Senin, 30 Maret 2015

[World] Sekilas Berita Dari Perang di Yaman

PBB Sebut Negosiasi Satu-satunya Cara Selesaikan Konflik Yaman Seketaris Jenderal PBB Ban Ki-moon menyatakan, negosiasi adalah satu-satunya cara untuk menyelesaikan konflik yang saat ini terjadi di Yaman. [Reuters]

Seketaris Jenderal PBB Ban Ki-moon menyatakan, negosiasi adalah satu-satunya cara untuk menyelesaikan konflik yang saat ini terjadi di Yaman. Saat berbicara di pertemuan ke-46 Liga Arab, Ki-moon mengatakan, PBB siap menjadi penengah dalam negosiasi tersebut.

Menurut Ki-moon, jika tidak diselesaikan dengan cara tepat, yakni tidak melalui negosiasi, maka konflik yang terjadi di Yaman akan terus berlangsung. "Satu-satunya cara untuk menghentikan konflik yang berlarut-larut adalah melalui negosiasi yang difasilitasi PBB," ucap Ki-moon.

"Negosiasi yang akan dipimpin oleh perwakilan khusus yang saya tunjuk dan disahkan oleh Dewan Keamanan PBB, Jamal Benomar menjadi satu-satunya untuk mencegah konflik berkepanjangan di Yaman," imbuhnya, seperti dilansir Reuters pada Sabtu (28/3/2015).

PBB bukanlah pihak pertama yang menyerukan adanya negosiasi untuk menyelesaikan konflik di Yaman. Iran, Irak, Suriah, Rusia dan bahkan Indonesia juga meminta kepada semua pihak yang bertikai untuk menahan diri, dan memulai negosiasi untuk mencari jalan keluar permasalah yang terjadi.

Sementara itu, serangan yang dilakukan koalisi Teluk yang dipimpin Arab Saudi nampaknya tidak akan berakhir dengan segera. Pemimpin Saudi, Raja Salman menegaskan, serangan di Yaman akan berakhir jika tujuan mereka telah tercapai.(esn)
Serangan Saudi di Yaman Bisa Picu Perang Lebih Luas Pemimpin senior pemberontak Houthi, Mohammed al-Bukhaiti menyebut serangan tersebut bisa memicu perang yang lebih luas. [Reuters]

Pemimpin senior pemberontak Houthi, Mohammed al-Bukhaiti kembali melemparkan kecaman keras atas serangan yang dilakukan Arab Saudi dan sekutunya terhadap mereka. Menurut Bukhaiti serangan tersebut bisa memicu perang yang lebih luas.

"Ada agresi berlangsung di Yaman dan kami akan menghadapinya dengan gagah berani. Operasi militer akan menyeret perang yang luas di seluruh kawasan," ucap Bukhaiti kala melakukan wawancara dengan televisi setempat, seperti dilansir Times of Oman pada Sabtu (28/3/2015).

Sementara itu, Bukhaiti juga menyatakan Saudi telah membuat kesalahan yang sangat besar karena telah melancarkan serangan terhadap negara yang bebas. Bukhaiti yakin warga Yaman akan melakukan perlawanan yang hebat.

"Orang-orang Yaman adalah orang-orang bebas dan mereka akan melawan setiap agresor. Saya mengingatkan Anda bahwa pemerintah Saudi dan pemerintah Teluk akan menyesal karena telah melakukan agresi ini," imbuhnya.

Arab Saudi, Uni Emirat Arab, Kuwait, Bahrain, dan Qatar adalah negara-negara yang memutuskan untuk terus melakukan serangan terhadap Houthi di Yaman. Mereka menegaskan, selama Houthi belum menyerah atau kalah, serangan itu tidak akan pernah berhenti.(esn)
Operasi di Yaman Diprediksi Akan Berlangsung Berbulan-bulan Seorang pejabat diplomatik negara Teluk mengatakan, operasi itu dipersiapkan untuk waktu berbulan-bulan, bahkan mungkin lebih. [Reuters]

Operasi militer yang dilakukan oleh koalisi Teluk pimpinan Arab Saudi di Yaman dipastikan tidak akan berhenti dalam satu atau dua hari ke depan. Seorang pejabat diplomatik negara Teluk mengatakan, operasi itu dipersiapkan untuk waktu berbulan-bulan, bahkan mungkin lebih.

Menurut pejabat tersebut, walaupun Houthi sudah kalah atau menyerah, operasi ini tidak akan serta-merta berhenti. "Akan terus berlanjut sampai Yaman bisa melalui transisi keamanan dan politik," ucapnya dalam kondisi anonim.

