Jumat, 31 Juli 2015

Indonesia Akan Tempatkan Intelijen di Turki untuk Antisipasi ISIS

Presiden Joko Widodo mendampingi Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan saat upacara kehormatan digelar di Istana Merdeka, Jumat (31/7/2015).

Isu ancaman terorisme yang disebar Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) menjadi salah satu isu yang disinggung oleh Presiden Joko Widodo dengan Perdana Menteri Turki Recep Tayyip Erdogan. Dari pertemuan itu, Jokowi menyatakan bahwa kedua negara siap meningkatkan kerja sama di bidang intelijen.

"Ya kita kan tahu bahwa banyak dari sini yang menuju ke Suriah itu lewat Turki. Oleh sebab itu, tadi kami juga minta agar ada kerja sama intelijen," ujar Jokowi seusai pertemuan di Istana Merdeka, Jumat (31/7/2015).

Jokowi mengungkapkan, kerja sama intelijen ditujukan agar aparat kedua negara bisa saling berbagi informasi. Dia pun berencana untuk menempatkan aparat intelijen Indonesia di Turki.

"Kami juga minta agar nanti aparat kita, intelijen, ada yang ditempatkan di sana (Turki) agar bisa menukar informasi," ucap Jokowi.

Perdana Menteri Erdogan dalam jumpa pers bersama dengan Jokowi menyebutkan bahwa isu terorisme tidak bisa hanya dijadikan perhatian kawasan. Namun, isu ini harus menjadi perhatian global karena berdampak luas. Warga negara Indonesia bahkan kerap menuju Turki untuk pergi ke Suriah dan bergabung dengan ISIS.

"Mereka datang dari jauh untuk berperang. Bukan hanya orang Suriah, mereka juga datang dari Indonesia. Saat ini terdapat 60.000 teroris asing yang masuk ke Turki," kata Erdogan.

Dari jumlah itu, sebanyak 16.000 orang di antaranya sudah dideportasi, sementara 1.300 orang ditangkap dan ditahan karena terbukti hendak bergabung dengan kelompok terorisme.

   Kompas  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.