Minggu, 11 Januari 2015

Belajar dari Kegagalan Serangan Pati Unus di Selat Malaka

http://jurnalmaritim.com/wp-content/uploads/2015/01/Jakatingkir-300x191.jpgILUSTRASI – Perang di Selat Malaka antara Demak dan Portugis (Gambar: www.catatansitusku.com)

Awal mula armada Portugis mengarungi Samudera Atlantik adalah berlayar menyusuri Sungai Tagus yang bermuara ke arah Samudera, kemudian dari Samudera Atlantik melewati Tanjung Harapan (Cape of Hope), Afrika dan melanjutkan pelayaran sampai ke Selat Malaka.

Dari Selat Malaka, armada tersebut melanjutkan penjelajahannya ke Kepulauan Maluku untuk mencari rempah-rempah yang saat itu sebagai komoditas yang setara dengan emas kala itu untuk dikirim ke Eropa. Motivasi Portugis memulai petualangan ke timur dapat diringkas dalam tiga kata bahasa Portugis, yaitu feitoria, fortaleza, dan igreja (gold, gospel, and glory).

Gubernur Portugis yang kedua Alfonso d’Albuquerque dari Estado da India merupakan arsitek utama pergerakan ekspansi Portugis ke Asia. Dia memimpin langsung ekspedisi ke Malaka yang berangkat dari Goa dengan membawa 15 kapal besar dan kecil serta 600 tentara. Tiba di Malaka pada awal Juli 1511, kemudian pada tanggal 10 Agustus 1511 Malaka dapat ditaklukannya.

Setelah menguasai Malaka, Portugis bergerak mencari jalan ke tempat asal rempah-rempah yaitu Kepulauan Maluku. Melalui strategi ini, Portugis berhasil menguasai perdagangan rempah-rempah dari Asia ke Eropa dan selama kurang lebih 15 tahun (1511-1526), Nusantara menjadi akses kemaritiman penting bagi Portugis. Di selat itu, Portugis menjadikannya sebagai rute maritim menuju Pulau Sumatera, Jawa, Banda, dan Maluku.

Praktis, kedatangan Portugis ke Selat Malaka yang kemudian memonopoli perdagangan dan menyebarkan agama Kristen menyebabkan kepentingan Kesultanan Demak terganggu. Maka dari itu, dalam waktu setahun Pati Unus segera mempersiapkan armada-armadanya untuk diberangkatkan ke Malaka. Adapun persiapan yang terpenting dalam melakukan perang, selain senjata adalah tenaga manusia, dukungan logistik, dan angkutan.

Penggalangan pun berhasil dilakukan. Palembang, Jepara, Cirebon, dan Johor bersedia membantu Pati Unus untuk menyerang Malaka. Puluhan telik sandi (intelijen) juga dikirim ke Malaka yang kemudian dapat memobilisir pedagang-pedagang Jawa di sana. Pasukan telik sandi itu diketuai oleh Utimuti Raja, yang sebelumnya memihak kepada Portugis pada saat menaklukan Malaka tahun 1511, sehingga Portugis memberikan kedudukan yang cukup baik kepadanya.

Ekspedisi Pati Unus ke Malaka pada tahun 1512 memiliki kekuatan 10.000 orang prajurit yang diangkut menggunakan 100 buah kapal berukuran dua ratus ton. Kapal yang digunakan untuk mengangkut perlengkapan dan prajurit terdiri dari beberapa jenis antara lain disebut jung, merupakan kapal layar yang berukuran beberapa ratus ton. Penggeraknya adalah layar yang dipasang pada tiga buah tiang, yang mempunyai bobot antara 400–800 ton. Jenis yang lain adalah lancaran, merupakan kapal layar atau dayung hampir sama halnya dengan jenis jung. Kemudian kapal Pangajava, merupakan kapal yang dibuat khusus untuk perang dan dapat dipersenjatai dengan meriam, tenaga penggeraknya adalah layar dan dayung.
Strategi Maritim Pati Unus http://jurnalmaritim.com/wp-content/uploads/2015/01/Jung-Nusantara-300x137.jpgReplika – Kapal Jung (Gambar: arsip pusjianmar)

