Rabu, 01 April 2015

TNI tunggu perintah Presiden, selamatkan WNI di Yaman

Panglima TNI Jenderal TNI Moeldoko (ANTARA FOTO/Widodo S. Jusuf)

P
anglima TNI Jenderal TNI Moeldoko menyatakan masih menunggu perintah Presiden Joko Widodo melalui Menteri Luar Negeri Retno L.P. Marsudi untuk menyelamatkan Warga Negara Indonesia (WNI) yang terjebak di Yaman yang sedang didera konflik bersenjata.

"Saya sudah sampaikan kepada Menlu bahwa TNI Angkatan Udara telah disiagakan penuh. Menit ini juga bila diminta untuk berangkat ke Yaman, kita siap. Kita tunggu perintah dari Presiden Jokowi melalui Menlu," kata Panglima TNI usai acara Bakti Sosial di sela-sela Latihan Pasukan Pemukul Reaksi Cepat (PPRC) TNI 2015 di Kabupaten Poso, Sulawesi Tengah, Selasa.

Menurut dia, penyelamatan WNI yang terjebak di Yaman sesuai rencana yang telah disusun bahwa WNI yang terjebak di Yaman akan dikeluarkan menggunakan pesawat TNI Angkatan Udara, kemudian akan dijemput dengan menggunakan bus ke pangkalan udara atau ke tempat yang aman, baru kemudian diterbangkan dengan pesawat sipil ke Indonesia.

"Tugas kita menyelamatkan WNI yang ada di Yaman untuk segera diamankan. Baru nanti, menggunakan penerbangan sipil ke Indonesia," tuturnya.

Pemerintah Republik Indonesia bertekad dan terus mengupayakan berbagai cara untuk menyelamatkan WNI yang masih terjebak di Yaman.

"Saya baru bicara dengan Menlu tentang bagaimana mengeluarkan (WNI dari Yaman)," kata Wakil Presiden Jusuf Kalla kemarin. Menurut Jusuf Kalla, hal yang dibicarakan termasuk melewati jalur apa pemerintah dapat mengeluarkan WNI dari Yaman, baik itu melewati udara, darat, maupun laut, dan kemudian mungkin dikeluarkan melewati Arab Saudi, Oman atau Dubai di negara Uni Emirat Arab.
Tim aju pemulangan WNI telah berangkat Ilustrasi - Salahsatu pesawat Hercules C-130 milik TNI AU yang merupakan bagian dari Skadron 17 Halim Perdanakusuma yang memiliki tugas pokok menyelenggarakan penerbangan bagi presiden dan wapres serta VIP lainnya. (ANTARA FOTO/Widodo S. Jusuf)

T
im aju satuan tugas pemulangan WNI dari Yaman telah berangkat tadi pagi, dengan tugas antara lain menenukan titik kumpul WNI, pangkalan udara atau pelabuhan laut yang akan dipergunakan, dan jalur aman penerbangan atau pelayaran.

Tim aju itu beranggotakan lintas sektoral, di antaranya juga terdiri petugas dari Kementerian Luar Negeri.

“Kami masih menunggu perintah bergerak, skenario penugasan telah disusun dan diuji sebelum diterapkan. Hasil dari tim aju itulah yang akan kami pakai sebagai dasar,” kata Kepala Penerangan TNI AU, Marsekal Pertama TNI Hadi Tjahjanto, di Jakarta, Selasa.

Pesawat yang dipergunakan nanti adalah C-130 Hercules, kata dia, maka mereka akan diambil dari Skuadron Udara 31.

“Karena mereka mempunyai C-130H Hercules yang bodinya panjang,” kata Tjahjanto. Dalam batas ideal, C-130H ini mampu menerbangkan 92 personel militer bersenjata perorangan lengkap ditambah cadangan amunisi kompi.

C-130H Hercules Skuadron Udara 31 itu, kata dia, akan diperkuat juga dengan Boeing B-737 serie dari Skuadron Udara VIP 17, yang keduanya berhanggar di Pangkalan Udara Utama TNI AU Halim Perdanakusuma.

“Tetapi terbuka juga peluang memakai kapal perang TNI AL jika jumlah WNI yang dipulangkan lebih banyak lagi. Tentu memerhatikan pertimbangan lain sesuai perintah atasan dan pemerintah,” katanya.

“Kota Aden dan Sana’a masih berstatus merah alias berbahaya, maka salah satu skenarionya adalah memberangkatkan WNI itu dari Salalah, Oman,” kata dia. Jarak Aden-Salalah sekitar tujuh hingga delapan jam berkendara darat.

  Antara  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.