Minggu, 28 Juni 2015

[World] Penembakan di Pantai Tunisia

Setidaknya 27 Orang TewasPasukan Keamanan Tunisia berjaga setelah penembakan di hotel wisata di kota pantai Sousse, Tunisia. (Reuters/Zoubeir Souissi)

Sedikitnya 27 orang tewas dalam serangan di sebuah hotel wisata di kota pantai Sousse, Tunisia, pada Jumat (26/6).

Dilaporkan Reuters, juru bicara Kementerian Dalam Negeri Tunisia menyatakan serangan yang terjadi di Imperial Marhaba Hotel. Sebanyak enam orang terluka, namun hingga kini rincian serangan belum terungkap.

Menurut sumber dari pihak berwenang setempat, jasad seorang pria bersenjata terlihat tergeletak masih memegang sepucuk senapan Kalashnikov yang dia gunakan dalam adu tembak dengan pihak kepolisian.

"Seorang penyerang melepaskan tembakan dengan Kalashnikov ke arah wisatawan dan warga Tunisia di pantai dekat hotel. Hanya satu penyerang, seorang pria muda yang mengenakan celana pendek layaknya seorang turis," kata seorang pekerja hotel tersebut, dikutip dari Reuters, Jumat (26/6).

Hingga saat ini, belum ada kelompok yang mengaku bertanggung jawab atas serangan ini, namun kelompok militan terkenal kerap meluncurkan serangan di tempat-tempat wisata di Afrika Utara sebelumnya.

Sejumlah kelompok militan kerap menargetkan para wisatawan asing, khususnya dari negara Barat, karena mereka memiliki gaya hidup yang bebas terbuka, dan kerap meminum alkohol.

Seorang wisatawan Wanita asal Irlandia, Elizabeth O'Brien, yang menginap bersama dua putranya di hotel yang bersebelahan dengan lokasi kejadian, menyatakan terjadi kepanikan di pantai ketika serentetan tembakan tiba-tiba meletus.

"Saya benar-benar mengira itu kembang api, sampai saya melihat orang-orangberlarian. Saya pikir, Tuhan, ini penembakan. Para pelayan dan petugas keamanan pantai mulai berteriak, 'Lari, lari, lari!'," kata O'Brien.

Kota Sousse merupakan salah satu kota di Tunisia yang paling populer, menawarkan wisata pantai yang indah yang mampu menarik wisatawan dari Eropa dan negara Afrika Utara lainnya.

Serangan ini menggemparkan publik, karena menjadi serangan terbesar kedua bagi Tunisia pada tahun ini, dan terjadi di saat bulan Ramadan, ketika mayoritas Muslim di negara ini tengah menjalankan ibadah puasa.

Serangan serupa sebelumnya terjadi pada Maret lalu, ketika sekelompok militan bersenjata menyerang Museum Bardo di ibu kota Tunis. Serangan tersebut menewaskan sekelompok wisatawan asing dan disebut-sebut sebagai salah satu serangan terburuk dalam dekade terakhir di negara Afrika Utara. (ama/ama)
Korban Tewas Serangan di Tunisia Tambah Jadi 38 OrangPolisi menyelidiki pasca penembakan di Tunisia (Reuters/Zoubeir Souissi)

Kementerian Kesehatan Tunisia memastikan 38 orang tewas dan 36 lainnya terluka dalam serangan bersenjata di The RIU Imperial Marhaba Hotel di kawasan pantai wisata di Sousse, Tunisia.

Seperti dilaporkan The Guardian, sebanyak 28 korban tewas merupakan turis asal Inggris, Jerman dan Belgia. Wisatawan asal Inggris tercatat yang paling banyak menginap di hotel bintang lima tersebut.

Menteri Luar Negeri Inggris, Philip Hammond mengatakan berdasarkan laporan keluarga setidaknya lima wisatawan asal Inggris tewas dalam serangan bersenjata di Tunisia. Menurutnya, jumlah tersebut bisa saja meningkat.

"Situasi di lapangan masih agak bingung dan kami tidak bisa tahu persis berapa banyak (warga Inggris yang jadi korban), tetapi karena mempertimbangkan komposisi wisatan di Tunisia, kami harus mengasumsikan bahwa proporsi yang tinggi dari mereka yang tewas dan terluka adalah warga Inggris," tuturnya.

Menteri Luar Negeri Jerman, Frank-Walter Steinmeier menilai aksi terorisme yang kedua kalinya di Tunisia ini merupakan serangan pengecut terhadap wisatawan. Sejauh ini, Steinmeier belum mendapatkan keterangan resmi dari otoritas Tunisia terkait warga Jerman yang turut menjadi korban.

