Minggu, 26 April 2015

Bercanda Bawa Bom

Anggota TNI AL dan Lion Air harus Introspeksi Diri http://images.detik.com/content/2015/04/26/10/014256_04242015bandara3_0002.jpgAnggota TNI AL yang berinisial Letkol GW dan manajemen Lion Air perlu sama-sama introspeksi diri. Akibat buruknya pelayanan yang diberikan Lion Air membuat penumpangnya marah dan mengeluarkan candaan yang tidak pada tempatnya. Dampaknya yang menjadi korban adalah para penumpang lainnya yang ada di pesawat tersebut.

"Kejadian pada Kamis (23/4) siang di Terminal 1A Bandara Soekarno-Hatta (Soetta) tersebut harusnya jadi pelajaran berharga tidak hanya buat Lion Air tetapi juga seluruh operator penerbangan di Indonesia dan para penumpang. Pelayanan yang tidak bagus ditambah dengan komunikasi yang buruk, berakibat fatal," ungkap pakar komunikasi Aqua Dwipayana saat diminta tanggapannya pada Minggu (26/4/2015) tentang kejadian pada salah satu pesawat Lion Air di Bandara Soetta.

Seperti diberitakan kehebohan sempat terjadi di dalam pesawat Lion Air sesaat sebelum keberangkatan di Bandara Soetta beberapa hari lalu. Seorang anggota TNI AL bercanda membawa bom di dalam tasnya dan membuat panik awak pesawat. Akhirnya penerbangan sempat ditunda.

Peristiwa tersebut terjadi pada Kamis (23/4) siang di Terminal 1 A Bandara Soekarno Hatta. Anggota TNI AL yang dimaksud merupakan anggota Perwira Pembantu Madya Staf Anggaran dan Perencanaan Komando Armada Kawasan Barat (Koarmabar) dengan inisial Letkol GW.

"Iya betul ada kejadian itu. Ya dia yang terlibat," ujar Kadispenal Laksma Manahan Simorangkir saat dikonfirmasi detikcom, Sabtu (25/4/2015).

Menurut Manahan, kejadian itu hanya kesalahpahaman semata. Perwira tersebut merasa kesal kepada pihak Lion yang dinilainya kurang bagus dalam pelayanannya sehingga saat sang pramugari menanyakan apa isi tas itu, Letkol GW ketus menjawab asal.

"Ternyata diawali karena ketidakberesan pelayanan Lion dan yang bersangkutan kesal kemudian sambil guyon (bercanda) cuma ditanggapi serius sama pramugari. Waktu ditanyakan kok isinya berat apa, dia jawan asal 'bom'. Tapi saya rasa sangat berlebihan ya dalam penanganannya," kata Manahan.

"Ketidakberesannya seperti saat yang bersangkutan bertanya tapi malah di-pingpong. Terus nomor seat dobel dan beberapa hal lainnya," sambungnya.

Manahan pun menyesalkan mengapa pihak Lion menyikapi secara berlebihan. Padahal ada cara lebih baik yang bisa dilakukan untuk menghindari keributan. Letkol GW bahkan diusir dari pesawat saat kejadian.

Aqua yang sepuluh tahun terakhir rata-rata setiap minggu lima hingga enam kali naik pesawat ke berbagai kota baik di dalam maupun di luar negeri menambahkan bahwa bukan rahasia lagi jika selama ini banyak penumpang mengeluhkan buruknya pelayanan Lion Air. Sehingga tidak heran kalau ada yang menyampaikan komplain serius ke pihak Lion Air.

Namun di sisi lain, ujar Aqua, penumpang yang kesal akibat buruknya pelayanan yang diterima tidak boleh bicara seenaknya. Apalagi yang mengancam keselamatan penumpang lainnya.

"Di dunia penerbangan ancaman bom tersebut dianggap sangat serius dan sensitif sekali. Meskipun diucapkan secara bercanda, oleh awak kabin bisa dianggap serius. Urusannya akan jadi panjang seperti yang dialami seorang perwira menengah TNI AL itu. Beberapa kali kejadian di banyak negara yang penumpangnya terpaksa diturunkan dari pesawat karena candanya dianggap keterlaluan oleh pramugari," ungkap Aqua yang sejak lama mengajar Komunikasi di Sekolah Staf dan Komando Angkatan Laut (Seskoal).

