di luar zona pertahanan udara Kanada. "Walau kami menyadari kebutuhan akan kegiatan latihan rutin militer, kami telah melihat peningkatan jumlah penerbangan semacam ini di dekat Amerika Utara dalam beberapa bulan terakhir," kata Juru Bicara Departemen Luar Negeri AS, Jen Psaki, kepada wartawan, Kamis.
Presiden Vladimir Putin telah berkomitmen untuk menghidupkan kembali angkatan bersenjata Rusia, yang sempat berantakan oleh masalah ekonomi yang diikuti runtuhnya Uni Soviet. Namun, dia menyangkal akan ada serangan terhadap NATO.
Anggota aliansi NATO pimpinan AS telah meningkatkan kewaspadaan sejak krisis meletus di Ukraina awal tahun ini.
Para menteri pertahanan Inggris, tiga negara Baltik, dan empat negara Nordik, yaitu anggota NATO, Norwegia dan Denmark, serta dua negara netral, Finlandia dan Swedia, setuju pada Kamis untuk meningkatkan kerja sama intelijen dan pelatihan angkatan udara demi menghadapi peningkatan aktivitas Moskwa di Eropa Utara.
Jaga Wilayah Laut RI, TNI Tak Butuh Bantuan Navy Seal
Pemerintah AS sempat menawarkan bantuan untuk mengawasi pencurian ikan Tentara Nasional Indonesia (TNI) menegaskan tidak membutuhkan bantuan Angkatan Laut (Navy Seal) Amerika Serikat untuk pengawasan dan pengamanan laut Indonesia.
Hal ini menanggapi tawaran Pemerintah Amerika untuk menjaga wilayah laut RI dari aksi pencurian ikan ilegal atau illegal fishing.
"TNI tidak ada kerjasama dengan Navy Seal untuk pengamanan laut Indonesia. Wilayah laut RI kita sendiri yang amankan," kata Fuad dalam perbincangan dengan VIVAnews, Jumat 14 November 2014.
Menurut Fuad, hubungan TNI dengan angkatan laut negeri Paman Sam itu hanya sebatas kerjasama latihan dan pendidikan kemiliteran saja. Sedangkan untuk pengamanan kedaulatan NKRI, itu merupakan tanggung jawab TNI sepenuhnya, tidak bisa melibatkan pihak asing.
"Kita kerjasasama dengan mereka (navy seal) hanya latihan saja," jelasnya.
Sementara itu, untuk pengamanan wilayah perbatasan RI dengan negara tetangga, TNI bekerjasama dengan Singapura dan Malaysia. Menurut Fuad, kerjasama ini hanya sebatas mengamankan titik batas negara masing-masing.
Sebagaimana diketahui beberapa waktu lalu, Pemerintah Amerika Serikat melalui Duta Besarnya di Jakarta, Robert Blake, menyampaikan, bahwa pihaknya menawarkan bantuan kerjasama pengawasan laut kepada Pemerintah Indonesia.
Tawaran kerjasama itu untuk meminimalisir praktik illegal fishing di laut Indonesia dengan mengirimkan angkatan laut AS.
Dubes AS mengaku sudah bertemu Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti dan akan membicarakan masalah itu lebih lanjut.
Hal ini menanggapi tawaran Pemerintah Amerika untuk menjaga wilayah laut RI dari aksi pencurian ikan ilegal atau illegal fishing.
"TNI tidak ada kerjasama dengan Navy Seal untuk pengamanan laut Indonesia. Wilayah laut RI kita sendiri yang amankan," kata Fuad dalam perbincangan dengan VIVAnews, Jumat 14 November 2014.
Menurut Fuad, hubungan TNI dengan angkatan laut negeri Paman Sam itu hanya sebatas kerjasama latihan dan pendidikan kemiliteran saja. Sedangkan untuk pengamanan kedaulatan NKRI, itu merupakan tanggung jawab TNI sepenuhnya, tidak bisa melibatkan pihak asing.
"Kita kerjasasama dengan mereka (navy seal) hanya latihan saja," jelasnya.
Sementara itu, untuk pengamanan wilayah perbatasan RI dengan negara tetangga, TNI bekerjasama dengan Singapura dan Malaysia. Menurut Fuad, kerjasama ini hanya sebatas mengamankan titik batas negara masing-masing.
