Selasa, 30 Juni 2015

AURI Pengguna C-130 B Hercules Pertama Di Luar Angkatan Udara Amerika Serikat

Pesawat C-130 B Hercules TNI AU T-1301 

P
rototype peawat YC-130 lahir pada tanggal 23 Agustus 1954, penerbangan YC-130 sukses dipiloti oleh test pilot Lockheed Stan Beltz dan co-pilot Roy Wimmer yang berhasil dengan sangat memuaskan. Kemudian YC-130 dikembangkan pertama kali menjadi Hercules versi C-130 A, dan seterusnya menjadi tipe B, E, H dan J. Selain itu juga berkembang menjadi beberapa varian sesuai dengan tuntutan penggunaan dan tuntutan lingkungan operasi.

Sepak terjang dan kemampuan Hercules bergema di mana-mana, oleh karena itu tokoh-tokoh AURI ketika itu menilai memiliki pesawat jenis Hercules sangat cocok untuk kondisi Indonesia yang sedang membangun. Kepada pihak Amerika, Indonesia mengajukan alasan bahwa penggunaan Hercules di Indonesia adalah untuk memperlancar pembangunan daerah sekaligus untuk meningkatkan kesejahteraan daerah. Disamping itu juga untuk upaya menanggulangi pengaruh komunis, karena kalau rakyat miskin pengaruh komunis di Indonesia akan semakin subur.

Presiden RI Ir. Soekarno dan Presiden Amerika Serikat John F. Kennedy 

Dengan argumen tersebut akhirnya pemerintah Amerika Serikat menyetujui Indonesia untuk membeli 10 unit Pesawat Hercules C-130 B. Bersamaan dengan itu pula Indonesia juga membebaskan seorang tawanan warga negara Amerika Serikat Allan Lowrence Pope seorang penerbang bayaran yang membantu gerakan sparatis Permesta di Sulawesi Utara.

Diantara Angkatan Udara di negara-negara lain, Angkatan Udara Republik Indonesia (AURI) adalah pengguna pertama Pesawat Hercules C-130 B diluar Angkatan Udara Amerika Serikat. Meskipun Angkatan Udara Australia (RAAF) telah lebih dulu menggunakan namun tipenya berbeda, yaitu tipe C-130 A yang telah digunakan pada tahun 1959.
Kunjungan kenegaraan Presiden RI Ir. Soekarno ke Lockhead Burbank-California Tahun 1961 

Penerbangan ini dilakukan oleh Mayor Udara S. Tjokroadiredjo (Captain Pilot), dan Kapten Udara Pribadi (C0-pilot), sejauh lebih dari 13.000 miles terbang dari pabrik Locckheed Martin di Amerika dan mendarat dengan selamat di Kemayoran Airport. Penerbangan sejauh itu ditempuh melalui udara lautan Pasifik (Over The pacifik Ocean), pada waktu itu merupakan penerbangan ferry terjauh yang pernah dilakukan oleh Angkatan udara manapun.

Dari 10 Pesawat Hercules C-130 B yang dibeli indonesia, dua diantaranya adalah varian KC-130B/tanker yang mempunyai kemampuan sebagai tangki bensin terbang, mengisi bahan bakar diudara, yang dianggap sebagai suatu loncatan teknologi. Sebenarnya AURI belum memiliki pesawat buru sergab yang memiliki kemampuan pengisian bahan bakar di udara. Tetapi para senior, pendahulu AURI telah berpikir lebih jauh kedepan, sehingga pada suatu saat kelak AURI memiliki pesawat buru sergap dengan sistem pengisian bahan bakar di udara, SDM AURI telah menguasai teknologinya. Oleh karena itu seluruh peralatan dan sistem yang digunakan untuk pengisian bahan bakar di udara untuk sementara digudangkan.
Pesawat KC-130 B Hercules sedang melaksanakan pengisian bahan bakar Pesawat Shukoi di udara 

Pada tanggal 1 Juni 1960 Menpangau mengeluar­kan Surat Keputusan Nomor 433 tentang pembentukan Skadron percobaan Pesawat Angkut Berat C-130 B Hercules berkedudukan di Airport Kemayoran dan Mayor Udara S. Tjokroadiredjo sebagai komandan skadron percobaan. Di Pangkalan Udara Halim Perdanakusuma sedang dipersiapkan sarana/prasarana serta pendukung lain dalam rangka mengoperasikan Pesawat C-130 B Hercules. Tidak lama kemudian skadron percobaan angkut berat menjelma menjadi Skadron Udara 31, Pengangkut Berat Jarak Jauh, yang dikukuhkan dengan Surat Keputusan Menpangau tanggal 14 April 1961, dengan kekuatan 10 pesawat C-130 B Hercules.

