Rabu, 04 Februari 2015

[World] Ukraina Dikhawatirkan Jadi Medan Perang Besar AS dan Rusia

Amerika Beri Sinyal Pasok Senjata ke UkrainaIlustrasi Ukraina

Amerika Serikat (AS) memberikan sinyal untuk memasok senjata kepada pasukan Ukraina. Demikian laporan New York Times, Minggu.

Komandan militer NATO, Jenderal Philip M. Breedlove, sekarang mendukung penyediaan senjata dan peralatan pertahanan untuk pasukan Ukraina di Kiev. Para pejabat pemerintah negara-negara anggota NATO juga memberi sinyal persetujuan.

”Presiden Obama tidak membuat keputusan untuk memasok bantuan mematikan tersebut. Tapi setelah serangkaian kejadian yang membuat pasukan Ukraina menderita dalam beberapa pekan terakhir, pemerintahan Obama mengambil keputusan baru terkait bantuan militer,” tulis media AS itu.

Menteri Luar Negeri AS, John Kerry, berencana untuk mengunjungi Kiev pada hari Kamis nanti. ”Terbuka kemungkinan untuk diskusi tentang penyaluran bantuan mematikan,” lanjut laporan New York Times, mengutip pernyataan para pejabat pertahanan AS yang dilansir sejumlah media Rusia, Senin (2/2/2015).

Chuck Hagel, Menteri Pertahanan AS yang sudah mengajukan pengunduran diri juga mendukung pengiriman bantuan senjata AS untuk pasukan Ukraina.

Wacana AS untuk memasok senjata ke Ukraina itu sejatinya sudah lama muncul. Namun, rencana itu belum terlaksana setelah Rusia berkali-kali mengancam jika AS nekat memasok senjata ke Ukraina.(mas)
Jerman Tidak Akan Pasok Senjata ke Ukraina Kanselir Jerman, Angela Merkel tegaskan tak akan kirim senjata ke Ukraina. Foto Reuters

Pemerintah Jerman menegaskan tak mau mengikuti langkah sekutu mereka, Amerika Serikat (AS), yang akan memasok senjata kepada Ukraina. Menurut pemerintah Jerman, pengiriman senjata justru akan menambah buruk situasi di Ukraina.

"Kami tidak akan memasok senjata kepada Ukraina. Konflik di wilayah tersebut tidak bisa diselesaikan dengan menggunakan jalur kekerasan," ucap Kanselir Jerman, Angela Merkel dalam sebuah pernyataan, seperti dilansir Reuters, Senin (2/2/2015).

Sebelumnya, seperti diberitakan New York Times, AS mulai memberikan sinyal-sinyal akan memasok senjata kepada pemerintah Ukraina. AS beralasan, langkah ini sebagai bentuk dukungan terhadap pasukan Ukraina, yang saat ini sedang berperang melawan separatis.

”Presiden (Barack) Obama tidak membuat keputusan untuk memasok bantuan mematikan tersebut. Tapi setelah serangkaian kejadian yang membuat pasukan Ukraina menderita dalam beberapa pekan terakhir, pemerintahan Obama mengambil keputusan baru terkait bantuan militer,” tulis media AS itu.

Sementara itu, Rusia melalui Menteri Luar Negeri mereka, Sergei Lavrov mengecam keras tindakan pemerintah AS tersebut. Lavrov menyebut hal ini adalah bukti bahwa AS memang menginginkan perang di Ukraina.(esn)
Para ahli khawatir Ukraina jadi medan perang besar AS dan Rusia Para ahli khawatir Ukraina jadi medan perang besar AS dan Rusia. Foto Russia Today-EPA.

Situasi di Ukraina semakin memanas, setelah Amerika Serikat (AS) memberi sinyal untuk memasok senjata mematikan kepada Ukraina. Para ahli mengkhawatirkan Ukraina akan menjadi medan perang besar antara AS dan Rusia.

Kemarin, kelompok separatis juga mengobarkan perang besar dengan memobilisasi sekitar 10 ribu pasukan dalam tempo 10 hari. Ukraina terus menuding separatis di Ukraina timur yang semakin kuat didukung penuh Rusia.

Ukraina memberi contoh, senjata dan seragam besi yang dipakai separatis adalah milik Rusia. Tank-tank tempur yang dipakai separatis, menurut Ukraina juga berasal dari Rusia.

Presiden Ukraina, Petro Poroshenko, telah melobi parlemen AS agar Washington memasok peralatan militer ke Kiev. ”Seseorang tidak bisa memenangkan perang dengan selimut. Dan tidak bisa menjaga perdamaian dengan selimut,” kata Poroshenko.

Semalam muncul laporan yang dirilis delapan delapan mantan pejabat senior AS, bahwa sudah waktunya bagi Washington untuk menyediakan bantuan senilai US$ 3 miliar dalam bentuk peralatan militer kepada Ukraina.

”Ada risiko nyata sekarang bahwa kita akan berakhir dalam perang dengan Rusia,” kata Fiona Hill, pakar dari Brookings Center di Washington.

