Jumat, 01 Mei 2015

[World] ASEAN Desak Penyelesaian Konflik Laut China Selatan

(Reuters)

Direktur Jenderal kerjasama ASEAN, I Gusti Wesaka Puja menyatakan, negara-negara anggota ASEAN tengah berusaha untuk mempercepat penyelesaikan Code of Conduct (CoC) mengenai Laut China Selatan. Selain mempercepat CoC, para pemimpin ASEAN juga meminta China untuk menahan diri dari melakukan tindakan provokatif di wilayah tersebut.

"Kita sedang menegosiasikan CoC on the south China sea. Ini himbauan dari kepala negara agar CoC itu dipercepat penyelesaiannya. Dan, kita memang mendesak kepada China agar proses ini dipercepat, jangan diperlambat, itu di satu sisi," kayta Puja pada Kamis (30/4/2015).

"Di sisi lain, kita juga minta apa yang terjadi di lapangan, di Laut China Selatan itu tidak membahayakan proses negosisasi ini. Sebab, kalau sesuatu yang buruk terjadi dilapangan, mau tidak mau akan mempengaruhi proses negosiasi ke depannya," sambugnya.

Puja menyebut, masih ada sebuah jarak yang terlalu besar antara China dan negara-negara lainnya yang membuat negosasi ini masih belum membuahkan hasil sampai saat ini. Negosiasi Coc Laut China selatan sudah terjadi sejak tahun 2011 lalu.

"Jadi ada dua hal, pertama kita menghimbau semua pihak untuk menahan diri. Kedua, kita maju terus dengan CoC. Sebab, apa yang terjadi sekarang ini adalah adanya gap yang begitu besar. Apa yang terjadi di lapangan yang situasinya memburuk dengan kemajuan yang sudah kita capai di perundingan negosiasi. Meskipun tidak besar, tapi ini progres positif, agar gap itu tidak terlalu besar," tambahnya.(esn)
Konflik Laut China Selatan Ancam Wilayah RI Pergerakan China di kawasan Laut China selatan ternyata bisa berdampak juga bagi wilayah Indonesia. Wilayah Natuna, adalah wilayah Indonesia yang terancam oleh manuver China di wilayah Laut China selatan.

Menurut Direktur Jenderal kerjasama ASEAN, I Gusti Wesaka Puja, wilayah Indonesia terancam bila China menggunakan nine dash line, atau sembilan garis pembatas yang diklaim oleh China. wilayah Natuna memang sedikit lagi masuk ke dalam wilayah yang mereka klaim.

"Ya, mungkin itu dalam konteks nine dash line, kalau dikait-kaitan itu bisa saja. Tapi, yang jelas kalau hal-hal buruk, perkembangan buruk yang terjadi di Laut China selatan yang mendekati kawasan kita, umumnya di Natuna akan terpengaruh juga. Karenanya kita menghimbau adanya upaya-upaya untuk menahan diri dari semua pihak," ujar Puja.

Bahkan, lanjut Puja, bila melihat klaim yang dibuat China saat ini, dimana mereka menambah satu titik lagi yang mereka klaim sebagai wilayah mereka, wilayah Indonesia bisa semakin terancam. Sebab, klaim China semakin mendekat ke wilayah Indonesia.

"Sebenarnya, itu garis putus-putus yang dibikin oleh China. Kita punya asusmsi kalau klaim China berdasarkan nine dash line itu. Ya mau tidak mau kawasan kita akan terpengaruh juga. Karena itu, kita coba menghimbau mereka untuk diselesaikan dan diklarifikasi juga klaim-klaim teritorial mereka itu," sambungnya.

Namun, ketika disinggung apakah China sudah memberikan klarifikasi terkait wilayah yang mereka Klaim, pria asal Bali tersebut menyatakan, sejauh ini pemerintah China belum memberikan klarifikasi apapun.(esn)
Tegang dengan China, Vietnam Beli Rudal Klub Rusia Sejak tegang dengan China soal sengketa Laut China Selatan, Vietnam diketahui membeli rudal Klub Rusia,(Reuters)

Vietnam yang sedang tegang dengan China telah membeli rudal Klub buatan Rusia yang terkenal canggih untuk mempersenjatai armada kapal selamnya. Rudal untuk serangan darat itu mampu melakukan serangan hingga ke kota-kota pesisir China.

Kebijakan Vietnam ini menyusul ketegangan dengan China yang dipicu sengketa Laut China Selatan. Stockholm International Peace Research Institute (SIPRI), baru-baru ini memperbarui data di situsnya yang menunjukkan pembelian rudal Klub Rusia untuk kapal selama Vietnam.

Demikian disampaikan peneliti SIPRI, Siemon Wezeman. Rudal Klub berpotensi digunakan untuk menargetkan kapal perang dan kapal selam China di Laut Cina Selatan. Dengan rudal itu, Vietnam juga berpotensi melakukan serangan hingga sejauh 300 km.

Carl Thayer, seorang pakar militer Vietnam di Akademi Pertahanan Australia, mengatakan bahwa, langkah Vietnam itu merupakan langkah besar. "Mereka telah menunjukkan diri mereka jauh lebih kuat dari apa yang diperhitungkan China,” katanya, seperti dilansir Reuters, Kamis (30/4/2015).

Vietnam adalah negara Asia Tenggara pertama yang mempersenjatai armada kapal selamnya dengan rudal serangan darat. Sementara itu, Kementerian Pertahanan dan Luar Negeri Vietnam belum menanggapi konfirmasi tentang dilengkapinya kapal selam Vietnam dengan rudal Klub. Namun, para pejabat Vietnam sebelumnya telah menjelaskan bahwa, Vietnam sedang memperkuat pertahaan termasuk membeli kapal selam.

Perusahaan Almaz-Antey, perusahaan induk dari produsen rudak Klub Rusia, Novator, menolak untuk mengomentari setiap penjualan senjata mereka ke Vietnam.(mas)

  sindonews  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.