"Serangan hari ini hanya bisa memperkuat tekad kita (untuk memerangi terorisme). Saya merasa simpati terhadap semua pihak yang telah kehilangan orang yang dicintainya," ujar Steinmeier melalui akun twitter Kementerian Luar Negeri Jerman.

Departemen Urusan Luar Negeri dan Perdagangan Irlandia lebih dulu mengkonfirmasi kematian warga negaranya di tragedi berdarah Sousse.

"Saya bisa mengkonfirmasikan bahwa seorang warga negara Irlandia telah tewas dalam serangan di Sousse, Tunisia," ujar Menteri Luar Negeri Irlandia, Charlie Flanagan seperti dikutip The Guardian.

Flanagan secara tegas mengutuk keras serangan teroris yang terjadi secara hampir bersamaan di Tunisia, Kuwait dan Perancis pada Jumat (26/6).

Pejabat keamanan Tunisia mengatakan pelaku penembakan adalah seorang pria bersenjata dari kota Kairouan. Pria tersebut menyerang dari arah pantai menggunakan senjata Kalashnikov yang sebelumnya disembunyikannya di balik payung. Lelaki tersebut masuk Hotel Imperial melalui kolam renang dan bergegas pergi setelah menembaki orang-orang di lokasi.

Departemen Luar Negeri AS menyatakan sejauh ini belum ada bukti yang menunjukan bahwa serangan teroris di Perancis, Tunisia, dan Kuwait terkoordinasi. Gedung Putih sendiri mengutuk serangkaian serangan terorisme keji yang terjadi pada Jumat kemarin ketiga negara tersebut.

Pasca tragedi berdarah di tiga Perancis, Tunisia, dan Kuwait, otoritas Inggris dan AS memperketat keamanan di wilayahnya masing-masing.

Kepolisian London menyatakan akan meningkatkan kewaspadaannya, terutama pada akhir pekan ini yang bertepatan dengan Hari Angkatan Bersenjata Kebanggan London.

Sementara di AS, Menteri Keamanan Dalam Negeri, Jeh Johnson, kewaspadaan dan pengetatan keamanan akan dilakukan menjelang libur Hari Kemerdekaan AS pada 4 Juli mendatang. (ags)
ISIS Klaim Bertanggung Jawab atas Serangan di Hotel TunisiaHingga saat ini, korban tewas akibat serangan penembakan di hotel tepi pantai di Sousse, Tunisia, mencapai setidaknya 39 orang, termasuk warga Inggris, Jerman, dan Belgia. (Reuters/Zoubeir Souissi)

Kelompok militan ISIS mengklaim bertanggung jawab atas serangan mematikan di The RIU Imperial Marhaba Hotel di kawasan pantai wisata di Sousse, Tunisia pada Jumat (26/6), melalui akun Twitter simpatisannya.

"Saudara kami, prajurit dari kekhalifahan, Abu Yihya al- Kairouni, berhasil mencapai sasarannya di Imperial Hotel setelah menerobos penjagaan," bunyi pernyataan dalam akun yang tidak disebutkan namanya itu, dikutip dari Reuters, Jumat (27/6).

Cuitan di akun tersebut menyatakan sang pelaku telah berhasil menyerang "bordel" dan membunuh "40" orang kafir.

Dalam pernyataan itu, ISIS juga menyerukan peningkatan serangan bagi para jihadis di seluruh dunia, khususnya di bulan Ramadan ini.

Menurut kesaksian seorang yang berada di lokasi kejadian, pelaku penembakan menarik keluar senjata tersembunyi di balik payung dan berjalan melalui jalanan di dalam hotel. Serentetan tembakan kemudian meletus secara membabi buta, dari sisi kanan dan kiri pantai dan kolam renang. Pelaku sempat mengisi peluru beberapa kali dan melemparkan bahan peledak.

Pejabat keamanan Tunisia mengatakan pelaku penembakan adalah seorang pria bersenjata dari kota Kairouan. Pria tersebut menyerang dari arah pantai menggunakan senjata Kalashnikov. Lelaki tersebut masuk Hotel Imperial melalui kolam renang dan bergegas pergi setelah menembaki orang-orang di lokasi.

Sementara itu, Kementerian Dalam Negeri Tunisia menyatakan seorang pria bersenjata tewas dalam baku tembak dengan pasukan keamanan. Namun masih simpang siur, apakah korban tewas bersenjata tersebut merupakan pelaku penyerangan yang sama atau bukan. Apabila bukan, maka ada pelaku penyerangan yang buron.

