Rabu, 24 Juni 2015

[World] Menlu Saudi: Tak Ada yang Bisa Cegah Saudi Beli Senjata Rusia

Menteri Luar Negeri Arab Saudi mengatakan tidak ada yang bisa mencegah Kerajaan Saudi untuk membeli sistem persenjataan dari negara beruang merah, Rusia. (Evgeny Feldman via CNN.com)

T
ak ada alasan bagi Arab Saudi untuk tidak membeli persenjataan dari Rusia dan tak ada pula yang bisa mengintervensi penjualan senjata oleh Moskow ke Riyadh, kata Menteri Luar Negeri Arab Saudi, Adel bin Ahmed Al-Jubeir kepada RT Arabic, dikutip Russian Today, pada Ahad (21/6).

Al-Jubeir mengatakan memorandum terbaru yang ditandatangani kedua negara ini adalah perpanjangan dan aktivasi dari dokumen sejenis yang telah ditandatangani sebelumnya.

Pembelian saat ini bergantung pada posisi pasukan militer Arab Saudi dan hasil negosiasi bilateral. Sementara itu, pakar militer kedua negara sedang mendalami isu ini.

"Saya menekankan bahwa tidak ada yang dapat mencegah kami untuk membeli sistem persenjataan dari Rusia," ujar Al-Jubeir.

 Kesepakatan nuklir Arab Saudi-Rusia 

Berbicara soal kesepakatan energi nuklir oleh Moskow dan Riyadh pekan lalu, Al-Jubeir menegaskan bahwa Kerajaan telah berjuang mendapatkan sumber daya alternatif lain selama puluhan tahun.

Akan tetapi, Rusia memiliki potensi besar dalam bidang nuklir, dan Arab Saudi yang telah mempertimbangkan perkembangan produksi energi, akhirnya menunjuk Moskow untuk menangani isu energi nuklir.

"Kami berencana membangun reaktor nuklir di Arab Saudi, mungkin 16 reaktor," ujar Al-Jubeir.

Al-Jubeir juga mengatakan terkait rencana Saudi agar energi nuklir dapat menciptakan perdamaian.

"Poin utama sebenarnya adalah Arab Saudi selalu menganjurkan kepada negara kawasan Timur Tengah agar bebas dari segala macam senjata pemusnah masal," ujar Al-Jubeir.

Al-Jubeir membantah pernyataan yang mengatakan hubungan Arab Saudi dan Rusia dibangun atas dasar 'barter kepentingan'.

Ia mengaku tindakan semacam itu dapat membuat hubungan keduanya hanya berjalan dalam jangka pendek tanpa menghasilkan keuntungan, sedangkan Riyadh memperkirakan hubungan dengan Rusia dapat menguntungkan di masa mendatang.

"Peningkatan hubungan bilateral kedua negara tidak dapat diidentifikasi dengan kebutuhan untuk memecahkan masalah tertentu," ujar Al-Jubeir.

Negara-negawa kawasan Timur Tengah kini menghadapi tantangan baru, kata Al-Jubeir, dan Arab Saudi serta Rusia memiliki tujuan yang sama.

Seperti diketahui, ada 20 juta lebih Muslim tinggal di Rusia. Bagi Arab Saudi, Rusia telah menjadi negara yang sama pentingnya dengan kota suci Mekah dan Madinah.

Al-Jubeir juga mengingatkan kembali akan peran Rusia pada 1926 silam, saat itu masih Uni Soviet, sebagai negara pertama yang mengakui status negara Arab Saudi. (ama/ama)

  CNN  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.