Kurang lebih 20 tahun kemudian TNI AU memiliki jenis pesawat buru sergap yang dilengkapi sistem pengisian bahan bakar di udara seperti Pesawat A-4 Skyhawk, dan F-5 Tiger. Oleh karena itu AURI mempunyai program mengaktifkan kembali dua Pesawat KC-130B/Tanker, A-1309 dan A-1310 Skadron Udara 32 guna mendukung peningkatan kemampuan pesawat-pesawat buru sergab TNI AU. Seluruh peralatan dan sistem pengisihan bahan bakar diudara yang selama lebih dari 20 tahun digudangkan diinfentarisir dan dipasang kembali, dan pada tanggal 31 Oktober 1983 telah dapat berfungsi sebagai pesawat tanker.
Penerjunan pasukan dengan Pesawat C-130 B Hercules 

Hingga tahun 1974 TNI AU hanya memiliki 10 Pesawat C-130 B Hercules dibawah kendali skadron 31, tahun 1975 mendapat tambahan 3 Pesawat C-130 E Hercules dari Amerika Serikat yang digunakan dalam operasi udara selama perang Vietnam. Memasuki tahun 1980-an ada penambahan Pesawat C-130 Hercules dari generasi yang lebih baru sebanyak 12 unit terdiri dari Pesawat Hercules C-130 H (standar), C-130 H-30 (Stretch), L-100-30 Super Hercules, dan C-130 H/MP (Maritime Patrol). Tahun 1995 mendapat tambahan perkuatan 5 pesawat C-130 versi L-100 Super Hercules hibah dari Pelita Air Servis dan Merpati Nusantara.

Mengingat jumlah Pesawat C -130 Hercules yang cukup banyak dan untuk meningkatkan efektifitas dan efisiensi serta optimalisasi bagi kelancaran mobilitas pasukan Linud yang tersebar di seluruh pelosok tanah air maka perlu dibentuk satu skadron angkut berat di wilayah timur. Maka diputuskanlah untuk menghidupkan kembali skadron 32 yang telah dibekukan dan di tempatkan di Lanud Abdurahcman Saleh Malang dengan Surat Keputusan Kepala Staf TNI AU Nomor : Kep/21/V/1981 tanggal 20 Mei 1981.

Dari fakta sejarah perjalanan panjang pengabdian dan kiprah-kiprahnya di Indonesia, pesawat Hercules TNI AU tidak pernah absen dalam setiap denyut nadi dan hembusan nafas bangsa Indonesia bersama-sama dengan satuan-satuan lain di dijajaran TNI AU, serta unsur-unsur dari satuan lain. Pada tahap awal pelaksanaan Operasi Trikora, seluruh kegiatan infiltrasi udara didominasi oleh Pesawat C-130 Hercules AURI. Demikian juga pada pelaksaaanaan Operasi Dwikora, Pesawat C-130 Hercules AURI mengepakan sayapnya beraksi melakukan Operasi Infiltrasi Udara dengan mengangkut dan menerjunkan sukarelawan di perbatasan Serawak, Kalimantan Utara.
Hercules TNI AU A-1310 [PlanespottersNet] 

Kalau dalam Operasi Trikora dan Operasi Dwikora peran pesawat C-130 Hercules melaksanakan operasi Infiltrasi Udara, maka dalam Operasi Seroja tahun 1975 peran Pesawat C-130 Hercules TNI AU adalah melaksanakan Operasi Lintas Udara (Linud) untuk merebut kota Dili dan kota-kota penting di Timor-Timur. Operasi lintas udara yang sama juga dilakukan di Provinsi Nanggroe Aceh Darusalam dalam rangka “merobek” pertahanan Gerakan Aceh Merdeka (GAM).

Peran Pesawat C-130 Hercules TNI AU tidak hanya melaksanakan Operasi Militer Perang (OMP) tetapi juga Operasi Militer Selain Perang (OMSP). Operasi Bakti dan tugas-tugas kemanusiaan yang dilakukan di dalam maupun di luar negeri. Kegiatan OMSP merupakan darma bakti TNI AU dalam menyikapi kepedulian terhadap kesulitan yang dihadapi bangsa dan negara lain.

Bencana alam gempa bumi dan tsunami di Provinsi Aceh dan Sumatera Utara, gempa bumi di Yogyakarta dan Jawa Tengah, gempa bumi dan tsunami di Sumatera Barat, banjir bandang di Wasior, bencana merapi di Yogyakarta, operasi SAR jatuhnya pesawat Sukhoi Superjet-100 di Gunung Salak Bogor, dan yang masih hangat dalam ingatan kita, TNI AU terlibat dalam teknologi modifikasi cuaca yang dilaksanakan di daerah Jabodetabek dan pemadaman kebakaran di propinsi Riau. Di luar negeri, TNI AU terlibat dalam berbagai operasi kemanusiaan dan misi perdamaian seperti yang dilaksanakan di Timor Leste, Pakistan, India, Philipina, dan di Libanon. Semuanya itu merupakan bukti nyata keikutsertaan TNI AU dalam OMSP.

  TNI AU  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.