Terkait dengan ancaman bom, terakhir minggu lalu tepatnya Jumat, (17/4/2015) pukul 07.20 WITA pesawat Batik Air (satu Grup dengan Lion Air) dari Ambon tujuan Jakarta mendapat teror bom lewat pesan singkat yang diterima oleh petugas menara ATC di Ambon. Akibatnya, pesawat terpaksa mendarat darurat di Bandara Internasional Sultan Hasanuddin Makassar di Maros.

Petugas menara ATC di Bandara internasional Pattimura Ambon pada pukul 07.05 WITA menerima pesan ancaman bom. Kemudian meneruskan info tersebut ke pilot pesawat Batik Air. Sehingga diputuskan mendarat darurat di Makassar.

Aqua menyarankan kepada manajemen Lion Air untuk lebih serius dan sungguh-sungguh memperbaiki pelayanannya ke calon penumpang dan penumpang. Jika itu tidak dilakukan, kejadian yang sama setiap saat bisa terulang di pesawat Lion Air lainnya. Itu dapat menurunkan citra dan tingkat kepercayaan konsumen ke Lion Air.

"Perlakukanlah seluruh penumpang dengan manusiawi. Standar pelayanan yang baik ke calon penumpang dan penumpang agar dilaksanakan secara konsisten oleh seluruh karyawan Lion Air terutama yang bertugas di garda depan yang berhadapan langsung dengan para konsumen. Mereka harus sadar bahwa gaji setiap bulan yang diterima dan berbagai fasilitas yang mereka rasakan, sebagian besar berasal dari uang tiket yang dibayarkan penumpang. Maju tidaknya Lion Air tergantung penumpangnya," tegas Aqua.

Dalam pengamatan mantan wartawan harian Jawa Pos dan Bisnis Indonesia ini, kelemahan utama para karyawan Lion Air adalah di bidang komunikasi terutama dalam mengatasi masalah atau komplain. Begitu ada calon penumpang atau penumpang yang emosi dan marah-marah sebab tidak dilayani dengan baik sesuai standar yang ada, biasanya sebagian pegawai kelabakan menghadapinya.

Kementerian Perhubungan, lanjut anggota Tim Pakar Seleksi Menteri detikcom ini, harus secara serius mengawasi pelayanan seluruh operator pesawat terbang termasuk Lion Air ke penumpangnya. Jika ada yang melayani tidak sesuai standar atau buruk, jangan ragu-ragu untuk memberikan sanksi tegas.

"Tindakan tegas terkait dengan standar pelayanan tersebut sangat penting sebab menyangkut kesinambungan pelayanan operator pesawat terbang ke para penumpangnya. Ini juga ada hubungannya dengan citra Indonesia terutama di bidang transportasi udara di mata dunia internasional," ujar Aqua.

Sedangkan bagi Letkol GW dan calon penumpang lainnya baik anggota TNI, Polri, maupun sipil, tambah Aqua, agar kejadian tersebut dijadikan pengalaman berharga sehingga tidak terulang kembali di masa datang. Marah dan emosi boleh saja apalagi jika itu disebabkan pelayanan yang buruk. Cuma jangan sampai mengeluarkan kata-kata ancaman yang membahayakan dunia penerbangan sipil.

Letkol GW yang bertugas di Armada RI Kawasan Barat (Pangarmabar) agar mencontoh keteladanan Panglimanya, Laksamana Muda TNI Ahmad Taufiqoerrachman yang selalu menghormati dan menghargai orang lain. Meskipun jabatannya tinggi dengan pangkat bintang dua atau Laksamana Muda, namun dalam kesehariannya sangat rendah hati. Sama sekali tidak sombong dan arogan.

"Pak Taufiq selama ini selalu menghormati orang lain dan tidak bersikap mentang-mentang. Meskipun jabatannya tinggi dan membawahi sekitar 11 ribu prajurit TNI AL namun beliau rendah hati sekali. Saya tahu persis tentang itu sebab sudah lama mengenal beliau secara pribadi," pungkas Aqua yang pertengahan Maret 2015 lalu selama empat hari menyertai kunjungan kerja Taufiq di Kepulauan Riau.(asy/kha)

 ♖ detik  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.