Sebagaimana diketahui beberapa waktu lalu, Pemerintah Amerika Serikat melalui Duta Besarnya di Jakarta, Robert Blake, menyampaikan, bahwa pihaknya menawarkan bantuan kerjasama pengawasan laut kepada Pemerintah Indonesia.
Tawaran kerjasama itu untuk meminimalisir praktik illegal fishing di laut Indonesia dengan mengirimkan angkatan laut AS.
Dubes AS mengaku sudah bertemu Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti dan akan membicarakan masalah itu lebih lanjut.
★ Vivanews
[World Article] PBB Selidiki Kejahatan Perang Gaza, Israel Tak Sudi Kerjasama
Pemerintah Israel secara resmi menolak untuk bekerja sama dengan Komite Penyelidik Dewan HAM PBB, terkait investigasi kejahatan perang di Gaza.
Alasannya, hasil penyelidikan itu diyakini akan menyalahkan Israel. Pemerintah Israel menolak masuk tim investigasi yang sudah tiba di Amman Yordania pada Rabu kemarin. Rencananya, tim itu akan melakukan perjalanan ke Gaza melalui Israel.
Juru bicara Kementerian Luar Negeri Israel, Emmannuel Nachshon, mengatakan keputusan untuk menolak bekerja sama karena tim investigasi akan bekerja secara sepihak.
”Permusuhan obsesif Dewan (HAM PBB) terhadap Israel, komite menerima mandat sepihak, serta Ketua Komite, William Schabas, telah menyatakan posisinya yang anti-Israel,” kata Nachshon merinci alasan Israel menolak kerjasama dalam penyelidikan perang di Jalur Gaza.
Perang antara Israel dan Hamas di Jalur Gaza yang dimulai sejak 8 Juli 2014 berlangsung selam 50 hari. Lebih dari 2 ribu rakyat Palestina di Jalur Gaza tewas. Sedangkan dari pihak Israel, tidak sampai 100 orang yang tewas.
“Investigasi itu hanya pura-pura. Beberapa penyelidikan (pura-pura) sedang dilakukan sebelum kesimpulan diterbitkan,” ujar Nachshon, seperti dikutip Russia Today, Kamis (13/11/2014).
”Sementara Hamas meluncurkan ribuan roket ke Israel, namun Dewan HAM PBB membuat keputusan yang menyatakan Israel bersalah,” lanjut dia.
Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, mengecam pembentukan komite itu sejak diumumkan. ”UNHRC memberikan legitimasi kepada organisasi-organisasi teror pembunuh seperti Hamas dan Daash (Negara Islam Irak dan Suriah),” ujar Netanyahu.(mas)
Israel Tolak Tim Investigasi PBB
Ilustrasi (Istimewa)
Kabar mengenai ditolaknya tim investigasi PBB yang akan melakukan penyelidikan kejahatan perang oleh Israel ternyata benar adanya. Media-media setempat melaporkan, tim PBB tidak diberikan izin untuk masuk ke Israel dan Gaza untuk melakukan penyelidikan.
Melansir Itar-tas, Kamis (13/11/2014), dalam laporannya, media setempat menyatakan tim investigasi PBB sejatinya sudah berada di ibukota Yordania, Amaan semenjak semalam, dan hanya tinggal menunggu izin dari pemerintah Israel untuk memasuki Gaza.
“Anggota komisi tiba di ibukota Yordania, Amman semalam dan kemudian mereka meminta izin pemerintah Israel untuk untuk masuk ke negara itu. Namun, pemerintah Israel segera menolak permintaan tersebut,” tulis media setempat.
Israel sendiri memang telah menolak bekerjasama dengan tim investigas PBB, Juru bicara Kementerian Luar Negeri Israel, Emmannuel Nachshon, mengatakan keputusan untuk menolak bekerja sama karena tim investigasi akan bekerja secara sepihak.
”Permusuhan obsesif Dewan (HAM PBB) terhadap Israel, komite menerima mandat sepihak, serta Ketua Komite, William Schabas, telah menyatakan posisinya yang anti-Israel,” kata Nachshon merinci alasan Israel menolak kerjasama dalam penyelidikan perang di Jalur Gaza.(esn)
Palestina Akan Bawa Kasus Al Aqsa ke Forum Internasional
Perdana Menteri Palestina, Rami Hamdallah (Reuters)
Terus terjadinya pelanggaran di komplek al-Aqsa oleh pihak Israel ternyata membuat gerah Palestina. Perdana Menteri Palestina, Rami Hamdallah menyatakan akan membawa kasus ini ke forum-forum. internasional.