”Sejauh (Presiden Rusia) Vladimir Putin khawatir bahwa kita (AS) sudah dalam satu misi, perang ekonomi dan keuangan, dan jika kita mulai mengirim senjata (ke Ukraina) maka kita telah membuat pijakan,” lanjut Hill.

Nick de Larrinaga, editor editor IHS Jane’s Defence Weekly di London, mengatakan ada ada risiko yang membuat AS benar-benar berhadapan dengan Rusia di Ukraina.

”Konflik sedang digambarkan oleh Kremlin untuk berdiri ke arah Barat, dengan menganggap Kiev (Ukraina) adalah pion dari NATO,” kata Larrinaga, seperti dikutip news.com.au, Selasa (3/1/2015). ”Menyediakan bantuan mematikan akan memenuhi ramalan itu, dan bahkan bisa membuat posisi Rusia mengeras.”

Rusia belum merespons sinyal AS yang akan memasok senjata mematikan ke Ukraina. Tapi, jauh hari Moskow sudah memperingatkan Washington akan ada risiko besar jika Ukraina dipasok senjata mematikan.(mas)
Waswas Ukraina, Obama Usul Dana Perang AS Rp 645,5 TPemerintah Barack Obama usul tambahan dana perang AS hingga Rp645,5 triliun. Foto Reuters.

Pemerintah Barack Obama mengusulkan anggaran dasar perang Amerika Serikat (AS) US$ 534 miliar ditambah US$ 51 miliar atau sekitar Rp 645,5 triliun. Usulan itu muncul karena AS waswas dengan situasi di Timur Tengah dan Ukraina.

Pemerintah Obama mendesak Kongres untuk mengakhiri pemotongan dana militer AS. Menurut Pentagon, tambahan dana sebesar itu diperlukan untuk melaksanakan strategi keamanan nasional sesuai kebijakan Presiden Barack Obama.

“Anggaran merupakan tingkat sumber daya minimum yang diperlukan untuk tetap menjadi kekuatan pendukung komitmen global kami,” kata Kepala Staf Gabungan Militer AS, Jenderal Martin Dempsey, seperti dilansir Reuters, Selasa (3/2/2015).

Pentagon menyatakan, tambahan dana yang diusulkan itu termasuk dana untuk tambahan pesawat P-8, kapal selam pemburu dan pengembangan pesawat tempur jarak jauh untuk kawasan Asia-Pasifik.

Anggaran yang diusulkan itu juga anggaran US$ 5,3 juta untuk mendanai operasi terhadap kelompok Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) dan anggaran US$ 1,3 juta untuk melatih dan melengkapi peralatan pejuang oposisi Suriah.

Sedangkan untuk meyakinkan sekutu AS di Eropa yang khawatir atas konflik Rusia dan Ukraina, pemerintah Obama mengusulkan anggaran US$ 789 juta. Dana itu dibutuhkan untuk menyebar dan merotasi militer AS di Eropa dan melatih sekutu AS di Eropa.

”Peristiwa geopolitik tahun lalu hanya memperkuat kebutuhan untuk sumber daya DoD (Department of Defense/ Departemen Pertahanan) pada tataran dana yang diminta presiden,” bunyi pernyataan Pentagon.(mas)
Penasihat Gedung Putih: Kirim Senjata Bukan Solusi UkrainaPenasihat Gedung Putih menyatakan mengirim senjata ke Ukraina bukan solusi. Foto Reuters.

Penasihat Keamanan Gedung Putih, Ben Rhodes, memperingatkan bahwa mengirim senjata mematikan ke Ukraina bukan solusi dari konflik yang dialami negara itu. Dia lebih setuju penjatuhan sanksi ke Rusia sebagai solusi damai.

Komentar penasihat Gedung Putih itu muncul setelah pemerintah AS memberikan sinyal untuk memasok senjata mematikan ke Ukraina setelah pasukan Kiev menderita selama perang dengan separatis dalam beberapa pekan terakhir.

“Kami tidak berpikir jawaban terhadap krisis di Ukraina dengan menyplai lebih banyak senjata,” katanya dalam wawancara dengan CNN. Sebaliknya, "cara terbaik" adalah penjatuhan sanks ke Rusia yang dianggap melakukan intervensi dengan mendukung separatis di Ukraina timur.

Sementara itu, pada saat yang sama, juru bicara Gedung Putih, Josh Earnest, mengatakan, Washington terus mencari opsi untuk mengimbangi kekuatan Rusia yang muncul dalam krisis Ukraina.

”Pandangan presiden bahwa pemerintah sedang menilai strategi apa yang seharusnya dipakai,” ujar Earnest, seperti dikutip Reuters, Selasa (3/2/2015).

Sebelumnya, The New York Times mengutip pejabat militer AS, melaporkan bahwa pemerintahan Obama mempertimbangkan atau memberi sinyal untuk memasok senjata ke pasukan Ukraina.(mas)

  Sindonews  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.