Rabu, 28 Januari 2015

[World] Simpatisan ISIS Serbu Hotel Bintang Lima di Libya

Kendaraan para petugas keamanan Tripoli memadati jalan di sekitar hotel mewah Corinthia, yang sering dijadikan tempat pertemuan pejabat tinggi Libya dan delegasi asing. (Reuters/Ismail Zitouny)

D
ua pria bersenjata menyerbu hotel mewah Corinthia di ibu kota Tripoli pada Selasa (27/1). Sedikitnya delapan orang tewas termasuk empat warga asing akibat serangan penembakan tersebut.

Pihak berwenang Libya menyatakan tak lama setelah meluncurkan penembakan, dua pria bersenjata tersebut kemudian meluncurkan serangan bom bunh diri.

Serangan ini terjadi ketika hotel mewah tersebut tengah dikunjungi oleh Perdana Menteri Tripoli, Omar al-Hassi, yang menerima sejumlah delegasi Amerika Serikat.

Suara tembakan pertama kali terdengar dari gedung keamanan dan lobi hotel. Pasukan keamanan segera mengevakuasi para pejabat dan delegasi AS.

"Para penyerang melepaskan tembakan di dalam hotel, menewaskan empat orang asing, dua pria dan dua wanita, yang diyakini berasal dari negara-negara Asia Timur," kata Omar Khadrawi, kepala keamanan Tripoli, kepada Reuters, Selasa (27/1).

"Ketika para penyerang berhasil dikepung oleh pasukan keamanan, salah satu dari mereka meledakkan granat, tapi kita tidak tahu apakah aksi itu disengaja," kata Khadrawi.

Khadrawi juga menyatakan Perdana Menteri Omar al-Hassi berhasil dievakuasi dari lantai 22 dari hotel tersebut tanpa cedera.

Selain empat warga asing, seorang petugas keamanan juga tewas dalam serangan penembakan. Sementara, tiga penjaga lainnya tewas ketika para penyerang meledakkan sebuah bom mobil di tempat parkir di luar hotel.

Para pejabat Tripoli menyatakan serangan ini dilakukan oleh loyalis mantan pemimpin Libya Muammar Gaddafi yang kerap berusaha membunuh perdana menteri mereka.

"Hasil penyelidikan sementara, para penyerang berusaha untuk membunuhnya," kata Khadrawi.

Namun, SITE Intelligence Group, yang memonitor organisasi radikal menyatakan sebuah kelompok militan yang bersimpati dengan ISIS mengaku bertanggung jawab atas serangan ini.

Mereka menyatakan serangan ini merupakan aksi balas dendam atas kematian Abu Anas al-Liby, tokoh al-Qaidah Libya yang dituduh membantu merencanakan serangan bom di kedutaan AS di Tanzania dan Kenya pada 1998 silam.

Liby ditangkap oleh pasukan khusus AS dari Tripoli dan dibawa ke AS pada tahun 2013. Bulan ini, Liby meninggal di sebuah rumah sakit di New York, menjelang sidangnya.

Serangan penembakan dan pengeboman ini merupakan salah satu serangan terburuk yang menargetkan warga asing sejak perang saudara yang menggulingkan Muammar Gaddafi berkecamuk pada 2011 silam.

Libya, yang berlokasi di Afrika utara, tengah menghadapi konflik antara dua faksi yang bersaing, yaitu satu faksi yang bersekutu dengan pemerintah dan diakui secara internasional, dan faksi lainnya menyebut diri sebagai pasukan Libya Dawn.

Kedua faksi mengklaim mereka adalah penyelamat Libya. Namun dalam kekacauan pasca-revolusi, sejumlah kelompok bersenjata, pemberontak dan militan Islam berebut kekuasaan atas beberapa wilayah negara ini.

Musim panas lalu, pasukan Libya Dawn berhasil mengambil alih ibukota Tripoli dan mendirikan pemerintahan sendiri.

Sejak pertempuran antar faksi meletus, sebagian besar kantor kedutaan besar asing di Libya ditutup dan menarik staf mereka dari Tripoli. Namun. beberapa diplomat, pengusaha dan delegasi perusahaan kerap terlihat mengunjungi ibukota Tripoli.
Warga AS, Perancis Tewas dalam Serangan di Hotel Mewah LibyaPetugas keamanan Tripoli membagikan foto pelaku serangan penembakan dan bom bunuh diri di hotel bintang lima Corinthia di Tripoli, Libya. (Reuters/Ismail Zitouny)

S
erangan penembakan yang disusul dengan bom bunuh diri di hotel mewah Corinthia di ibu kota Tripoli pada Selasa (27/1), menewaskan sediktnya delapan orang, termasuk satu orang warga negara Amerika Serikat dan satu warga Perancis.

Meskipun identitas warga AS yang tewas belum terungkap, warga AS tersebut berprofesi sebagai kontraktor keamanan yang bekerja untuk Crucible LLC, perusahaan keamanan yang berbasis di Virginia, AS.

Dilaporkan Reuters, pejabat perusahaan tersebut, Alan John, mengkonfirmasi kematian pegawainya, namun menolak membeberkan identitas korban atau memberikan keterangan lebih lanjut.

Tewasnya warga AS dalam serangan tersebut juga dikonfirmasi oleh Departemen Luar Negeri AS.

"Kami dapat mengkonfirmasi kematian seorang warga negara AS di Libya. Kami tidak memiliki keterangan tambahan untuk dinformasikan pada saat ini," kata seorang pejabat senior Departemen Luar Negeri yang tengah mendampingi Menteri Luar Negeri AS, John Kerry.

Juru bicara keamanan Tripoli, Essam Naas, menyatakan seorang warga Perancis diidentifikasi dari sebuah lencana yang dikenakannya. Menolak memberikan keterangan lebih lanjut, Naas menyatakan terdapat korban tewas lain dari negara Asia, tanpa menyebutkan secara spesifik negara apa yang dimaksud.

Dua pria bersenjata menyerbu hotel mewah Corinthia di ibu kota Tripoli pada Selasa (27/1). Sedikitnya delapan orang tewas termasuk empat warga asing akibat serangan penembakan tersebut.

Pihak berwenang Libya menyatakan tak lama setelah meluncurkan penembakan, dua pria bersenjata tersebut kemudian meluncurkan aksi bom bunuh diri.

Serangan ini terjadi ketika hotel mewah tersebut tengah dikunjungi oleh Perdana Menteri Tripoli, Omar al-Hassi, yang menerima sejumlah delegasi Amerika Serikat.

"Para penyerang melepaskan tembakan di dalam hotel, menewaskan empat orang asing, dua pria dan dua wanita, yang diyakini berasal dari negara-negara Asia Timur," kata Omar Khadrawi, kepala keamanan Tripoli, kepada Reuters, Selasa (27/1).

Khadrawi juga menyatakan Perdana Menteri Omar al-Hassi berhasil dievakuasi dari lantai 22 dari hotel tersebut tanpa cedera.

Selain empat warga asing, seorang petugas keamanan juga tewas dalam serangan penembakan. Sementara, tiga penjaga lainnya tewas ketika para penyerang meledakkan sebuah bom mobil di tempat parkir di luar hotel.

Para pejabat Tripoli menyatakan serangan ini dilakukan oleh loyalis mantan pemimpin Libya Muammar Gaddafi yang kerap berusaha membunuh perdana menteri mereka.

Namun, SITE Intelligence Group, yang memonitor organisasi radikal menyatakan sebuah kelompok militan yang bersimpati dengan ISIS mengaku bertanggung jawab atas serangan ini.(ama)

  CNN  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.