Pejabat tersebut, seperti dilansir Reuters pada Sabtu (28/3/2015) menyataka,n sejatinya negara-negara anggota koalisi Teluk juga mengkhawatirkan akan adanya tindakan langsung yang dilakukan oleh Iran, negara yang disebut-sebut sebagai pendukung utama Houthi.

Tapi, menurut pejabat tersebut, Iran tidak akan secara terang-terangan melakukan serangan balasan terhadap koalisi Teluk. Dirinya memprediksi Iran akan menggunakan cara yang lebih elegan untuk melakukan serangan balasan.

"Secara tidak langsung Iran, yang merupakan sekutu utama dari Houthi mungkin akan turut melakukan serangan terhadap anggota koalisi. dengan mendorong aktivis Syiah pro-Iran untuk melakukan serangan bersenjata di Bahrain, Lebanon dan timur Arab Saudi," tambahnya.(esn)
Agresi di Yaman Untungkan Israel Duta besar Iran untuk Libanon Mohammad Fathali. [Daily Star]

Duta besar Iran untuk Libanon, Mohammad Fathali menyerukan kepada Arab Saudi dan sekutunya untuk segera menghentikan agresi terhadap Yaman. Dalam pandangannya, agresi itu memberikan keuntungan yang besar bagi Israel.

"Agresi lanjutan terhadap Yaman akan memicu ketidakstabilan di kawasan Timur Tengah, yang pada gilirannya hanya menguntungkan Israel," ucap Fathali sepeti dikutip kantor berita Libanon, The Daily Star pada Sabtu (28/3/2015).

"Kerusakan yang diakibatkan oleh pertempuran tersebut, serta perbedaan yang terus menerus akan membawa konflik sejalan dengan skema startegis yang diinginkan oleh Israel," imbuhnya.

Selain menguntungkan Israel, Fathali juga mengatakan, agresi yang dilakukan Saudi dan sekutunya juga merupakan pelanggaran terhadap hukum internasional. Karena, lanjut Fathali, Yaman adalah negara merdeka dan berdaulat, jadi sebuah kesalahan besar jika sebuah negara melakukan serangan terhadap negara beradulat.

"Negara-negara Arab juga harus menghormati keinginan yang diutarakan oleh warga Yaman, dan juga mendesak adanya dialog antara faksi-faksi lokal dalam upaya untuk mencapai pemerintahan yang inklusif dan persatuan nasional," tambah Fathali.

Iran sendiri merupakan negara yang paling vokal mengecam agresi yang dilakukan oleh pemerintah Saudi dan sekutunya. Langkah Iran ini sebenarnya tidak mengejutkan, mengingat Iran disebut sebagai pendukung utama Houthi, walaupun negara tersebut terus membantahnya.(esn)
Soal Yaman, Saudi Disebut Salah Strategi Menurut Iran konflik di Yaman adalah konflik internal, sehingga tidak sepantasnya bagi Saudi untuk ikut campur dalam masalah itu. [Reuters]

Mantan wakil Menteri Luar Negeri Iran, Morteza Sarmadi menilai kebijakan yang diambil Arab Saudi dan sekutunya terhadap Yaman adalah sebuah kebijakan yang salah. Menurutnya, konflik di Yaman adalah konflik internal, sehingga tidak sepantasnya bagi Saudi untuk ikut campur dalam masalah itu.

Dirinya juga mengatakan, cara satu-satunya untuk bisa menyelesaikan masalah di Yaman adalah melalui dialog nasional. Penggunaan kekuatan militer, menurut Sarmadi, hanya akan memperburuk kondisi di negara tersebut.

"Apa yang terjadi di Yaman merupakan bagian dari masalah dalam negeri, dan harusnya semua pihak harus berusaha untuk membawa semua kelompok politik di Yaman lebih dekat, sehingga masalah ini bisa diselesaikan melalui dialog," ucapnya, seperti dilansir Iran Daily pada Minggu (29/3/2015).

Pejabat Iran itu juga memperingatkan, intervensi militer di Yaman hanya akan lebih meningkatkan ekstremisme dan terorisme di negara Arab. "Serangan terhadap Yaman bisa menimbulkan ancaman bagi negara-negara lainnya di kawasan, terutama yang rentan terhadap aksi terorisme," tambahnya.