Hingga saat ini, korban tewas mencapai setidaknya 39 orang, termasuk warga Inggris, Jerman, dan Belgia.

Jasad sejumlah wisatawan terlihat tergeletak di atas pasir, ditutupi dengan handuk kuning dan selimut di antara kursi pantai. Darah terlihat berceceran di jalan-jalan utama di dalam hotel, yang terletak 140 km dari ibu kota Tunis itu.

Serangan ini merupakan serangan kedua terbesar pada tahun ini setelah serangan di Museum Bardo di ibu kota Tunisia yang menewaskan 21 wisatawan asing.

Serangan ini terjadi hampir bersamaan dengan serangan pemenggalan kepala di pabrik gas di Saint-Quentin-Fallavier di sebelah tenggara Perancis dan pengeboman bunuh diri di masjid Syiah di Kuwait ketika salat Jumat menewaskan 10 orang. Publik dunia dikejutkan dengan serangkaian serangan teror di tiga benua ini yang terjadi pada hari yang sama. (ama/ama)
Penembakan di Hotel Tunisia Dilakukan oleh Mahasiswa 23 TahunPetugas keamanan mengamankan tersangka pasca penembakan. (Reuters)

Pelaku serangan mematikan di The RIU Imperial Marhaba Hotel di kawasan pantai wisata di Sousse, Tunisia pada Jumat (26/6), telah berhasil diidentifikasi bernama Saifeddine Rezgui, mahasiswa teknik elektro berusia 23 tahun.

Belum banyak informasi yang beredar soal Rezgui dan apa motif dari serangan tersebut. Belum diketahui juga apakah Rezgui berhubungan dengan kelompok militan ISIS, yang mengklaim bertanggung jawab atas serangan tersebut.

Meski demikian, dalam pemberitaan Reuters, ISIS mengklaim bahwa pelaku bernama Abu Yihya al-Kairouni, sementara CNN melaporkan bahwa ISIS menyebut sang pelaku dengan nama Abu Yahya al-Qirawani. Klaim ini belum mendapat konfirmasi dari pertugas keamanan setempat.

Dilaporkan Reuters, pejabat senior Kementerian Dalam Negeri Tunisia, Rafik Chelli menyatakan bahwa pelaku penembakan tidak dikenal dan tidak berada dalam radar terduga teroris oleh pihak kepolisian.

Juru bicara Kementerian Dalam Negeri Tunisia, Mohammed Ali Aroui, menyatakan bahwa Rezgui merupakan mahasiswa yang kini tengah mengambil gelar master di fakultas teknik di sebuah universitas di kota Kairouan yang dekat dengan lokasi kejadian.

Polisi telah berhasil menembak pelaku hingga tewas. Jasad seorang pria terlihat tergeletak sembari masih memegang senapan Kalashnikov. Terdapat pula sejumlah bahan peledak di tubuhnya.

Radio setempat menyatakan bahwa polisi telah menangkap terduga pelaku kedua, namun hingga saat ini belum ada pejabat yang memberikan konfirmasi terkait hal ini. Belum diketahui juga peran pelaku kedua dalam serangan ini. (ama/ama)
Pasca Penembakan, Tunisia Tutup 80 Masjid Pemicu KekerasanPelaku serangan mematikan di The RIU Imperial Marhaba Hotel di kawasan pantai wisata di Sousse, Tunisia pada Jumat (26/6) merupakan mahasiswa berusia 23 tahun. (Reuters/Zoubeir Souissi)

Pemerintah Tunisia berencana menutup sekitar 80 masjid yang diduga kerap menghasut dan memicu kekerasan. Langkah ini dilakukan pemerintah sebagai upaya kontraterorisme setelah serangan penembakan di hotel tepi pantai di kawasan pantai wisata di Sousse, Tunisia pada Jumat (26/6).

Dilaporkan Reuters, Perdana Menteri Habib Essid menyatakan bahwa selain memicu kekerasan, terdapat dugaan puluhan masjid tersebut ikut mendanai sejumlah kelompok militan setempat.

Serangan ini terjadi hampir bersamaan dengan serangan pemenggalan kepala di pabrik gas di Saint-Quentin-Fallavier di sebelah tenggara Perancis dan pengeboman bunuh diri di masjid Syiah di Kuwait ketika salat Jumat. (ama/ama)

  CNN  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.