Senin, 05 Januari 2015

☆ Perjumpaan dengan Sang Komandan

Kisah seorang pahlawan yang namanya tak ingin dikenang… BERTEMU KEMBALI. Pertemuan antara Kapten Odi dengan Kolonel Eddie pada 1997 setelah puluhan tahun tak berjumpa (foto:koleksi eddiesoekardi)

MARET 1946. Sukabumi baru saja ditelan senja ketika Kapten Odi Dasuki (salah satu komandan kompi dari Yon II yang ada dibawah Resimen III TRI Sukabumi pimpinan Letnan Kolonel Eddie Soekardi) mengatur posisi pasukannya pada sebuah dataran tinggi yang terletak di sisi kanan jalan raya Cipelang. Sementara itu di bukit seberang jalan, Mayor Harry Soekardi dan pasukannya sudah bersiap dalam posisi tempur. Suasana tegang semakin mencekam.

Beberapa menit kemudian, dari arah Bogor terdengar suara gemertak roda-roda tank Sherman. Semakin dekat suara gemuruh tersebut, semakin jelas pula terlihat ratusan serdadu Inggris dari Bataliyon Patiala (sebagian besar anggotanya berasal dari Suku Patiala di India) pimpinan Letnan Kolonel Bikram Dev Sing Gill bergerak perlahan-lahan. “Kekuatannya sekitar dua kompi,” kenang Kapten Odi.

Kapten Odi menarik nafas. Jantungnya berdegup kencang, saat tank Sherman pertama melewati talang air yang menjadi penghubung kedua bukit tersebut. Tiba-tiba terdengar suara tembakan pistol menyalak, tanda penghadangan dimulai.

“Tembaaaaaaaaaaaakkkkk!” teriak sang komandan bataliyon II Mayor Harry.

Teriakan Mayor Harry, disambung dengan rentetan senjata dari kiri dan kanan jalan. Seolah tak puas bertahan di bukit-bukit, sebagian kecil pasukan Kapten Madsachri dan Kapten Odi langsung menyerang iring-iringan konvoi pasukan Patiala. Beberapa di antara mereka bahkan ada yang terlibat perkelahian satu lawan satu dengan bayonet.

“Allahu Akbar!!!”

“Aduh, urang kena euy!” teriak seorang prajurit Yon II yang tubuhnya terkena tembakan.

Kapten Odi terus menembakan senjatanya. Lelaki bertubuh kecil itu merunduk ke tanah saat sebutir peluru melewati kepalanya. Seorang anak buahnya yang berada di samping kiri sekonyong-konyong melemparkan granat dan menghantam sebuah tank Sherman hingga terseok-seok dan terperosok masuk lubang jebakan. Seorang serdadu Patiala yang memakai ubel-ubel khas orang Sikh, keluar dari tank tersebut sambil berteriak-teriak panik. Nampak darah memenuhi baju khaki-nya.

“Hajar mereka! Hajar terussss!…” teriak Kapten Odi kepada anak buahnya.

Sopir-sopir truk pengangkut pasukan dari Yon Patiala menjadi sasaran empuk para penembak runduk Yon II. Saking paniknya, mereka lantas berpacu saling mendahului, akibatnya alih-alih selamat mereka justru harus saling bertabrakan. Sebuah truk meledak akibat melindas ranjau darat yang dipasang oleh anak buah Kapten Odi. Para penumpangnya terlontar ke udara dan sebagian jatuh ke jalan aspal dalam bentuk serpihan-serpihan daging.

“Merdeka! Allah Akbar!”

**
SUKABUMI 1997…

Seorang lelaki tua tengah membuat sebuah mainan anak-anak didepan gedung SD yang masuk dalam wilayah jalan raya Pelabuhan Ratu. Di sekelilingnya, para bocah berkumpul, memperhatikan dengan asyik keahlian lelaki sepuh bertubuh kecil itu membuat mainan dari kayu.

“Mang, itu bagian saya ya,” kata seorang bocah berpakaian Pramuka

“Iya, iya. Sabar ya, Jang,” jawab sang lelaki sambil membenarkan letak duduknya di sebuah jojodog (alas dari kayu berfungsi sebagai tempat duduk).