Iran memang menjadi salah satu negara yang paling vokal dalam menentang agresi militer yang dilakukan Saudi dan sekutunya terhadap Yaman. Beberapa pihak berpendapat, Iran melakukan ini karena mereka adalah sekutu dekat dari pemberontak Houthi yang saat ini menguasai Yaman.(esn)
Saudi dan 9 Negara Takkan Berhenti Bombardir Yaman Arab Saudi dan sembilan negara Teluk menegaskan Yaman akan terus dibombardir sampai Presiden Hadi bisa memerintah Yaman lagi. [Reuters]

Arab Saudi dan sembilan negara Muslim Sunni menegaskan, bahwa Yaman tidak akan berhenti dibombardir sampai presiden sah Yaman, Abed Rabbo Mansour Hadi bisa memerintah Yaman kembali. Agresi militer Saudi dan sembilan negara lainnya telah memasuki hari kelima pada Senin (30/3/2015).

Keputusan untuk terus menggempur Yaman disampaikan pemerintah Arab Saudi pada Minggu kemarin. Mereka bertekad memerangi milisi Syiah Houthi yang oleh koalisi Teluk dianggap sebagai sekutu utama Iran. Pihak Teheran yang membantah membantu Houthi telah mengutuk agresi militer tanpa henti itu.

”Kami akan mengatur kondisi yang diperlukan untuk memungkinkan presiden (Mansour Hadi) dan pemerintah Yaman untuk menjalankan (pemerintahan) negara,” kata juru bicara koalisi Teluk, Brigadir Jenderal Ahmed Asseri, seperti dilansir Reuters, Senin (30/3/2015).

”Kami akan terus menyerang milisi (Houthi), kami akan menjaga mereka di bawah tekanan, sampai kondisi menjadi sangat menguntungkan bagi tentara (Yaman) untuk mengambil alih (kekuasaan),” lanjut dia.

Koalisi Teluk telah mengklaim bahwa serangan udara bertubi-tubi di Yaman telah berhasil menghentikan kemajuan Houthi di Aden dan membuat kelompok oposisi Yaman itu tertekan di seluruh wilayah Yaman.

”Kami merasa hari itu adalah hari kehilangan bagi mereka. Kami terus memberikan tekanan pada mereka untuk menghentikan mereka. Kami percaya situasi di sekitar Aden akan lebih baik dan lebih baik, dari hari ke hari,” imbuh dia.

Asseri memperkirakan saat ini ada sekitar 25 ribu sampai 30 ribu milisi Houthi. Menurutnya, Iran mendanai milisi Houthi sebesar US$ 100 setiap hari.(mas)
Tak Ada Tempat Aman bagi Houthi di Yaman Arab Saudi menyatakan tidak ada tempat yang aman bagi milisi Houthi di Yaman. [Reuters]

Militer Arab Saudi yang memimpin koalisi Teluk dalam agresi militer di Yaman menyatakan, bahwa tidak ada tempat aman bagi milisi Houthi di Yaman. Pada agresi hari keempat kemarin, koalisi Teluk membombardir pasokan rudal balistik milisi oposisi Houthi.

Hal itu disampaikan juru bicara militer Saudi, Brigadir Jenderal Ahmed Asseri. ”Tugas sedang dijalankan untuk menghancurkan pasokan rudal balistik yang tersisa, terutama yang mobile,” katanya seperti dilaporkan kantor berita Saudi Press Agency (SPA).

“Data intelijen sedang diberikan untuk menentukan lokasi dari mesin-mesin (rudal) yang disembunyikan oleh milisi Houthi di dalam rumah dan daerah pemukiman,” lanjut Jenderal Asseri. Dia menegaskan, pesawat-pesawat jet tempur koalisi Teluk terus menargetkan pertahanan udara Yaman yang dikuasai milisi Houthi.

”(Sejumlah pesawat jet) siaga sekitar jam di seluruh Yaman untuk mencegah penumpukan milisi Houthi,” ujar Asseri yang dilansir Al Arabiya, Senin (30/3/2015). Dia mengklaim, bahwa koalisi tetap waspada untuk melindungi kehidupan rakyat sipil dan infrastruktur di Yaman.

“Tidak akan ada tempat yang aman untuk Houthi,” imbuh sumpah Asseri yang menambahkan, bahwa serangan udara untuk menekan milisi Houthi tidak akan berhenti di wilayah Yaman utara.(mas)
Perang Yaman, Saudi Belum Berencana Kerahkan Pasukan Darat Gudang senjata di Yaman meledak. Saudi belum berencana kerahkan pasukan darat dalam perang Yaman. [Reuters]

Militer Arab Saudi belum berencana mengerahkan pasukan darat dalam perang di Yaman untuk melawan milisi oposisi Houthi. Saudi dan koalisi Teluk mengklaim agresi melalui serangan udara di Yaman sudah efektif untuk merebut wilayah yang sebelumnya dikuasai milisi Houthi.

