Kamis, 05 Februari 2015

[World] Kisah Mengerikan Sandera ISIS yang Berhasil Melarikan Diri

ISIS

Seorang wartawan Perancis yang pernah ditawan ISIS mengatakan bahwa kelompok itu hampir tak memedulikan agama dan bahkan tidak memiliki Al-Quran.

Didier Francois, menghabiskan sepuluh bulan menjadi tahanan ISIS di Suriah.

“Tidak pernah benar-benar ada diskusi tentang teks atau—itu bukan diskusi agama. Itu adalah diskusi tentang politik,” kata Francois kepada Christiane Amanpour dari CNN dalam sebuah wawancara eksklusif pada Selasa (3/2).

“Lebih memalukan lagi adalah mereka mengajari kita tentang Al-Quran. Karena tidak ada hubungannya dengan Quran. Mereka bahkan tidak memiliki Quran, mereka bahkan tidak ingin memberi kami Quran.”

Francois dibebaskan pada April tahun lalu, namun jarang berbicara tentang pengalaman dan penderitaannya selama disandera ISIS. Dia adalah kasus langka, karena ISIS jarang sekali membebaskan sandera mereka.

Saat ini, masih terdapat satu wanita asal Amerika Serikat yang disandera oleh kelompok militan itu, di antara sandera mereka yang lain. Hal ini diakui oleh Presiden AS Barack Obama dalam sebuah wawancara dengan NBC News akhir pekan lalu.

Francois mengatakan kepada Amanpour bahwa ia telah bertemu dengan wanita itu dua kali, namun enggan memberikan rincian lebih jauh karena takut makin membahayakan keselamatan si wanita.

Secara umum, kata dia, para sandera wanita “memiliki kebebasan sedikit lebih banyak untuk bergerak,” tetapi menjadi seorang sandera ISIS sudah “cukup menakutkan” dan “menjadi seorang wanita tidak membuatnya lebih mudah.”

 Tak dipukul setiap hari 

Francois melihat kengerian yang tak terbayangkan saat ditahan.

Ketika ISIS menahannya di sebuah rumah sakit di Aleppo, ia rutin mendengar dan melihat penyiksaan yang dilakukan para penculiknya terhadap seorang warga lokal dari Suriah dan Irak yang tidak menyetujui paham keras kelompok itu.

“Kami bisa melihat beberapa dari mereka di koridor ketika kami dibawa ke toilet,” katanya, “dan kami bisa melihat beberapa orang berbaring bersimbah darah mereka sendiri.”

“Anda bisa melihat rantai menggantung atau tali gantung, atau jeruji besi,” ujar Francois.

Francois juga memberikan gambaran bagaimana ia diperlakukan selam ditawan.

“Tentu saja kami dipukuli. Tapi tidak setiap hari. Maksud saya, itu cukup sulit—anda tidak perlu melebih-lebihkannya.”

“Sudah cukup sulit kehilangan kebebasan anda. Cukup sulit berada di tangan orang-orang yang anda tahu telah membunuh ratusan dan ribuan warga lokal di Suriah, Irak, Libya, Tunisia, dapat menanam bom di negara kita.”

“Itu cukup menakutkan. Pukulannya kuat, tapi tidak setiap hari. Ini terjadi kadang-kadang."

“Jika mereka ingin menghancurkan anda, mereka bisa. Tak satu pun dari kami akan mampu bertahan jika dipukul setiap hari dan disiksa setiap hari.”

 ‘Kami beruntung’ 

Francois dibebaskan sebelum ISIS menyapu bersih Irak, menguasai sejumlah besar wilayah di negara itu.

Melihat kondisi sekarang, menurutnya, ia percaya ia bersama tiga rekannya tidak akan dibebaskan jika mereka masih berada di tangan ISIS, “terutama dengan keterlibatan Perancis dalam koalisi dan pengeboman di Irak."

“Kami beruntung.”

Ketika ia pergi ke Suriah, katanya kepada Amanpour, penagkapan wartawan atau pekerja LSM tidak dilaporkan, sehingga sulit untuk mengetahui betapa berbahaya kondisi saat itu.

