Sabtu, 13 Juni 2015

[World] Produksi Rudal Jelajah Bantu Kalashnikov Bertahan di Tengah Krisis

Meski kehilangan pasar utama mereka di AS sejak tahun lalu akibat sanksi yang dilayangkan Washington pada Moskow terkait krisis Ukraina, Kalashnikov Concern berupaya untuk tetap bertahan dengan mendiversifikasi target pasar mereka, mengembangkan fasilitas produksi, serta menciptakan inovasi-inovasi produk yang berbeda. Proyek terbaru perancang senjata tersohor ini adalah pengembangan rudal jelajah untuk menyerang helikopter. http://nl.media.rbth.ru/web/id-rbth/images/2015-06/big/NBdAStJALSg_468.jpgKarakteristik teknis dan taktis misil membuat helikopter yang dilengkapi misil ini dapat menyerang sejumlah target secara bersamaan dan meningkatkan kemampuan bertahan dalam pertempuran. (Rostec)

Setelah kejadian sepanjang 2014, banyak yang berasumsi bahwa perancang senjata legendaris Rusia Kalashnikov akan mengalami kesulitan dalam mempertahankan pertumbuhan produksi pada kondisi ekonomi yang sulit. Selain kehilangan pasar senjata utama mereka di AS akibat sanksi yang dikirim Washington, Kalashnikov Concern juga menghadapi tantangan baru: mereka harus mencari pasar baru dan melakukan diversifikasi produk.

Pada Februari 2015, perusahaan mengumumkan peluncuran dua proyek baru: produksi pesawat tanpa awak dan perahu motor untuk keperluan militer dan sipil. Selain itu, sesuai dengan pesanan pemerintah, Kalashnikov mengembangkan rudal jelajah Vikhr-1 untuk Kementerian Pertahanan Rusia (pada 2013, tender produksi misil ini dimenangkan oleh Izhmash, yang merupakan anak perusahaan dari Kalashnikov Concern). Pengiriman tahap pertama misil yang volume produksinya diperkirakan mencapai sekitar 12,5 miliar rubel (225 juta dolar AS) ini akan dimulai pada 2015.

 Vikhr-1: Fire and Forget 

Vikhr-1 merupakan rudal jelajah dengan sayap yang dapat dilipat dan didesain untuk menyerang kendaraan lapis baja serta target udara pada kecepatan rendah (di bawah 800 kilometer per jam). Misil supersonik yang dipasang pada helikopter serang sebagai bagian dari kompleks misil Vikhr hanya membutuhkan waktu sembilan detik untuk mencapai target sejauh empat kilometer, dan bergerak dengan kecepatan 610 meter per detik.

Karakteristik teknis dan taktis misil (yang secara kebetulan lebih unggul dibanding misil serupa buatan AS, AGM-114R Hellfire, yang berkecepatan lebih rendah) membuat helikopter yang dilengkapi misil ini dapat menyerang sejumlah target secara bersamaan dan meningkatkan kemampuan bertahan dalam pertempuran (setelah melancarkan tembakan, helikopter segera pergi dari lokasi tersebut).

Misil ini dilengkapi dengan sistem pemandu pintar dan sistem pelacak ‘fire and forget’. Pilot dapat melacak target di layar thermal, kemudian mengaktifkan sistem pelacakan otomatis. Setelah target berada dalam jangkauan, sistem ini akan meluncurkan misil.

Sistem ini memiliki akurasi tembakan yang tinggi. Selain itu, sistem pemandu cahaya laser juga lebih hemat energi dan tak bisa dideteksi oleh perangkat radio-elektronik musuh.

 Lemahnya Rubel dan Kehadiran Pasar Baru Menguntungkan Kalashnikov 

Produksi misil Vikhr untuk Kementerian Pertahanan merupakan satu-satunya pesanan negara yang diterima oleh perusahaan ini. Bertolak belakang dengan laporan media bahwa senapan tembak AK-12 telah dipilih untuk menjadi bagian perangkat tempur generasi masa depan Ratnik, senjata ini masih dalam tahap uji coba dan belum ada pengumuman resmi terkait pesanan skala besar senjata ini dari Kementerian Pertahanan.

Sementara, Kalashnikov Concern mengimbangi sedikitnya pesanan dari pemerintah dengan membuat penyesuaian pada kebijakan pemasarannya serta mengupayakan ekspansi ke pasar Asia Pasifik, Afrika, dan Amerika Latin.

Pada 2014, Kalashnikov untuk pertama kalinya setelah tujuh tahun berhasil mencapai keuntungan bersih dan meningkatkan produksinya hampir dua kali lipat, menjadi 120 ribu unit,” terang Direktur Pelaksana Kalashnikov Concern Alexei Krivoruchko.

Direktur Pelaksana Technodinamika Maxim Kuzyuk, yang merupakan bagian dari perusahaan negara Rostec, menyampaikan bahwa melemahnya nilai rubel membuat permintaan global untuk ekspor Rusia meningkat pesat. “Depresiasi rubel membuat produk kami lebih kompetitif. Hal itu karena rubel mengalami depresiasi hingga 80 persen terhadap dolar,” terang Kuzyuk.

Kuzyuk menambahkan bahwa industri pertahanan Rusia harus mengambil keuntungan dari situasi ekonomi yang sulit dengan menekan biaya produksi dan meningkatkan jumlah ekspor.

 ♖ RBTH  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.