Koalisi Teluk sudah bertekad bahwa Yaman akan terus dibombardir sampai presiden sah Yaman, Abed Rabbo Manosur Hadi bisa memerintah Yaman lagi. Presiden Hadi telah meninggalkan Yaman untuk bertemu dengan para pemimpin negara-negara Arab di Mesir, setelah wilayah persembunyiannya di Aden, Yaman, diserbu milisi Houthi.

”Kami belum membuat keputusan untuk mengirim pasukan darat. Sejauh ini, baru serangan udara. Kami memiliki rencana dalam sebuah gerakan dan kami melaksanakan rencana ini,” kata Duta Besar Arab Saudi untuk Amerika Serikat (AS), Adel al-Jubeir,kepada NBC, semalam (29/3/2015).

Sementara itu, juru bicara kantor kepresidenan Yaman, Muhammad Marm, kepada Sputnik, mengatakan, Presiden Hadi akan kembali ke Yaman dalam beberapa hari mendatang.

”Kediaman Presiden Hadi di Kota Aden hancur. Sekarang kami sedang merekonstruksi. Ketika pekerjaan kami selesai, kami bersama dengan presiden, akan datang kembali,” kata Marm. Presiden Hadi meninggalkan Yaman sejak Kamis pekan lalu, setelah tempat persembunyiannya di Aden diserbu milisi Houthi.

Milisi Houthi sebelumnya telah menyerang Istana Presiden Yaman di Ibu Kota Sanaa, sebelum akhirnya Presiden Hadi dievakuasi ke Aden. Tapi, setelah wilayah Adem juga diserang milisi Houthi, Presiden Hadi melarikan diri ke Riyadh dan kemudian menuju Mesir untuk minta perlindungan para pemimpin negara-negara Arab.(mas)
Agresi di Yaman Ditentang Rusia, Saudi Sebut Putin Munafik Lantaran agresi militer di Yaman ditentang Rusia, Saudi menyebut Presiden Putin munafik. [Rossiya1]

Arab Saudi menyebut Presiden Rusia, Vladimir Putin, munafik, karena menentang agresi militer koalisi Teluk terhadap Yaman untuk memerangi milisi Houthi.

Putin menulis surat untuk para pemimpin negara-negara Teluk yang menggelar pertemuan di Sharm el-Sheik, Mesir, bahwa dia menentang agresi di Yaman.

Saudi menyebut Putin munafik, karena Rusia terang-terangan mendukung mendukung rezim Presiden Suriah, Bashar al-Assad yang dianggap Saudi telah memicu ketidakstabilan di Timur Tengah.

Surat dari Putin itu semula disampaikan Presiden Mesir, Abdel Fattah al-Sisi, yang menjadi tuan rumah pertemuan negara-negara Teluk pada hari Minggu kemarin. Selain membahas agresi di Yaman, pertemuan itu juga membahas krisis Suriah dan Libya.

”Kami mendukung aspirasi Arab untuk masa depan yang makmur, dan untuk resolusi semua masalah dunia Arab hadapilah melalui cara-cara damai, tanpa campur tangan eksternal,” bunyi surat Putin yang menentang campur tangan negara-negara lain dalam krisis Yaman.

Surat Putin itu direspons sinis oleh Menteri Luar Negeri Saudi, Pangeran Saud al-Faisal. ”Dia (Putin) berbicara tentang masalah di Timur Tengah seakan Rusia tidak mempengaruhi masalah ini,” kata Faisal.

Hubungan antara Arab Saudi dan Rusia telah dingin sejak Moskow mendukung rezim Assad yang dimusuhi Riyadh. Perang saudara antara pasukan Assad dan pemberontak Suriah dalam empat tahun ini telah telah menelan korban lebih dari 200 ribu jiwa.

”Mereka berbicara tentang tragedi di Suriah sementara mereka adalah bagian penting dari tragedi yang menimpa rakyat Suriah, dengan mempersenjatai rezim Suriah di luar apa yang dibutuhkan untuk melawan rakyatnya sendiri,” sindir Faisal terhadap Putin dan Assad.

”Saya berharap bahwa Presiden Rusia mengoreksi ini, sehingga hubungan dunia Arab dengan Rusia dapat berada di level terbaik,” imbuh Faisal, seperti dilansir Reuters, Senin (30/3/2015).(mas)

  sindonews  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.