Kamis, 26 Maret 2015

Antara Memilih Dan Dijodohkan

Pesawat TNI AU

Jauh-jauh hari tentara langit kita sudah menetapkan pilihannya pada “seorang kekasih” yang bernama Sukhoi SU35, bahkan panglima tentara juga sudah memberikan jalan terhadap pilihan yang seksi itu. Tetapi itu bukan berarti jalannya “pernikahan” akan berlangsung mulus karena ternyata banyak gadis-gadis manis yang menawarkan diri dengan segala kemolekan dan keindahan serta kecanggihan yang dimiliki. Gripen sudah mempertontonkan kebolehannya di kota Linkoping Swedia di hadapan wartawan Indonesia minggu kedua Maret 2015. Dan saat ini Rafale sedang unjuk kebolehan di Halim AFB dan Iswahyudi AFB dihadapan petinggi TNI dan Kemhan.

Sementara F16 Viper diam-diam melakukan pendekatan kepada pengambil kebijakan Kemhan. Ini lobby yang didukung dengan kekuatan “mendehem” dan gaya wibawa uwak Sam, tipikal negara adidaya yang tentu menginginkan produknya dibeli. Nilai plusnya kita sudah berpengalaman mengoperasikan F16 selama puluhan tahun, dan kesediaan Uwak Sam memberikan hibah berbayar 24 unit F16 blok52Id kepada Indonesia. Viper punya kekuatan bargaining yang harus diperhitungkan.

Angkatan Udara Indonesia sedang berupaya memperkuat taring kedaulatan kedirgantaraannya dengan menargetkan memiliki 11 skuadron tempur dalam program MEF jilid 2 yang sedang berlangsung saat ini. Saat ini kekuatan itu baru ada di bilangan 8 skuadron dimana 1 skuadron F5E Tiger akan memasuki pensiun. Pengganti yang digadang-gadang adalah jet tempur kelas berat Sukhoi SU35. Pilihan serius TNI AU ini adalah dalam rangka mobilitas daya jelajah serta daya gempur yang gahar sekalian untuk mengimbangi teknologi tempur udara yang dimiliki Australia dan Singapura.

Perkuatan TNI AU adalah bagian dari kurikulum baru tentara yang disebut dengan pre emptive strike dengan menjemput musuh di garis batas teritori, tidak lagi membiarkan musuh masuk baru digebuk. Kekuatan 11 skuadron itu adalah bagian dari penyesuaian manajemen pertempuran interoperability dengan Kogabwilhan sebagai komando utama. Indonesia sedang mempersiapkan 3 Kogabwilhan, 3 armada tempur laut, 3 divisi Kostrad, 3 divisi Marinir dan 3 komando operasi angkatan udara. Serba tiga neh karena memang based on pembagian wilayah RI, mirip-mirip pembagian tiga wilayah waktu. Jadi 11 skuadron yang ditargetkan itu dianggap memadai dengan menempatkan 3-4 skuadron tempur di masing-masing wilayah pertahanan.

Sebenarnya jika mengacu kepada kebutuhan skuadron tempur itu maka selayaknya pergantian jet tempur F5E disesuaikan dengan keinginan TNI AU untuk memilih pilihan hatinya yaitu Sukhoi SU35. Sementara penambahan 3 skuadron baru itu biarlah Kemhan selaku “Ortu” TNI memilihkan alias menjodohkannya dengan jet tempur lain seperti Gripen, Typhoon, Rafale dan F16 blok 60. Artinya untuk 3 skuadron baru itu biarlah keempat jenis jet tempur ini bersaing untuk menjadi bagian dari skuadron anyar TNI AU. Sehingga gambaran isian skuadron itu kira-kira begini :

✈️ 1 Skuadron Sukhoi SU27/30
✈️ 1 Skuadron Sukhoi SU35
✈️ 2 Skuadron F16 blok 52Id
✈️ 1 Skuadron F16 blok 60/ Gripen Saab/ Rafale/ Typhoon
✈️ 1 Skuadron F16 blok 60/ Gripen Saab/ Rafale/ Typhoon
✈️ 1 Skuadron F16 blok 60/ Gripen Saab/ Rafale/ Typhoon
✈️ 2 Skuadron Hawk 100/200
✈️ 1 Skuadron T50
✈️ 1 Skuadron Super Tucano

Pertanyaannnya tentu darimana duitnya ya. Jika melihat pertumbuhan anggaran pertahanan yang naik secara signifikan dari tahun ke tahun bahkan pemerintahan eksisting saat ini punya prediksi kenaikan anggaran pertahanan sampai mencapai 200 trilyun pertahun mulai tahun 2017-2018 maka kita merasa optimis semua kebutuhan alutsista segala matra yang direncanakan secara multy years akan tercapai. Alutsista angkatan udara dan laut tentu harus mengedepankan teknologi terkini karena sesungguhnya kewibawaan pertahanan negara kepulauan seperti Indonesia ada di angkatan laut dan udara. Apalagi dengan visi sebagai poros maritim mau tak mau nilai kehandalannya terletak pada kekuatan armada tempur laut daan armada jet tempur.

Antara memilih dan dijodohkan semua baik demi untuk membangun nilai harkat dan kewibawaan teritori NKRI. Jadi jika TNI AU berkeinginan dengan jet tempur pilihannya, berikan saja. Diakan user, pasti tahu persis kehebatan pujaan hatinya Sukhoi SU35. Dan kemudian Kemhan bisa menjodohkan tambahan skuadron tempur baru TNI AU dengan memilih 3 diantara 4 calon pelamar itu, Typhoon, Rafale, Gripen dan Viper.

Dengan anggaran pertahanan yang besar kita meyakini bahwa kekuatan TNI AU akan menjadi kekuatan penggentar yang disegani. Membangun kekuatan pertahanan memang butuh dana besar. Dana alias duit yang dikucurkan itu bukanlah biaya habis pakai atau peborosan keuangan negara tetapi dia adalah bagian dari investasi jangka panjang untuk meninggikan nilai dan harga diri bangsa. Antara memilih sendiri dan dijodohkan untuk adalah sebuah metode untuk mendapatkan alutsista yang sesuai dengan kebutuhan terkini. Sukhoi memiliki daya gentar tinggi dan daya jelajah luar biasa sementara jet-jet tempur lain yang sedang mempromosikan diri juga bagus. Jadi kesimpulannya : dipilih, dipilih.
****
Jagarin Pane / 26 Maret 2015

  analisisalutsista  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.