“Palestina akan menghadiri semua forum internasional untuk membawa kasus ini, dengan harapan memberikan tekanan kepada Israel untuk mengakhiri serangan terhadap tempat-tempat suci,” ucap Hamdallah, mengacu pada masjid al-Aqsa.
Melansir Wafa, Kamis (13/11/2014), pernyataan tersebut disampaikan Hamdallah saat mengunjungi desa al-Mughayyir di Ramallah, dimana di desa tersebut terdapat sebuah masjid yang diduga dibakar oleh warga Israel yang tinggal di pemukiman Yahudi di Tepi Barat.
“Kami akan mendesak semua forum internasional agar meminta Israel untuk segera menghentikan pelanggaran yang melalukan terhadap tempat-tempat suci kami,” imbuhnya. Hamdallah juga menyatakan akan membawa isu perlindungan warga Palestina ke forum-forum tersebut.
Di kesempatan yang sama, Hamdallah juga berjanji akan membantu proses perbaikan masjid yang dibakar itu. Hamdallah mengatakan, pemerintah Palestina akan memberikan USD 200.000 dolar untuk proses rekonstruski masjid tersebut.(esn)
Sejarah PDL Loreng Brimob
Seragam Tentara AS hingga Merebut dari Belanda Korps Brigade Mobil (Brimob) Polri memakai lagi seragam loreng dengan 3 alasan, yakni historis alias sejarah, fungsi dalam medan operasi yang spesifik serta Kepolisian internasional menggunakan seragam serupa. Bagaimana sejarah PDL loreng di Brimob?
Mabes Polri telah menyusun 'Naskah Pengaturan Penggunaan Pakaian Dinas Lapangan di Lingkungan Korps Brimob' yang diterbitkan Tim Perumus dari Mabes Polri pada November 2013 lalu, sebagaimana dikutip dari situs http://www.tsc-jatim.com/. TSC alias Teratai Shooting Club adalah komunitas olahraga menembak di bawah binaan Brimob Polda Jatim.
Disebutkan dalam 'Naskah Pengaturan' itu disebutkan sejarah seragam motif loreng atau disebut 'Camouflage' itu, yang memang digunakan semua angkatan bersenjata di era Presiden Soekarno, bukan cuma Brimob Polri.
Ada yang menarik, seragam itu ternyata bersumber dari seragam pasukan Perang Dunia II AS, USMC M1942 alias Marinir AS, hibah dan pampasan perang dari tentara NICA Belanda hingga beli dari US Army atau AD AS. AD AS disebutkan tak jadi memakai seragam motif lorengnya saat bertempur di Eropa karena motif lorengnya mirip dengan seragam tentara NAZI.
Untuk pampasan perang, diceritakan para pejuang sampai bertempur dengan tangan kosong merebut seragam loreng itu. "Dari para sesepuh TNI maupun Polri yang sempat berlaga dalam merebut dan mempertahankan kemerdekaan Indonesia, beliau menyebutkan bahwa secara hand to hand combat merebut seragam loreng milik NICA untuk digunakan sebagai pakaian dinas lapangan sehari-hari," demikian dituliskan dalam 'Naskah Pengaturan' halaman 19.
Berikut kronologi sejarah pemakaian PDL loreng menurut 'Naskah Pengaturan':
5 Oktober 1954
Seragam loreng motif macan tutul pertama kali digunakan secara resmi oleh RPKAD (Resimen Pasukan Komando Angkatan Darat, sekarang Kopassus TNI AD-red). RPKAD memakainya dalam defile, dengan model one pieces alias atasan dan bawahan menyatu.
Pemakaian seragam oleh RPKAD tidak terlepas dari penyerahan semua aset perang dari Belanda pasca peristiwa pemberontakan PRRI dan Permesta.
"Pada masa itu campur tangan peranan Amerika Serikat sangat kentara, sehingga untuk menutup malu Amerika kala itu memberikan program ganti rugi yang digelar lewat USAID, semua satuan TNI dan Polri di kala itu di bawah kepemimpinan Soekarno, menggunakan loreng macan tutul," demikian seperti dituliskan.