“Jadi kita tidak tahu tingkat resiko atau kita tidak menyadari tingkat risiko pada saat itu. Ditambah itu adalah waktu ketika orang-orang dari ISIS masih bersembunyi di dalam Jabhat al-Nusra dan beum melakukan kudeta di dalam al-Qaidah sendiri,” kata Francois.

Berbeda dengan Amerika Serikat dan Inggris, negara-negara Eropa diyakini membayar tebusan bagi sandera yang ditahan oleh kelompok teroris, termasuk ISIS.

Namun Perancis secara terbuka membantah membayar uang tebusan bagi pembebasan wartawan.

“Tidak pernah hanya masalah uang,” kata Francois, menyebut spekulasi di media tentang jumlah uang yang mungkin telah dibayar sebagai ”benar-benar konyol.”

 Bertahan diantara perpecahan 

Sebagai mantan tawanan, Francois memiliki perspektif yang luar biasa terkait apa yang terjadi dalam organisasi ISIS.

“Orang-orang Irak dan Suriah yang bergabung ISIS adalah mereka yang konservatif dan jauh lebih tradisional dari suku-suku.”

“Dan kadang-kadang tidak mudah bagi mereka untuk menyesuaikan diri dengan jihadis yang berasal dari negara lain, karena mereka tidak berbagi ide yang sama, mereka tidak berbagi perilaku yang sama, mereka tidak memiliki kode yang sama. Dan kadang-kadang itu benar-benar menegangkan.”

Tidak seperti al-Qaidah, yang ISIS adalah retakan, pemimpinnya Abu Bakr al-Baghdadi “selalu berusaha untuk menggunakan konflik lokal di organisasinya.”

“Dia selalu mencoba untuk mendorong suku Sunni, Badui, untuk melawan Syiah atau Yazidi, atau orang-orang Kristen. Dan mereka berusaha untuk memainkan komunitas yang saling berlawanan ini. Seperti itulah bagaimana dia bertahan. Seperti itulah bagaimana dia merekrut."

“Dia menggunakan, tentu saja, orang-orang muda yang datang dari Eropa atau datang dari seluruh tempat. Tapi itu hanya satu bagian dari organisasinya. Bagian terkuat dari organisasinya adalah suku, suku-suku Sunni lokal.”

Bertahan hidup, kata Francois, adalah dengan mencoba untuk berada “di antara mereka.”

 Disekap bersama James Foley 

Saat disekap, Francois bersama dengan James Foley, wartawan AS yang dieksekusi dengan brutal oleh ISIS, yang diikuti dengan menyebarkan video eksekusinya. Video ini adalah yang pertama dari rentetan video penuh kekejaman yang dirilis ISIS hingga video terbaru pada Selasa (3/2) yang menunjukkan pembakaran tawanan hidup-hidup yang diduga sebagai Muath al-Kassasbeh.

“James adalah seorang teman yang luar biasa,” kata Francois. “Dia tidak pernah menyerah. Ia memiliki hati yang luar biasa.”

“Dia selalu berusaha untuk mendapatkan sesuatu untuk orang lain.”

Ketika penjaga menanyakan para sandera jika mereka memerlukan sesuatu, mereka semua akan secara refleks menjawab tidak, tidak ingin mengganggu ketenangan.

Foley, sebaliknya, akan menyarankan mungkin mereka bisa memiliki beberapa sayuran untuk kesehatan pola makan mereka.

“Mereka (ISIS) tidak menyukai kenyataan bahwa ia tidak berubah. Dan itulah alasan mengapa ia mendapat lebih banyak pukulan. Karena dia tidak rusak. Dia masih berjuang, di jalannya sendiri. Dia masih berdebat."

Ketika Foley dibunuh dengan biadab, Jihadi John terlihat dalam propaganda Video ISIS meletakkan pisau ke leher wartawan itu.

Pemenggalan sebenarnya tidak ditampilkan pada kamera, yang mengarah ke spekulasi tentang apakah Jihadi John sebenarnya berada di balik pembunuhan itu.

Francois mengatakan kepada Amanpour ia percaya memang Jihad John yang melakukan pembunuhan itu.(stu)

  CNN  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.