Jumat, 08 Mei 2015

☆ Kisah Prada Wiranto Penjaga Tapal Batas RI-Malaysia di Pulau Sebatik

Jalur perbatasan Indonesia dengan negara sekitarnya rawan dimasuki oleh para penyelundup narkoba dan illegal logging. Hal itu lantaran masih lemahnya sistem pengawasan dan keamanan di wilayah perbatasan.

Sebagai penjaga perbatasan Indonesia dan Malaysia di Pulau Sebatik, Nunukan, Kalimantan Utara, Anggota Kostrad Kariango Makassar Prada Wiranto telah banyak menemukan lika liku permasalahan yang ada di jalur perbatasan. Telah sembilan bulan Wiranto bersama rekannya Praka Irwan menjaga batas patok 3 perbatasan Indonesia dan Malaysia di Desa Aji Kuning, Kecamatan Sebatik tengah.

Saat menjaga perbatasan, Wiranto menempati pos penjagaan yang bertuliskan Yonif Linud 433/JS Kostrad tepat di depan rumah warga. Prada Wiranto harus menjaga perbatasan antar negara yang terbilang seperti jalur tikus ini. Di perbatasan Desa Aji Kuning, perbatasan Indonesia dan Malaysia hanya dibatasi oleh jalan setapak.

Menurut pria kelahiran 22 tahun silam ini, kehidupan menjaga perbatasan kadang kala mengalami kejenuhan. Namun, hal itu dapat teralihkan karena ramahnya warga-warga sekitar.
"Kadang di sini (menjaga perbatasan) kayak ada jenuh, tapi di sini ramai nggak kayak di pos-pos lain. Masyarakat pun juga di sini kayak keluarga, sering makan bareng di sini dan di saat ada acara-acara kami dipanggil oleh warga," ujar Prada Wiranto di Pos Perbatasan Patok 3, di Sebatik Tengah, Nunukan, Kalimantan Utara, Sabtu (2/5/2015).

Kadang dalam menjaga perbatasan kerap kali petugas masih menemui kendala. Kendala tersebut di antaranya masih banyak warga Pulau Sebatik di wilayah Indonesia yang membawa keluar masuk narkoba.

"Masih banyak warga yang membawa narkoba dan sabu-sabu kesini (Pulau Sebatik wilayah Indonesia). Yang membawa warga Indonesia, dibawa dari Malaysia. Selain narkoba, ada juga warga yang membawa miras dari Malaysia, kadang banyak TKI-TKI yang bermasalah karena nggak bawa paspor dan ada juga kasus illegal logging," terang Wiranto.

Wiranto menjelaskan, sebagian besar warga Pulau Sebatik merupakan orang Bugis. Selain itu, meski termasuk bagian Indonesia, warga di Pulau Sebatik terbiasa berbelanja bahan pokok di Tawau, Malaysia ketimbang di Nunukan.

"Kalau perbatasan di Desa Aji Kuning ini sampai ditutup, kasihan orang Sebatik bisa nggak makan. Beras dan bensin aja didapat dari Malaysia, kalau dari Indonesia mahal beda harganya bisa dua kali lipat. Kalau bensin di Indonesia Rp 20 ribu/liter," jelasnya.

  detik  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.