Rabu, 07 Januari 2015

Kiprah KRI Bung Tomo dalam Misi Pencarian AirAsia QZ8501

KRI Bung Tomo di Perairan Pangkalan Bun

M
elakukan kegiatan pencarian dan penyelamatan (SAR) terhadap pesawat AirAsia QZ8501 di zona V perairan Laut Jawa, KRI Bung Tomo-357 menjadi kapal yang pertama kali menemukan puing pesawat. Berlanjut kemudian, KRI Bung Tomo berhasil mengangkut 10 jenazah selama operasi SAR dari 29 Desember-5 Januari.

Berbagai kendala dihadapi kapal perang Indonesia yang baru diresmikan pada awal Desember 2014 itu. Salah satunya adalah kendala mengangkut jenazah korban AirAsia.

 Kondisi jenazah rusak 

Begitu tiba di zona V, KRI Bung Tomo langsung melakukan operasi. Sehari kemudian, mereka menemukan serpihan pesawat yang pertama mengambang di perairan yakni emergency exit door. Di sekitar lokasi juga terdapat pelampung dan serpihan lainnya. KRI Bung Tomo pun menemukan jenazah penumpang pesawat AirAsia di sekitar lokasi yang sama.

"Semua jenazah yang kami temukan itu mengambang di laut, sudah mengalami pembusukan dan bagian tubuh ada yang tidak lengkap lagi," kata Serka Raden, salah satu ABK KRI Bung Tomo yang turut dalam operasi SAR.

Seluruh jenazah yang ditemukan, ujar Raden, tidak memakai pelampung yang menandakan peristiwa jatuhnya AirAsia QZ8501 terjadi begitu cepat. Lima orang di antaranya bahkan ditemukan masih berada di kursi penumpang dengan sabuk pengaman yang masih terkunci. Kelimanya berada pada satu deret kursi yang sama yakni deret kursi 2 dan deret kursi 3.

 Ombak tinggi 

Saat jenazah ditemukan, hal lain yang harus dihadapi para ABK KRI Bung Tomo adalah mengangkut jenazah ke dalam kapal sekoci yang diturunkan. Satu kapal sekoci terdiri dari enam ABK.

Mereka harus menerjang gelombang ombak setinggi 3-5 meter dan angin kencang untuk menggapai korban.

"Rasanya seperti melayang pakai boat ke sana," kata Serda Arif yang juga bagian dari ABK KRI Bung Tomo.

Arif menceritakan saat kapal sekoci sudah berhasil mendekati korban, saat itu pula, ombak tinggi menerjang. Jenazah korban pun kembali menjauhi kapal. Alhasil, mereka harus mengaitkan tali di tubuh jenazah supaya bisa mendekati kapal sekoci dan tak terlepas.

 Bubuk kopi 

Setelah jenazah sudah bisa didapatkan, seluruh ABK KRI Bung Tomo langsung menaburi bubuk kopi ke masker yang mereka gunakan. Bubuk kopi yang sama juga ditaburkan ke beberapa bagian tubuh jenazah. Bekas-bekas bubuk kopi bahkan masih terlihat di bangku-bangku pesawat di mana jenazah ditemukan dalam posisi duduk dengan sabuk pengaman yang masih terkunci. Setelah bubuk kopi ditebar, jenazah kemudian dimasukkan ke dalam kantong jenazah.

"Bubuk kopi ini yang bisa kurangi bau dari jenazah karena sudah sangat membusuk," ucap Serda Arif.

Serka Raden menambahkan KRI Bung Tomo tak dilengkapi dengan fasilitas penyimpanan jenazah. Maka dari itu, para awak kapal pun sudah mempersiapkan diri dengan berkilo-kilo bubuk kopi sebelum kapal bertolak dari Pangkalan Armada Timur, Surabaya.

Jenazah yang berhasil ditemukan kemudian langsung dibawa ke KRI Banda Aceh untuk kemudian diangkut dengan menggunakan helikopter ke Pangkalan Bun, Kalimantan Tengah.

Segala upaya yang dilakukan petugas SAR termasuk para awak kapal KRI Bung Tomo telah membuat sejumlah keluarga bisa bernapas lega lantaran anggota keluarganya telah ditemukan. Selama delapan hari operasi SAR, KRI Bung Tomo telah berhasil menemukan 10 jenazah.

Pada 8 Januari lalu, KRI Bung Tomo resmi bersandar di Pangkalan Armada Timur, Tanjung Perak, Surabaya menuntaskan tugas kemanusiannya. Tugas KRI Bung Tomo kemudian dilanjutkan KRI Usman Harun.

  ★ Kompas  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.