Tahun 1961, Menjelang Operasi Mandala
Disebutkan bahwa satuan-satuan TNI-Polri mulai meninggalkan motif loreng 'macan tutul' dan menggantinya sesuai kekhasan masing-masing satuan, seperti RPKAD, KKO (Korps Komando Operasi, sekarang Marinir-red), PGT (Pasukan Gerak Cepat, sekarang Paskhas TNI AU-red) dan Menpor (Resimen Pelopor, cikal bakal Gegana-red).
Di tahun ini secara resmi Menpor menggunakan seragam loreng Pelopor yang secara terbuka diperlihatkan dalam latihan Rimba Laut di Pelabuhan Ratu Sukabumi.
"Pakaian dinas lapangan khas Korps Brimob kedua yang kemudian dikenal sebagai loreng Pelopor adalah asli milik pasukan Resimen Pelopor saat akan ditugaskan pada Operasi Mandala dalam kampanye Trikora," demikian disebutkan.
Tahun 1963-1968
Seragam loreng 'macan tutul' mulai memudar. Namun ada beberapa satuan yang memakainya, seperti yang dikenakan Mayjen Soeharto di Lubang Buaya pasca tragedi Gestapu.
Tahun 1969-1970
Penggunaan loreng motif garis mengalir khas Menpor mulai meredup karena Menpor dilikuidasi untuk restukturisasi internal Kepolisian. Pasca likudidasi, Menpor diperlakukan sebagai Brigade Mobil di bawah komando Mabes Polri. Seragam loreng khas Menpor juga diganti PDL warna hijau rimba khas Brimob.
Tahun 1974-1976
Menpor bertransformasi menjadi Gegana di tahun 1974. Pemakaian motif loreng khas Menpor semakin hilang dengan adanya kontroversi tragedi Minggu Palma oleh Batalyon Teratai tahun 1976 di Timor Timur.
Sebelum Oktober 1983
Ada 10 seragam loreng kesatuan/angkatan yang dipakai ABRI (sekarang TNI-Polri,red) yakni Kostrad (1 jenis), Marinir (2 jenis), Brimob (2 jenis), Kopasgat (2 jenis), Kodam Jaya (1 jenis), Kodam Kalbar (1 jenis), Kodam Irian Jaya (1 jenis), Loreng Kavaleri (2 jenis), Loreng Pomad Para (1 jenis) dan Loreng Kopassandha (1 jenis).
5 Oktober 1989 Saat HUT ABRI
Menhankam/Pangab yang dijabat Jenderal TNI LB Moerdani menghentikan pemakaian 10 seragam loreng dari berbagai kesatuan. Alasannya, menghemat biaya dan meningkatkan disiplin.
Sebagai ganti 10 seragam loreng kesatuan itu, hanya dipakai 1 motif saja, yakni, loreng DPM (Disruptive Pattern Material) Inggris.
Tahun 1996
Satu per satu personel Brimob mulai menjahit kembali PDL dengan mengambil motif Loreng Menpor, untuk kemudian oleh personel Brimob, diberikan nama generik sebagai "Loreng Pelopor".
5 Oktober 1998
Secara resmi penggunaan seragam motif Loreng Pelopor digunakan kembali secara terbuka oleh Korps Brimob Polri dari Batalyon B Resimen I Korps Brimob Polri, pimpinan AKB Gatot Mangkurat saat upacara peringatan hari ABRI yang digelar di Lanud TNI AU Halim Perdanakusumah.
November 2013
Mabes Polri mengeluarkan 'Naskah Pengaturan Penggunaan Pakaian Dinas Lapangan di Lingkungan Korps Brimob' yang merekomendasikan memakai kembali seragam loreng dengan 3 alasan yakni:
1. Berdasarkan pertimbangan historis merupakan bagian dari sejarah perjuangan Korps Brimob yang perlu dipertahankan.
2. Adanya kebutuhan penugasan khususnya medan operasi yang sangat spesifik menghadapi gangguan kamtibmas berkadar tinggi.
3. Kepatutan penggunaan seragam bermotif loreng, sebagaimana digunakan oleh beberapa lembaga penegak hukum dan Kepolisian secara internasional.