Secara strategi, persiapan pasukan Pati Unus sudah teramat matang. Dalam serangan itu, sudah memiliki ends (tujuan), means (alat), dan ways (cara). Ketika ketiganya berkolaborasi, diadakanlah serangan besar-besaran ke Malaka. Ketika pasukan Pati Unus telah terlihat di Selat Malaka, maka tugas pasukan darat yang sebelumnya telah berada di sana sebagai telik sandi dan mampu memobilisir para pedagang serta penduduk asli yang simpati dengan Demak melakukan serangan dengan mengepung benteng A Famosa, pusat pertahanan Portugis.

Namun sial, seluruh strategi Pati Unus dapat diketahui dengan jelas oleh Portugis. Seorang Tome Pires, yang awalnya merupakan juru catat Alfonso d’Albuquerque menjelma menjadi intelijen yang tangguh dan menguasai seluruh data musuh. Atas pengintaiannya pula, Utimuti Raja sebagai pemimpin telik sandi Demak di Malaka tertangkap dan kemudian dihukum mati.

Kematiannya itu tidak diketahui oleh Pati Unus. Ketika strategi yang direncankan akan dijalankan, Pati Unus tidak mendapatkan bantuan dari pasukan telik sandi yang berada di Malaka. Maka dengan leluasa Portugis memukul mundur pasukan Pati Unus yang berjumlah besar. Bala bantuan dari Goa pun turut menggulung pasukan Pati Unus.

Akhirnya hanya bermodalkan rawe-rawe lantang malang-malang putung dengan minim data, Pati Unus tetap mengobarkan peperangan di Selat Malaka. Setelah mengetahui pasukannya kalang kabut, Pati Unus menarik mundur tentaranya ke Demak. Dari seratus kapal yang diberangkatkan, hanya kembali 20 kapal. Banyak pasukan Pati Unus yang tewas dan tertawan oleh Portugis, termasuk Sultan Palembang.

Pati Unus naik tahta pada tahun 1518, namun Pati unus tidak lama memerintah Demak, pada tahun 1521 telah tersebar berita tentang kematiannya. Kepahlawanan Pati Unus dalam memimpin armada perangnya untuk melawan tentara Portugis yang memiliki armada perang tangguh dan senjata modern merupakan hal yang sangat heroik, sehingga Pati Unus dikenal dengan sebutan Pangeran Sabrang Lor.
Kegagalan Intelijen Satu catatan penting akibat gagalnya Pati Unus menaklukan Portugis di Malaka, ialah kegagalan intelijen Demak yang mencari data tentang Portugis. Teori Sun Tzu menyebutkan “barangsiapa yang mengetahui lawannya, maka dialah pemenang perang”.

Teori tersebut sangat sesuai dengan kasus kegagalan Pati Unus di Malaka. Meskipun sebesar apapun armada dan logistik perang, namun ketika tidak menguasai data musuh maka sia-sia lah instrument itu.

Dari peristiwa itu, nama Tome Pires kemudian menjadi intelijen legendaris Portugis yang tersohor di Nusantara. Langgengnya kekuasaan Portugis di Nusantara karena perannya. Namun, sang intelijen ulung ini harus menemui ajalnya di negeri Tiongkok saat misi yang sama di Nusantara coba diterapkan di sana. Gerak-geriknya sebagai duta telah terdeteksi oleh tentara Tiongkok yang kemudian memenjarakannya di Kiangsu hingga akhir hayatnya.

Oleh karena itu teori intelijen untuk kepentingan nasional suatu bangsa sangat memegang peranan penting. Dalam konteks ini, maka pendekatan akan intelijen maritim sangat melekat atau saat ini yang lazimnya berada pada Angkatan Laut atau instansi-instansi lainnya.(Dari berbagai sumber)

  ♆ JMOL  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.