Minggu, 01 Maret 2015

☆ Kisah Indonesian Sniper

Pertempuran Tatang Sniper dan 'Jimat' Foto Anak Istri yang Diikat di Kepala Tatang Koswara (detikcom)

Tatang Koswara (68) tercatat sebagai sniper legendaris asal Indonesia. Sekitar dua tahun dia beroperasi di Timor Timur, kini Timor Leste. Selama di medan pertempuran, ia menyatakan sudah siap jika harus mati. Meski mengaku tak ingat anak istri saat berperang, namun foto mereka selalu dibawa selama Tatang bertempur.

"Sebelum berangkat saya foto istri dan tiga anak saya. Saat pergi, istri saya sedang hamil anak keempat. Foto mereka saya simpan di dalam syal merah putih yang saya ikatkan ke kepala. Jadi bertempur seolah bersama keluarga," ujarnya saat berbincang dengan detikcom di Jalan Lombok, Rabu (25/2/2015).

Menurutnya, di medan pertempuran hanya ada dua pilihan, membunuh atau dibunuh. "Saya membayangkan kalaupun saya mati, saya mati ditemani keluarga, ya foto itu," kisahnya.

Beruntung tiga kali menjalankan misi ke Timor Timur, Tatang kembali ke keluarganya dengan selamat. "Saya enggak pernah lama di sana, paling sekitar 6 bulan. Karena sniper itu enggak boleh terlalu lama, nanti stres. Itu bisa bahaya," katanya.

Selama dua tahun di Timor Timur, ada lebih dari 40 orang fretilin yang menjadi korban tembakannya. "Sasaran saya semuanya luka di bagian kepala, hanya satu yang di jantung. Itu juga karena dia bawa radio di punggungnya, jadi saya bidik dadanya agar radionya ikut mati," kisahnya.

Di bawah komando Letnan Kolonel Edi Sudrajat, Tatang beroperasi di beberapa daerah seperti Remexio, Lautem, Viqueque, Aileu, Becilau, dan Bobonaro. "Kami ini pasukan pamungkas, kalau Pak Edi bilang kita ini sedang dalam pertempuran bratayudha. Itu kan pertempuran terakhir," tuturnya.

Nama Tatang tercatat dalam buku 'Sniper Training, Techniques and Weapons' karya Peter Brokersmith yang terbit pada 2000, nama Tatang berada di urutan ke-14 sniper hebat dunia.
Demi Keselamatan, Tatang Sniper Hidup di 'Bawah Tanah' Selama 25 TahunKini, jejak hidup Tatang Koswara (68) terungkap. Selama hampir 25 tahun, ia menyimpan kisahnya sendiri. Ia mengaku identitasnya selama ini tidak pernah ia ungkap. Pengalaman di Timor Timur, kini Timor Leste, sebagai sniper, tak pernah ia bagi pada siapa pun, termasuk anak dan istrinya.

"Anak istri saya hanya tahu saya pernah ke Timor Timur. Soal di sana saya jadi sniper, tidak tahu," katanya saat berbincang dengan detikcom di Jalan Lombok, Rabu (25/2/2015).

Menurutnya keluarga mengetahuinya belum lama ini, setelah muncul buku 'Sniper Training, Techniques and Weapons' karya Peter Brokersmith yang terbit pada 2000. "Itu juga mereka enggak tahu semuanya, sekarang saja saya ini banyak cerita ke media, jadi mereka tahu," ujar Tatang.

Saat detikcom meminjam KTP-nya untuk difoto, Tatang secara halus menolak. "Saya enggak bisa nunjukin, ini saya sebenarnya masih rahasia. Saya juga ini bingung boleh enggak bicara ke media," katanya.

Pada saat awal-awal kepulangannya dari Timor Leste, Tatang mengaku khawatir identitasnya terungkap, ada pihak yang dendam padanya. "Kalau sekarang kan sudah 25 tahun lebih, ya mungkin tidak apa-apa," ujar Tatang.

Usia Tatang memang sudah tidak muda lagi. Namun ia mengingat detail bagaimana saat ia bertempur dulu. Saat ia harus masuk ke benteng pertahanan musuh seorang diri, untuk mengacaukan kondisi musuh. "Wilayah kekuasan sniper itu bukan di belakang pasukan atau bersama pasukan, tapi harus berada di wilayah musuh," tutur Tatang.

Tatang masuk tentara melalui jalur tamtama di Banten pada 1966. Kala itu sebetulnya dia cuma mengantar sang adik, Dadang, yang ingin menjadi tentara. Tapi karena saat di lokasi pendaftaran banyak yang menyarankan agar dirinya ikut, dia pun mendaftar. Saat tes, ternyata cuma dia yang lulus.