September 2014
Sedangkan merujuk dari situs brimobpoldakaltim.com, PDL loreng digunakan sesuai dengan surat Keputusan Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia nomor: Kep/748/IX/2014 tentang Penggunaan Pakaian Dinas Lapangan (PDL) Loreng bagi personel Korps Brimob Polri.
14 November 2014
Kapolri Jenderal Pol Sutarman meresmikan pemakaian seragam loreng untuk Brimob saat memperingati HUT ke-69 Brimob, di Mako Brimob Kelapa Dua, Depok, Jawa Barat, Jumat (14/11/2014) ini.
"Berdasarkan keputusan Kapolri, penggunaan pakaian dinas lapangan PDL bermotif loreng secara resmi digunakan kembali yang selama ini tak dilaksanakan," ujar Sutarman saat menyampaikan amanat Inspektur Upacara di Mako Brimob Kelapa Dua, Depok, Jawa Barat, Jumat (14/11/2014).
Mabes Polri telah menyusun 'Naskah Pengaturan Penggunaan Pakaian Dinas Lapangan di Lingkungan Korps Brimob' yang diterbitkan Tim Perumus dari Mabes Polri pada November 2013 lalu, sebagaimana dikutip dari situs http://www.tsc-jatim.com/. TSC alias Teratai Shooting Club adalah komunitas olahraga menembak di bawah binaan Brimob Polda Jatim.
Disebutkan dalam 'Naskah Pengaturan' itu disebutkan sejarah seragam motif loreng atau disebut 'Camouflage' itu, yang memang digunakan semua angkatan bersenjata di era Presiden Soekarno, bukan cuma Brimob Polri.
Ada yang menarik, seragam itu ternyata bersumber dari seragam pasukan Perang Dunia II AS, USMC M1942 alias Marinir AS, hibah dan pampasan perang dari tentara NICA Belanda hingga beli dari US Army atau AD AS. AD AS disebutkan tak jadi memakai seragam motif lorengnya saat bertempur di Eropa karena motif lorengnya mirip dengan seragam tentara NAZI.
Untuk pampasan perang, diceritakan para pejuang sampai bertempur dengan tangan kosong merebut seragam loreng itu. "Dari para sesepuh TNI maupun Polri yang sempat berlaga dalam merebut dan mempertahankan kemerdekaan Indonesia, beliau menyebutkan bahwa secara hand to hand combat merebut seragam loreng milik NICA untuk digunakan sebagai pakaian dinas lapangan sehari-hari," demikian dituliskan dalam 'Naskah Pengaturan' halaman 19.
Berikut kronologi sejarah pemakaian PDL loreng menurut 'Naskah Pengaturan':
5 Oktober 1954
Seragam loreng motif macan tutul pertama kali digunakan secara resmi oleh RPKAD (Resimen Pasukan Komando Angkatan Darat, sekarang Kopassus TNI AD-red). RPKAD memakainya dalam defile, dengan model one pieces alias atasan dan bawahan menyatu.
Pemakaian seragam oleh RPKAD tidak terlepas dari penyerahan semua aset perang dari Belanda pasca peristiwa pemberontakan PRRI dan Permesta.
"Pada masa itu campur tangan peranan Amerika Serikat sangat kentara, sehingga untuk menutup malu Amerika kala itu memberikan program ganti rugi yang digelar lewat USAID, semua satuan TNI dan Polri di kala itu di bawah kepemimpinan Soekarno, menggunakan loreng macan tutul," demikian seperti dituliskan.
Tahun 1961, Menjelang Operasi Mandala
Disebutkan bahwa satuan-satuan TNI-Polri mulai meninggalkan motif loreng 'macan tutul' dan menggantinya sesuai kekhasan masing-masing satuan, seperti RPKAD, KKO (Korps Komando Operasi, sekarang Marinir-red), PGT (Pasukan Gerak Cepat, sekarang Paskhas TNI AU-red) dan Menpor (Resimen Pelopor, cikal bakal Gegana-red).
Di tahun ini secara resmi Menpor menggunakan seragam loreng Pelopor yang secara terbuka diperlihatkan dalam latihan Rimba Laut di Pelabuhan Ratu Sukabumi.
"Pakaian dinas lapangan khas Korps Brimob kedua yang kemudian dikenal sebagai loreng Pelopor adalah asli milik pasukan Resimen Pelopor saat akan ditugaskan pada Operasi Mandala dalam kampanye Trikora," demikian disebutkan.
