Senin, 15 Juni 2015

Tindakan Bayar Imigran sebagai Modus Baru

Indonesia menyelamatkan 22 pencari suaka asal Sri Lanka, setelah kapal yang mereka tumpangi karam akibat gelombang tinggi (dw.de)

Panglima Tentara Nasional Indonesia (TNI) Jenderal Moeldoko menyebut tindakan Australia yang diduga membayar imigran asal Bangladesh, Sri Lanka, dan Myanmar untuk membawa kembali kapal ke wilayah Indonesia, adalah modus baru yang sulit terdeteksi. Mengingat, dilakukan bukan di wilayah perairan tanah air. Melainkan di wilayah perairan Australia.

"Kayaknya model baru. Model baru (membayar imigran)," kata Moeldoko yang ditemui sebelum menghadiri Sidang Kabinet Paripurna di kompleks Istana Negara, Jakarta, Senin (15/6).

Tetapi, atas praktek tersebut, Moeldoko mengaku TNI tidak bisa mengambil tindakan karena melibatkan dua negara. Sehingga, menjadi ranah politik antar dua negara.

Moeldoko hanya bisa menjanjikan penjagaan wilayah perbatasan oleh personel TNI.

"Tetap kami melakukan pengamanan. Tetapi karena keterbatasan (personel) dan keluasan wilayah itu, terkadang ada (wilayah) yang kosong. Itu masalahnya. Tetapi, pengamanan berjalan," tegas Moeldoko.
Belum Ada Jawaban Australia soal Bayar Imigran AM Fachir (Antara)

Wakil Menteri Luar Negeri (Wamenlu) AM Fachir mengatakan, belum menerima jawaban ataupun penjelasan dari pemerintah Australia, terkait tindakan sejumlah pihak negara tersebutyang diduga membayar imigran asal Bangladesh, Sri Lanka, dan Myanmar untuk membawa kembali kapal ke wilayah Indonesia.

"Belum ada (jawaban)," kata Fachir yang ditemui sebelum menghadiri Sidang Kabinet Paripurna di kompleks Istana Negara, Jakarta, Senin (15/6).

Oleh karena itu, lanjutnya, pemerintah belum menentukan posisi atau tindakan apa yang akan diambil. Sebab, masih menunggu klarifikasi resmi dari pemerintah Australia. "Minta klarifikasi kalau ada, baru ambil posisi. Lihat klarifkasinya dulu," ujarnya.

Seperti diketahui, diberitakan BBC, ada sebuah kapal yang mengangkut imigran dengan tujuan Selandia Baru ditahan petugas keamanan Indonesia, di Pulau Rote, Nusa Tenggara Timur.

Kepada polisi setempat, kapten dan kru kapal mengaku sebelumnya dicegat di tengah laut oleh kapal perang Angkatan Laut Australia.

Kemudian, mereka mengaku ditawari uang sebesar 5.000 dollar Australia atau Rp 51,6 juta jika mau kembali berlayar ke perairan Indonesia.

Sementara itu, diberitakan AFP, juru bicara badan PBB untuk urusan pengungsi, James Lynch, Jumat pekan lalu, membenarkan stafnya telah mengonfirmasi kejadian itu dengan mewawancarai 65 penumpang yang berada di atas kapal.

Untuk mengonfirmasi hal tersebut, Menteri Luar Negeri (Menlu) Retno LP Marsudi sudah bertemu dengan Duta Besar Australia untuk Indonesia Paul Grigson, Sabtu pekan lalu.

Menurut Retno, Dubes Grigson tak bisa menjawab dan berjanji akan membawa pertanyaan tentang masalah itu ke Canberra.

  ☠ Berita Satu  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.