Meski punya ijazah Sekolah Teknik (setara SMP), Tatang melamar sebagai prajurit tamtama menggunakan ijazah SR (Sekolah Rakyat) atau Sekolah Dasar. Selang beberapa tahun ia mengikuti penyesuaian pangkat sesuai ijazah yang dimiliknya itu. Sebagai bintara, ia ditempatkan di Pusat Kesenjataan Infantri (Pusenif). Di sana pula ia mendapatkan mengikuti berbagai pelatihan, mulai kualifikasi raider hingga sniper.
Aksinya Sebagai Sniper akan Difilmkan, Tatang Menolak dan Mengaku SipilPuluhan tahun, Tatang Koswara (68), tak mengungkapkan jati dirinya baik pada keluarga maupun kerabat dan kenalannya. Pada 1977-1978 dia beroperasi sebagai sniper di Timor Timur, kini Timor Leste. Ada lebih dari 40 orang yang menjadi korban tembakannya. Meski ia menyembunyikan rapat-rapat soal siapa dirinya, ada seseorang yang mengaku produser menawarkan kisahnya dijadikan sebuah film.

"Jadi pernah ada yang datang ke rumah, bilang tahu kalau saya ini sniper. Ia tertarik mengangkat kisah saya jadi film. Saya dengarkan saja omongan dia. Setelah dia selesai bicara, saya bilang, saya mah bukan sniper, bapak salah orang. Saya mah sipil, bukan tentara," kisah Tatang saat berbincang dengan detikcom di Jalan Lombok, Rabu (25/2/2015).

Tatang mengaku terus berkilah kalau ia bukan lah Tatang sniper yang dimaksud orang itu. "Saya bilang mungkin yang bapak cari Tatang di tempat lain, itu ada di Kostrad yang juga jago tembak," ceritanya sambil tertawa.

Menurut Tatang rupanya orang yang mengaku sebagai produser itu melihat twitter cucunya, Yoga. Cucu laki-lakinya itu sempat berkicau soal dirinya.

"Jadi kan saya sudah tahu kalau kakek sempat di Timor Leste. Iseng browsing, eh ternyata lagi ramai soal buku itu (Sniper Training, Techniques and Weapons karya Peter Brokersmith). Ya saya tweet, kalau itu kakek saya. Ya saya bangga," ujar Yoga, yang ikut bersama Tatang saat wawancara.

"Kejadiannya baru-baru ini," tambah Tatang yang mengaku lupa persisnya bulan apa dan tahun berapa.

Tatang mengaku tiga kali menjalankan misi ke Timor Leste pada periode 1977-1978. Ia mengaku tak pernah lama di sana, maksimal sekitar enam bulan. "Enam bulan di sana, terus pulang. Lalu ke sana lagi," ungkapnya.

Selama beroperasi di sana, lebih dari 40 fretilin yang menjadi sasaran tembaknya. Nama Tatang tercatat dalam buku 'Sniper Training, Techniques and Weapons' karya Peter Brokersmith yang terbit pada 2000, nama Tatang berada di urutan ke-14 sniper hebat dunia.(ern/mad)
Luka Tembak di Betis dan Sandi 'Siluman 3' Untuk Tatang Koswara Tatang dan keluarga (detikcom)

Tatang Koswara (68) membetot perhatian publik internasional lantaran namanya masuk urutan ke-14 sniper hebat dunia versi buku 'Sniper Training, Techniques and Weapon' yang ditulis Peter Brookersmith (2000). Saat bertempur, dia memiliki sandi 'Siluman 3' dan pernah mendapat luka tembak di betis kanan.

Hal ini dikisahkan Tatang dan keluarganya saat berbincang dengan wartawan di kediamannya di Bandung, Jawa Barat, Kamis (26/2/2015). Awalnya, istri Tatang bercerita soal keseharian sang suami.

"Bapak merupakan orang bertanggung jawab dan tegas," ungkap Tati Hayati (52), istri Tatang, saat ditemui di kediamannya, kawasan Dayeuhkolot, Kabupaten Bandung, Jawa Barat, Kamis (26/2/2015).

Sewaktu Tatang melakoni tugas negara di Timor Timur selama satu tahun atau sejak 1977 hingga 1978, Tati tengah mengandung anak bungsu. Dia terus berdoa agar keselamatan jiwa terus mamayungi suami yang berperang merangsek 'jantung' pertahanan musuh kala itu, gerilyawan Fretilin.

"Waktu itu lagi hamil usia enam bulan. Saya berada di Bandung dan tinggal di asrama" ujar Tati.

Sebagai kenangan Tatang sepanjang berada di medan pertempuran, nama putrinya pun 'beraroma' Timor Timur. "Anak saya yang keempat atau bungsu ini namanya Tanti Melani Talabela. Nah, Talabela itu nama gunung di Timor Timur," ujar Tatang.

Tatang kini memiliki tujuh cucu. Istri serta anak dan cucunya sempat terkejut saat 'Siluman 3' atau nama sandi Tatang di Timor Timur ini dinobatkan sebagai salah satu penembak jitu hebat di dunia. Kendati menyisakan bekas luka tembak di betis kanan setelah didor gerombolan Fretilin, keluarga merasa bangga dengan figur Tatang yang berjuang demi Indonesia.

"Bapak ini berkarakter disiplin. Saya tentu bangga dan terharu kalau bapak sebagai sniper yang diakui dunia. Saya sebagai anaknya makin sayang ke bapak," tutur Tanti yang kini berusia 37 tahun.(bbn/mad)

  detik  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.