Tahun 1963-1968
Seragam loreng 'macan tutul' mulai memudar. Namun ada beberapa satuan yang memakainya, seperti yang dikenakan Mayjen Soeharto di Lubang Buaya pasca tragedi Gestapu.
Tahun 1969-1970
Penggunaan loreng motif garis mengalir khas Menpor mulai meredup karena Menpor dilikuidasi untuk restukturisasi internal Kepolisian. Pasca likudidasi, Menpor diperlakukan sebagai Brigade Mobil di bawah komando Mabes Polri. Seragam loreng khas Menpor juga diganti PDL warna hijau rimba khas Brimob.
Tahun 1974-1976
Menpor bertransformasi menjadi Gegana di tahun 1974. Pemakaian motif loreng khas Menpor semakin hilang dengan adanya kontroversi tragedi Minggu Palma oleh Batalyon Teratai tahun 1976 di Timor Timur.
Sebelum Oktober 1983
Ada 10 seragam loreng kesatuan/angkatan yang dipakai ABRI (sekarang TNI-Polri,red) yakni Kostrad (1 jenis), Marinir (2 jenis), Brimob (2 jenis), Kopasgat (2 jenis), Kodam Jaya (1 jenis), Kodam Kalbar (1 jenis), Kodam Irian Jaya (1 jenis), Loreng Kavaleri (2 jenis), Loreng Pomad Para (1 jenis) dan Loreng Kopassandha (1 jenis).
5 Oktober 1989 Saat HUT ABRI
Menhankam/Pangab yang dijabat Jenderal TNI LB Moerdani menghentikan pemakaian 10 seragam loreng dari berbagai kesatuan. Alasannya, menghemat biaya dan meningkatkan disiplin.
Sebagai ganti 10 seragam loreng kesatuan itu, hanya dipakai 1 motif saja, yakni, loreng DPM (Disruptive Pattern Material) Inggris.
Tahun 1996
Satu per satu personel Brimob mulai menjahit kembali PDL dengan mengambil motif Loreng Menpor, untuk kemudian oleh personel Brimob, diberikan nama generik sebagai "Loreng Pelopor".
5 Oktober 1998
Secara resmi penggunaan seragam motif Loreng Pelopor digunakan kembali secara terbuka oleh Korps Brimob Polri dari Batalyon B Resimen I Korps Brimob Polri, pimpinan AKB Gatot Mangkurat saat upacara peringatan hari ABRI yang digelar di Lanud TNI AU Halim Perdanakusumah.
November 2013
Mabes Polri mengeluarkan 'Naskah Pengaturan Penggunaan Pakaian Dinas Lapangan di Lingkungan Korps Brimob' yang merekomendasikan memakai kembali seragam loreng dengan 3 alasan yakni:
1. Berdasarkan pertimbangan historis merupakan bagian dari sejarah perjuangan Korps Brimob yang perlu dipertahankan.
2. Adanya kebutuhan penugasan khususnya medan operasi yang sangat spesifik menghadapi gangguan kamtibmas berkadar tinggi.
3. Kepatutan penggunaan seragam bermotif loreng, sebagaimana digunakan oleh beberapa lembaga penegak hukum dan Kepolisian secara internasional.
September 2014
Sedangkan merujuk dari situs brimobpoldakaltim.com, PDL loreng digunakan sesuai dengan surat Keputusan Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia nomor: Kep/748/IX/2014 tentang Penggunaan Pakaian Dinas Lapangan (PDL) Loreng bagi personel Korps Brimob Polri.
14 November 2014
Kapolri Jenderal Pol Sutarman meresmikan pemakaian seragam loreng untuk Brimob saat memperingati HUT ke-69 Brimob, di Mako Brimob Kelapa Dua, Depok, Jawa Barat, Jumat (14/11/2014) ini.
"Berdasarkan keputusan Kapolri, penggunaan pakaian dinas lapangan PDL bermotif loreng secara resmi digunakan kembali yang selama ini tak dilaksanakan," ujar Sutarman saat menyampaikan amanat Inspektur Upacara di Mako Brimob Kelapa Dua, Depok, Jawa Barat, Jumat (14/11/2014).
★ detik