Selesai dengan satu mainan, lelaki itu melanjutkan dengan membuat mainan lain. Begitu seterusnya hingga kumpulan bocah itu raib dari hadapannya.

Hari menjelang siang, ketika sang lelaki tua membereskan peralatannya. Ia lantas menghitung pendapatan uang dari penjualan mainan. Tersenyum kecil dan mengucapkan rasa syukur dalam nada pelan. Ia pun beranjak pulang.

DUA HARI kemudian…

Letnan Kolonel Purnawirawan Eddie Soekardi menghela nafas panjang begitu memasuki sebuah rumah kecil sederhana berpagar bambu. Di depannya, Kapten Purnawirawan Madsachri (bekas salah satu anak buahnya yang terlibat dalam Pertempuran Cipelang) melangkah ke arah pintu.

“Assalamua’laikum!”

“Waa’laikumussalam…” sambut tuan rumah, yang tak lain adalah sang penjual mainan, sembari membuka pintu.

Begitu tahu siapa yang datang, sang lelaki tua langsung mengenalnya. Ia menyalami Kapten Madsachri dan menepuk-nepuk pundaknya dalam sikap gembira selaiknya seseorang bertemu kawan lama.

”Di, masih kenal bapak ini?” ujar Madsachri sambil menunjuk Eddie Soekardi.

Lelaki tua itu memicingkan kedua matanya. Ditatapnya wajah Eddie dalam-dalam sambil berpikir keras untuk mengingat. Namun sekeras apapun, ia tak jua bisa mengingat siapa lelaki sepuh yang berdiri di hadapannya. Ditatap demikian, Eddie tersenyum.

”Dulu kerja di mana?” tanya Eddie sambil memegang pundak lelaki tersebut

“Tentara, Pak..” jawabnya.

“Jabatan waktu di tentara?”

“Komandan kompi…”

“Siapa komandan kamu?”

“Mayor Harry Soekardi…”

”Kalau komandan resimennya?”

“Harry …Eh Eddie Soekardi…” kata lelaki itu agak gugup.

Sambil tersenyum dan membuka pici hitamnya. Eddie lantas berkata: ”Saya Eddie Soekardi, Di..”

Lelaki tua yang tak lain adalah Kapten Odi Dasuki itu tertegun sejenak. Tiba-tiba air mukanya berubah menjadi sendu. Spontan, lelaki tua itu menegapkan tubuhnya dan melakukan sikap hormat secara militer. Nampak ada butiran kristal bening membasahi wajah keriputnya. Eddie membalasnya dengan sikap yang sama.

Usai menghormat, sekonyong-konyong Kapten Purnawirawan Odi Dasuki memegang tangan Eddie, menciumnya lalu memeluk tubuh orang yang tak lain adalah komandannya pada saat era perjuangan dulu itu. Di dalam dekapan sang komandan, bekas petarung itu terisak-isak. “Apa kabar, Pak?” tanyanya dalam nada pelan.

BANDUNG, akhir April 2014…

Letnan Kolonel Purnawirawan Eddie Soekardi terbaring lemah di atas kasur berwarna putih. Lelaki kelahiran Sukabumi, 98 tahun lalu itu menghela nafas ketika usai mengisahkan pertemuan dengan bekas anak buahnya Kapten Odi Dasuki 17 tahun lalu itu kepada saya.

”Odi katanya sudah meninggal sekarang. Kasihan, ia hidup susah menjelang tuanya…” ujar Eddie.

Ya, Odi Dasuki, salah satu petarung Resminen III TRI Sukabumi sekarang sudah lama pergi. Saya ingat 12 tahun lalu, di depan gedung SD tempat dia berdagang mainan, saya pernah menjabat tangannya yang masih terasa kuat. Tak seorang pun di kampungnya mengenal Odi sebagai bekas pejuang. Bahkan anak laki-lakinya yang bungsu, tidak percaya sang ayah dulu pernah ikut menghajar serdadu-serdadu Inggris.

Seorang pahlawan sejati tentunya tak ingin namanya dikenang…

Tulisan ini dibuat untuk mengenang alamarhum Kapten Odi Dasuki dan almarhum Kolonel Eddie Soekardi dan para petarung republik saat berperang melawan Inggris di Sukabumi.

[Diposkan samuel tirta]

  Garuda Militer  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.